Chapter 1

3.9K 210 72
                                    

Chapter 1 ||Suara ini?

Oh, UN udah selesai. Nilai belum keluar, sih. Tetapi kami para siswa-siswi XII IPS-2 tetap percaya diri dan teguh pada kemampuan masing-masing. Merasa cukup dan melewati satu bulan penantian dengan enggak melakukan apapun.

Kami hibernasi selama sebulan.

Kringggg......

"Hallo, Bi. Kayanya kalo gue udah lulus sekolah nanti, gue bakal lupa caranya bernafas, deh." Telfon Beni pagi ini.

KLETEK. aku langsung mematikan sambungan telfon.

Halah bilang aja lu kangen gue, Ben. Masalahnya gue gak kangen lu tuh.

Ting tong!

Aha, ini dia yang gue tunggu-tunggu.

Dengan kecepatan cahaya aku melesat  membuka pintu utama, menyambut Bagas yang sudah berdiri disisi sebaliknya. Cengiran khasnya merekah menampilkan deretan giginya yang rapih dan bersih, diikuti bentuk lesung pipi yang terbentuk saat bibir itu melengkungkan senyum. Selalu manis. Sama seperti coklat yang saat ini dia bawa. Manis. Aku suka.

"Udah gede makan coklat aja masih blepotan." Kata Bagas saat menemaniku menonton tv, ibu jarinya sesekali mengelus sekitar bibirku.

"Bodo!" Aku mengendikan bahu cuek, tetap asik makan coklat sesuka hati.

Iya, akhir-akhir ini aku suka banget bertingkah ke kanak-kanak'an di depan Bagas, kadang menggodanya secara terang-terangan. Toh, dia milikku.

Aku tau sebentar lagi Bagas akan memutar daguku menghadap ke arahnya, kita saling tatap-tatapan sebentar sebelum bibirnya melumat bibirku yang belepotan coklat. Tangan kanannya menarik tengkuk memperdalam ciuman, refleks juga tanganku akan melingkar di sepanjang perutnya----dan voila! itulah yang terjadi sekarang.

Meski baru menjalin hubungan yang sah selama 3 bulan, tapi aku sudah hafal betul. Bagas paling lemes kalo aku udah bersikap manja ke dia, apapun yang aku mau pasti diturutin. Tadi subuh-subuh aku telfon dia minta di beliin coklat dengan nada merengek seperti anak kecil, dan sekarang dia bawa yang aku mau kan.

Kondisi rumah saat ini aman.

Kak Dion baru aja pergi nganterin Mama arisan, Cek.

Papa masih ngantor dan pulangnya sore, cek.

Gue udah ngasih tau Bagas soal itu, biar kita bisa mantap-mantapan mumpung rumah sepi. Ehe.

Doi juga sampe rela bolos dari les tambahannya, cuma buat indehoy ama aku. See, yang pengen bukan cuma aku doang kan.

Selalu saja setelah puas meraup sari manis bibirku, Bagas langsung menyingkap kaos yang aku kenakan, menampilkan 2 butir kacang merah yang sudah mengeras. Tsah! Tangan Bagas menelusuri kulit perutku, perlahan tapi pasti terus menjalar ke atas.

Mppphhh....ah!

Ibujari dan telunjuk Bagas mencubit putingku sesekali menggesek-geseknya dengan telapak tangannya yang kasar. Enghhh.....rasanya enak, tapi aku siap nerima rasa yang lebih dari ini, saat jarinya digantikan dengan sapuan lidahnya yang  licin dan meraup rakus kacang ku  dalam mulutnya. Hn, nikmat.

Aku gak tau bagaimana aku bisa berakhir berbaring di sofa, dengan Bagas yang ada diatas tubuhku dan TV yang malah menonton kami ngentot.

"Enghhh...mmm Bagas ah- ah-ah!" Racauku mengudara disetiap sisi rumah, genjotannya mantep banget sampe aku kewalahan sama temponya alhasil tubuhku tersentak-sentak saking kuatnya tumbukan dibawah sana.

Sebentar lagi-sebentar lagi- mata ku mulai memutih menyambut orgasme yang datang, rasanya kaya berada di atas awang-awang.

Ummmm .....i'm cum....cum..cum....eunghhhhh......

Crot-crot-crot.

Lelehan spermaku tumpah diatas tubuhku sendiri dan Bagas yang juga menumpahkannya didalamku. Aku tersenyum lemas tapi rasanya sangat puas, Bagas kembali memberiku ciuman panas yang----

Cklak!

"Dek?"

Suara ini?

______________________________________

Bersambung......

Jgn protes ya kalau update pendek-pendek, biar enak juga bagi waktunya. Alon-alon asal kelakon.

@paparerell

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akhir Bagas dan Abiu (season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang