Belajar Menjadi Best Husband

104 0 0
                                    

Begitu tiba di rumah kami di Jakarta, mami memutuskan untuk ikut menginap. Ini karena kondisi Renatta yang tadi mendadak agak menurun. Maklum, begitu tiba di bandara, istriku mendadak mual dan muntah. "Sayang. Gimana? Masih mual?," tanyaku begitu aku membawakan teh manis hangat dan kue untuk istri tersayangku. "Udah nggak terlalu, sih, Mas. Ini, mami tadi mijitin aku," jawab Renatta. Sedang mamiku memijiti istriku itu dengan sayang. "Iya sayang. Ini, aku bawain teh hangat sama kue," tawarku. Beruntung, Renatta mau dan aku suapi dia. Kebetulan, Keyra dan mertuaku juga ikut kerumah kami. "Kalian istirahat dulu. Mami juga ngantuk," ujar mami seraya meninggalkan kamar kami.

"Ma. Kak Rena enak banget ya. Suaminya baiiiiiik dan sayang sama dia," ucap Keyra. "Iya, mama beruntung banget, anak perempuan mama dapat suami sebaik Doni, kakak ipar kamu," timpal mama. "Iya. Apalagi, saya mau dapat keponakan," ucap Keyra lagi. "Iya. Mama juga senang banget, Key. Secara, anak dalam kandungan kakak kamu itu, adalah cucu pertama dari keluarga kita, juga keluarga Doni," timpal mama. "Hei Jenk. Kita mendingan istirahat dulu. Tadi sih, Renatta udah sama Doni," sapa mami. "Iya Jenk. Tapi udah nggak mual lagi kan," balas mama. "Udah nggak sih. Tadi aja dia sempat muntah. Ini udah nggak setelah Doni suapin teh sama kue," jelas mami. "Iya. Waktu hamil Rena dan Key juga, saya kayak gitu loh Jenk," balas mama. "Wah..jangan-jangan, cucu kita perempuan ya Jenk. Well. Kalau perempuan, pasti cantik banget kayak Renatta," ucap mami bahagia. "Ya..mau laki-laki atau perempuan, asal sehat ya Jenk," sahut mama. Mami setuju.

Dua minggu kemudian. "Astaga Kak. Kalau kakak mual-mual gini terus, biar aku aja yang kerjain ini," tegur Keyra saat ia melihat Renatta muntah-muntah disela persiapan cooking class dan exlcusive lunch nya siang itu. Ya, karena sedang hamil, Renatta jadi makin sensitif terhadap bau apapun yang terlalu menyengat dan kondisi itu membuatnya sering mual serta muntah. "Key. Nggak apa-apa kok. Kan, dokter bilang, ini biasa kalau lagi hamil," balas Renatta. "Iya. Tapi sampe kamu nggak bisa makan, loh, Kak. Apa aku telepon Mas Doni aja?," tawar Keyra. "Nggak usah, Key. Mas Doni hari ini ada meeting sama beberapa mitra kerjanya dan ada praktek. Kasian kalau dia keganggu," tolak Renatta halus. "Ya udah. Kakak minum obatnya dulu nih. Kata Mas Doni, kan, ini obat mualnya," ujar Keyra. Renatta segera meminum obat dan beruntung, cooking class dan exclusive lunch nya berjalan lancar.

"Kak. Kakak muntah lagi? Tuh kan. Udah. Aku kasih tahu Mas Doni dulu," putus Keyra saat ia melihat Renatta kembali muntah usai acara. Ia khawatir akan kondisi kesehatan kakaknya. "Key. Udah. Aku baik-baik aja kok ini. Cuma tadi aku enek banget nyium duren ama pete. Well. Tapi mau nggak mau, aku harus professional, kan," ujar Renatta pelan. "Ya udah. Kakak duduk dulu deh. Itu agak pucet mukanya kakak," sahut Keyra seraya memapah kakaknya itu untuk duduk. Renatta mau tak mau menuruti adiknya. "Kak. Kakak duduk dulu. Aku kesana bentar," ujar Keyra. Ia sengaja menghindar dari kakaknya karena akan menelepon Doni, kakak iparnya.

"Iya Key. Ada apa dek?,"tanyaku, yang kebetulan baru keluar dari ruang meeting. "Mas. Ini kak Rena dari tadi muntah-muntah. Ya...pas mau prepare cooking class, dia sempat 3 kali muntah. Sekarang aja baru habis muntah lagi. Padahal, obat mualnya udah diminum tadi," jawab Keyra. "Ya Tuhan. Key. Aku kesana ya," ucapku. "Iya Mas. Tapi, Mas jangan bilang kalau aku telepon Mas," sahut Keyra. "Loh. Kok gitu?," tanyaku. "Iya. Tadi Kak Rena gak mau Mas tahu dan malah panik sampe batalin kerjaan. Makanya, ini aja aku diem-diem loh telepon Mas," jawab Keyra. "Ya udah. Aku kesana ya. Aku nggak akan bilang. Aku bilang aja kalau aku kangen ama dia," ujarku. Lalu, dengan cepat, aku menyetir mobilku menuju cafe istriku.

Di cafe. "Yang. Gimana nih kondisi kamu? Kok pucat gini kamu nya?," ucapku sambil merangkul Renatta dan kucium keningnya. Tak lupa, aku mengusap perutnya. "Nggak apa-apa kok, Mas. Cuma agak mual tadi," sahut Renatta pelan. "Ya udah. Kita kedokter ya sayang. Ini jadwal kamu periksa lagi," timpalku. "Iya. Bentar ya Mas. Enek lagi aku," sahut Renatta yang dengan cepat langsung kekamar mandi. Ia kembali muntah dan aku pijiti tubuhnya. "Ya Allah. Kasihan kamu, istriku. Kamu sampai seperti ini demi anak kita. Aku janji, gak akan pernah sakitin kamu, cinta," batinku. Jujur, aku tak tega tiap kali Renatta muntah atau sakit. Tapi, sebagai suami, tugas utamaku adalah memberikan dukungan dan cinta yang utuh bagi istri dan calon anakku itu. Apalagi, aku juga seorang dokter. Jadi, aku sedikit banyak memahami apa yang dialami istriku karena kehamilannya itu. "Gimana sayang? Masih mual?," tanyaku sambil tetap memijiti Renatta. "Udah nggak sih. Tapi aku lemes banget, Mas. Capek juga," jawab Renatta pelan. Ia memang agak lemas karena beberapa kali muntah. Aku memutuskan untuk segera membawa istriku itu ke rumah sakit. Maka, aku langsung menggendong Renatta kemobil dan segera membawanya ke rumah sakit untuk ditangani oleh Dokter Yongky, sahabatku di rumah sakitku.

"Ini tekanan darah istrimu agak turun, Don. Malah, berat badannya turun 1 kg. Well. Ini karena dia sering mual dan muntah. Aku kasih suntikan khusus ya, biar istrimu nggak terlalu mual lagi," jelas Dokter Yongky setelah memeriksa Renatta. Dari pemeriksaan juga, kami tahu bahwa calon anak kami tumbuh dengan baik. "Mas. Itu tadi kantongnya ya? Masih kecil, tapi...aku masih nggak nyangka, kalau ada kehidupan lain dirahim aku," ucap Renatta saat ia melihat hasil USG begitu Dokter Yongky melakukannya atas permintaanku. "Iya sayang. Kalau udah seukuran itu, calon anak kita usianya udah mau 8 minggu," jelasku. "Iya. Suaminya betul, Mbak Renatta. Usia kandungan mbak udah 6 minggu. Tapi, karena mulai parah untuk mual muntahnya, Mbak Renatta nggak boleh terlalu capek. Makanannya juga dijaga, gak boleh makan yang pedas dan asam," saran Dokter Yongky. "Iya.sayang. Kalau mau apa-apa, kamu tinggal bilang. Aku yang siapin," sahutku. Renatta tersenyum dan mengusap pipiku. Aku balas mencium sayang keningnya. Aku malah iseng menciumi bibirnya dengan cinta. "Woi..astaga...Don. Gue disini ni," tegur Yongky sambil nyengir. Aku dan Renatta spontan tersenyum.

Memang, sejak hamil, kegiatan Renatta nyaris tak berubah. Itu juga yang membuatku terkadang merasa cemas. Namun, justru Renatta lah yang menguatkan dan meyakinkan aku bahwa dia bisa melewati semua masa sulit di trimester awal kehamilannya. Jadi, aku juga harus ekstra perhatian dan mendukung apapun kegiatannya, selama ia tak kelelahan. "Mas. Kok, ini kayak ada yang gerak diperutku?," tanya Renatta saat kami makan malam berdua dirumah. Saat itu, usia kandungan Renatta sudah memasuki bulan kelima. "Oh..ini artinya, calon anak kita mulai bergerak, Sayang. Kan, dia udah makin besar," jawabku sambil memegang dan mengusap lembut perut Renatta. Aku bisa merasakan gerak lembut calon anak kami, yang dari hasil USG sementara, berjenis kelamin perempuan. "Well. Tadi kan, kita habis periksa ke dokter Yongky. Aku jadi kepengen ngajak kamu ke Maldives, loh. Jujur, aku udah siapkan semua, dan kita berangkat minggu depan untuk babymoon," sahutku. "Kamu serius, Mas? Ya Allah..pantesan aja tadi kamu bawel banget minta surat-surat banyak gitu, untuk kondisi aku. Rupanya ini alesan kamu, ya. Dasar..suami nakal. Tapi...makasih loh, Mas. Kamu beneran udah ngagetin aku dengan ini semua," timpal Renatta. Ia terlihat sangat senang. Ya, aku memutuskan untuk melakukan reservasi 1,5 bulan sebelumnya, tepatnya saat usia kandungan Renatta sudah 14 minggu alias 3,5 bulan dan ia sudah tak terlalu sering mual atau muntah lagi. Di Maldives, aku memilih paket romantis di Club Med Kani dan aku memilih kamar Suite Space untuk menginap lantaran demi kenyamanan Renatta serta calon bayi kami. Apalagi, di kamar suite ini, kami bisa langsung berenang di laut karena kamarnya mengapung diatas air. Bahkan, kamar kami juga memiliki special balcony yang memungkinkan kami untuk bersantai serta memanjakan diri sembari melihat ke laut dengan sangat nyaman dan tak terganggu tamu lainnya.

This I Promise YouWhere stories live. Discover now