[02]

174 40 3
                                    

Best Friends?

|||

Satu tahun kemudian.

Sebuah taksi berhenti di area drop off Bandara Internasional Seokarno-Hatta, dan setelahnya turun seorang wanita dengan rambut sebahu serta pakaian casual--t-shirt dress abu-abu sebetis, bomber jacket hijau army, dan sepatu converse hitam semata kaki. Dengan dibantu sopir taksi yang ia tumpangi, Inggrit menurukan dua koper besar serta travel bag miliknya dari dalam bagasi. Setelah mengambil troli barang dan meletakkan tas-tasnya ke sana, Inggrit mengucapkan terimakasih kepada supir taksi dan melangkah menuju gate 2.

Setelah melangkah melewati pintu geser yang terbuka otomatis, Inggrit terdiam sesaat untuk melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 03.50. Penerbangannya menuju Jogja berangkat pukul setengah lima sore, jadi dengan segera Inggrit melangkah melewati pintu pengecekkan tiket yang kemudian dia terus melangkah untuk masuk ke dalam pesawat.

Duduk di bangku yang sesuai dengan yang tertera pada tiketnya, Inggrit mulai menyibukkan diri dengan mendengarkan musik menggunakan earphone dan membaca novel. Tak lama kemudian datang seorang pria, yang setelah meletakkan tas ranselnya ke dalam kabin, pria itu duduk di bangku ketiga, sehingga menyisakan satu bangku kosong dibagian tengah. Dengan duduknya pria itu, Inggrit tampak tidak terganggu ataupun tertarik sama sekali untuk menoleh menatap pria itu.

Tapi lain halnya dengan pria itu. Ketika dia duduk dan mendapati ada seorang wanita duduk tidak jauh darinya, awalnya pria itu tampak tidak peduli, tapi ketika dia menoleh lagi untuk melihat tampak samping dari wajah wanita yang sedang serius membaca itu, dia mulai merasa kalau dia mengenali wanita itu. Setelah berusaha mengingat selama beberapa detik, tiba-tiba senyuman terukir di wajahnya. Menoleh sepenuhnya kepada wanita itu, tubuhnya pun sedikit dia miringkan agar bisa menghadapnya.

Memangku dagunya dengan sebelah tangan, dia terus saja menatap wanita itu, menelitinya. Walaupun saat ini dia hanya melihat tampak samping wajahnya, tapi baginya wanita itu masih belum berubah dari terakhir kali mereka bertemu.

"The girl on the airplane reads The Girl On The Train novel." Akhirnya dia mengeluarkan suara, menyebabkan Inggrit yang sedang serius membaca-- dan walaupun kedua telinganya masih tersumpal dengan earphone-- mengalihkan perhatiannya dari buku ke arahnya. Suara bas pria itu benar-benar mengingatkannya pada seseorang, walaupun setahun yang lalu mereka baru bertemu sebanyak dua kali, tapi Inggrit bisa mengenali dengan jelas suara pria itu.

"Remember me?"

"Tyo?"

Yang disebutkan namanya pun mengangguk sambil tersenyum lebar. Inggrit yang merasa tidak percaya bisa kembali bertemu dengan pria itu dengan segera melepaskan kedua earphone nya dan juga meletakkan novelnya ke pangkuannya. Merubah posisi tubuhnya sedikit miring ke kiri, Inggrit mengalihkan seluruh perhatiannya pada Tyo.

"Kenapa waktu itu lo tiba-tiba pergi gitu aja? Kan gue mau gantiin uang lo." Bukannya menanyakan soal kabar atau hal apa yang sedang digeluti oleh Tyo saat ini, Inggrit langsung saja membahas hal itu.

Tyo pun terkekeh. Benar dugaannya, Inggrit masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu.

"Waktu itu gue tulus ngebantu lo, jadi gak usah merasa lo berutang apapun ke gue, ok? Lagian waktu itu kurang 10.000 doang, kan? Gak masalah gue uang segitu mah." Jelas Tyo, membuat Inggrit sedikit terkekeh.

Kemudian obrolan mereka harus berhenti sesaat karena pesawat akan segera lepas landas yang mengharuskan mereka untuk mengenakan seat belt. Ketika pesawat telah mengudara dan lampu seat belt telah mati sebagai tanda setiap penumpang bisa melepaskannya, tanpa ragu Tyo berpindah tempat duduk ke bangku tengah karena memang sejak tadi tidak ada satu pun orang yang menempatinya.

Arduous [WenYeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang