Cinta Suka Cita

41 0 0
                                    

Keesokan harinya. Kami melanjutkan untuk menikmati Sungai Themes di siang hari, setelah tepat jam 9 pagi, kami menaiki London Eye, sebuah bianglala terbesar di Eropa. Kemudian, kami mengunjungi sebuah taman yang dulunya adalah taman pribadi kerajaan Inggris. Tak lupa, belanja souvenir pun kami lakukan. Malamnya, kami menaiki bus tingkat di lantai 2 dengan atap terbuka untuk menikmati suasana malam London, lantaran jam 06.00 pagi, kami harus berangkat ke Roma, Italia untuk memulai perjalanan lagi.

Kami tiba di Roma jam 08.30 pagi, dan memutuskan untuk langsung ke penginapan. Aku beruntung, karena, Renatta cukup sering ke Italia lantaran pekerjaannya. Alhasil, ia lebih mengetahui kondisi daripada aku. Penginapan dan tiket MRT ke beberapa tempat juga sudah kami dapat karena Renatta sudah membooking via online saat kami di London. "Mas. Gimana kalo habis nyimpan barang di hotel, kita lanjut ke Colloseum dulu? Trus, makan siang dan ke Trevi Fountain sambil nyari es krim gellato?," usul Renatta. "Boleh. Tapi, aku mau lepas jaket dan ganti kaos dulu. Ya...lumayan gerah juga," sahutku. "Iya. Kamu ganti dulu. Aku juga mau ganti," timpal Renatta seraya menuju kamar mandi di kamar hotel kami. tak lama, aku sudah siap dengan mengenakan kemeja hawaii biru dan celana jeans, sedang Renatta memakai halter neck motif batik serta celana jeans. Kalung dan gelang yang kuberi juga ia kenakan.

Tiba di Colloseum, suasana memang cukup ramai. Kami melihat-lihat sejenak dan mengambil foto disana. Setelah itu, kami lanjut ke Trevi Fountain karena belum terlalu lapar. Ini karena kami sudah sarapan di London. "Yang. Katanya, kalau kita ngelempar koin ke arah air mancur, kita akan kembali kesini lagi. Bener begitu?," tanyaku pada Renatta. "Katanya sih gitu. Tapi...aku sempat lempar koin juga waktu kesini. Eh...malah sering ke Italia juga," timpal Renatta. Setelah puas, sore harinya, kami menikmati pemandangan indah di Piazza Navona, yang merupakan alun-alun Kota Roma dan termasuk salah satu tempat romantis disana. Seharian, kami menikmati suasana Roma yang hangat dan romantis. Kami juga memuaskan hasrat untuk memakan pizza, lasagna, dan makanan khas Italia lain. Beruntung, kekasihku ini adalah chef, yang notabone lebih paham mana makanan yang enak. Alhasil, selama tour kami, kami tak pernah merasakan makanan yang kurang enak. Malam itu, kami menikmati makan malam kami di cafe outdoor di sekitar Piazza Navona.

Keesokan harinya, dengan MRT yang super canggih dan nyaman, kami menuju Pissa, lantaran aku memang ingin berpose disana bersama kekasih tercinta. "Mas. Nanti, kita berhenti di Pissa San Rossore yang jaraknya hanya 10 menit dari Menara Pissa. Gitu sampe disana, kita bisa nitip barang ke petugas disana. Bisa kan....," ucap Renatta. "Iya Sayang. Kan, ada kamu, jadi, nggak masalah banget," sambungku. Benar saja. Begitu berhenti di Pissa San Rossore, kami memutuskan untuk berjalan kaki ke Menara Pissa sambil bergandengan dan sesekali berpose, hingga kami tiba di Menara Pissa dan melanjutkan aksi foto-foto dan membuat video. Setelah puas, kami mencari cafe tempat makan siang diseputar kawasan Menara Pissa. Kemudian, kami segera ke stasiun lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Milan.

Kami tiba di Milan saat menjelang sore. Alhasil, setelah tiba di penginapan, kami langsung berjalan-jalan ke Galeria Vittoro Emanuele II, karena katanya, disana adalah pusat belanja dan kuliner di Milan. "Mas. Keren banget tempatnya ya," ucap Renatta. "Iya. Aku akui, Sayang. Milan juga nggak kalah romantis dengan tempat lain di Eropa. Trus..ini lasagna nya enak banget, lagi," sahutku. Aku memang penggemar berat Italian Food. "Iya, makanya, aku ajak kesini. Oh iya, Mas. Keyra dan mama, juga ayah, nitip tas atau sepatu kulit gitu. Nanti sekalian cari, ya. Kalau besok kan, kita mau ke Venesia. Dari Milan pagi-pagi banget, biar di Venesia nya bisa lama dikit. Ya...maksimal jam 3 atau setengah 4 sore, kita udah balik lagi ke Milan," timpal Renatta. "Iya deh. Kita sekalian beli disini aja kalau gitu. Kebetulan, aku mau beli sepatu kulit juga," balasku. Alhasil, usai makan, kami langsung membeli sepatu kulit untuk mama, ayah dan adik dari Renatta. Tak lupa, kubelikan mamiku tas dan sepatu kulit juga. Untukku dan Renatta, kami membeli sepatu kulit juga yang warnanya sama namun berbeda model. "Disini modelnya emang lebih bagus ya cinta. Nih, aku malah sekalian beli dompet 2 buah, untukku dan untuk ayah kamu. Oh iya. Mana belanjaan kamu? Biar aku sekalian bayar aja," ucapku. "Mas. Kan, waktu di Swiss dan Jerman, semua belanjaanku udah pake uangmu. Di London ama Paris juga. Jadi...sekarang, semuanya aku yang bayar, termasuk belanjaanmu. Kita giliran, ya," tolak Renatta halus. Tatapan matanya sedikit tegas. Aku paham, kalau sudah begitu, ia tak bisa dibantah lagi. "Iya deh. Makasih ya cinta," balasku. Aku mengalah saja malam itu. "Nah. Akhirnya...aku bisa beliin kamu dan mami kamu juga. Kan, kamu udah belanjain aku macam-macam juga, Mas. Mamaku, ayahku dan Keyra juga udah kamu beliin oleh-oleh," ujar Renatta. "Iya cinta. Well. Kita makan es krim yuk," ajakku. Renatta setuju.

Pagi-pagi sekali, kami sudah dijalan menuju Venesia. Pukul 9 pagi, kami tiba disana. Dari stasiun, kami langsung menuju St. Mark's Square, tepatnya ke pangkalan gondola, kendaraan khas Venesia alias Venice. "Yang. Gimana? Udah dapat gondola sekaligus gondolier nya?," tanyaku. Kuakui, kekasihku ini memang paling oke untuk urusan seperti ini. "Ini kita lagi nyari, Mas. Nah. Itu dia. Finally...," jawab Renatta. Ia langsung menggunakan bahasa Italia nya yang kuakui, lumayan lancar. Alhasil, karena kami hanya berdua, untuk 2 orang, kami membayar 120 euro untuk 1 orang. Itu tak masalah untukku, karena, aku memang ingin menyusuri Venesia dengan gondola bersama kekasih hati. "Mas. Ini kata gondolier nya, kalau kita mau melewati Bridge Of Sight, jembatan tua di Venesia yang iconic banget itu, kita nambah 40 euro, dan itu, kita bisa berhenti untuk foto. Malah, gondolier nya mau fotoin kita disana. Gimana?," tanya Renatta setelah ia memastikan rute dan harga menaiki gondola dengan gondolier alias driver gondola. "Ya udah. Oke kalau gitu, sayang," jawabku. Lalu, kami memulai perjalanan dengan gondola selama 40 menit.

Kamimendapat gondolier yang termasuk ramah. Ia menjelaskan setiap sudut kotaVenesia yang kami lintasi. Ia bahkan bisa berbahasa Inggris dan sedikitIndonesia! Wow...aku mencoba kebolehannya berbahasa Indonesia. Ia berucap, "Saat memasuki kawasan Bright Of Sight, dan sudah dekat, kalian bisa berciuman.Katanya, kalau kalian berciuman tepat disaat matahari tenggelam, cinta kalianakan abadi selamanya. Well tapi, kalian datang pagi. But it's oke, I will prayfor you both, hopefully, you always fall in love forever. Aku akan fotokalian." "Wah. Menarik. Baiklah," sahutku. Alhasil, begitu memasuki kawasanBright Of Sight, ia meminta kami berdiri serta bertukar posisi dengannya, dandengan hati-hati, begitu jembatan Bright Of Sea semakin dekat, aku dan Renattadifoto. Kami saling berpegangan tangan dan aku cium kening Renatta dengansayang. Lalu, ada juga foto dimana Renatta memeluk pinggangku dan ia ciumpipiku, serta aku rangkul bahunya. Kemudian, ada pose saatRenatta merangkul bahuku dan memegang pipi serta daguku, sedang aku memelukpinggang dan lengannya

. Pose mesra kami memang diabadikan dengan cukup baik oleh sang gondolier. Ia malah menawari kami untuk berhenti sejenak di kawasan Bridge Of Sight dan mengikuti kami untuk memotret kebersamaan kami.

Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan. Kami menuju jembatan Rialto alias Rialto Bridge dan Grand Canal. Disana, kami juga berhenti sejenak untuk mengambil foto. Saat kami melewati sudut lain di Venesia yang sangat indah, didalam gondola, kami berfoto selfie dan sempat membuat video. Beruntung, aku tak lupa membawa go pro dan mini tripod, hingga pemandangan tampak secara lebih luas sebagai latar selfie kami. Aku mengupload foto di IG ku, saat kami selfie di gondola dengan caption, 'Gondola with my lovely in Venice. Berduaan aja yang penting bahagia. Love you, ninja girl.' Renatta juga mengupload selfie kami di gondola dengan caption, 'Gondola with my lovely. Always happy when I'm with you, Mas.' Kami juga mengupload foto saat aku mencium kening Renatta dan Renatta mencium pipiku di Bright Of Sight. Kami juga mengupload foto saat berpelukan di Bright Of Sight, Rialto Bridge dan Grand Canal. Di foto yang ia upload, Renatta menulis, 'Always in love with my romantic Mas. Tuhan, jaga kami untuk selalu bersama dalam suka duka,'di akun IG nya bersama foto tersebut. Aku menulis di caption foto itu, 'Always happy if I can hold you like this, my ninja girl. Your smile is my true happiness. Tuhan, selalu satukan kami selamanya.'

Setelah berpetualang dengan gondola, kami melanjutkan perjalanan ke Piazza San Marco, Doge's Palace dan St. Mark's Basilica yang terkenal dengan arsitektur megahnya. Bahkan, kami juga sempat menaiki Bell Tower disana dan melihat Venesia dari atas. Setelah puas, karena kami lapar sekali, kami memutuskan untuk menikmati makan siang di cafe yang banyak terdapat di St. Mark's Basilica. Kami juga menyempatkan untuk membeli diary khas Venesia, postcard dan gantungan kunci untuk oleh-oleh. Untuk kami sendiri, kami membeli sepasang cangkir kopi unik khas Venesia. Bahkan, Renatta juga melengkapi koleksi postcard nya dengan membeli beberapa postcard untuk dirinya sendiri dan diary unik khas Venesia. Aku juga ia belikan diary tersebut, yang katanya, untuk mencatat jadwal operasi dan jadwal lain terkait pekerjaanku, biar gak lupa jadwal kalau smartphone ku low battery. Ah..kekasihku ini memang ada saja. Namun, kuakui, itu adalah wujud perhatiannya padaku. Setelahnya, kami menuju stasiun MRT lagi karena kami akan kembali ke Milan.


This I Promise YouWhere stories live. Discover now