𝙼𝚊𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒𝚗!

623 83 2
                                    

Wanita itu tulang rusuk yang harus dijaga, bukan disakiti. Jika seorang lelaki selalu menumpahkan air mata wanita, maka sungguh ia tidak layak disebut lelaki.

-Aira-

---------------

Panji baru saja keluar dari dalam mobilnya. Memarkirkan roda empat itu di halaman depan rumah bercat hijau mudah yang sudah dihiasi dengan berbagai bunga-bunga cantik. Panji melangkah dengan sangat bahagia disertai senyum ringan begitu hangat. Ia langsung mengetuk pintu menunggu jawaban sang tuan rumah. Tak lama si empunya rumah keluar dan membuat Panji makin melebarkan senyumnya.

"Hai?" sapa Panji dengan satu kedipan mata.

Kirana nampak sumringah ketika ia melihat siapa yang datang sepagi ini di rumahnya. Hazel teduh yang selalu menjadi mimpi indahnya ketika tidur sekaligus menjadi kisah nyata yang lebih indah ketika terbangun. Panji. Dialah lelaki yang selalu menjadi alasannya kembali. Hanya Panji.

"Mau terus melihatku seperti orang bodoh di sini, atau mempersilahkan si tampan ini masuk?" ucap Panji bertolak pinggang membuat sang lawan bicara hanya melemparkan cengengesan.

"Baiklah. Gadis biasa akan mempersilahkan lelaki tampan ini masuk, tapi dengan satu syarat ..."

Panji mengerutkan keningnya penasaran. "Syarat?"

"Iya, Syarat," balas Kirana pasti.

"Apa?"

"Tidak menghabiskan makananku. Aku tidak punya banyak stok makanan, kau tahu itu," sergah Kirana membuat Panji langsung melesatkan tawa renyah.

"Aku tidak bisa menjamin itu, yah, karena sepertinya cacing di dalam perutku sudah menuntut untuk segera diisi." Panji menepuk-nepuk perutnya disertai wajah jail yang selalu membuat Kirana sebal juga gemas.

"Dasar! Masuklah kalau begitu. Kebetulan sekali aku juga baru selesai masak. Sekalian kita makan bersama."

"Wah ide bagus. Ayo-ayo."

Panji dan Kirana melepaskan tawa bahagia selayak suami dan istri. Panji bahkan melupakan fakta dirinya yang sudah menikahi Fatimah. Ia bahkan lupa bagaimana wanita malang itu harus melewati banyak luka hanya demi menunggu dirinya kembali.

****

"Fatimah! Ayo cepat. Kita bisa kehabisan stok nanti." Suara Aira membuyarkan lamunan Fatimah membuat gadis itu mau tak mau menarik tangan Fatimah untuk mengikuti langkahnya menuju supermarket yang sedang melakukan dikson besar-besaran. Aira tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berbelanja banyak. Tidak bisa dibiarkan anugerah diskon itu lenyap sebelum ia datang.

"Kita harus cepat. Aku sudah menyiapkan catatan untuk memborong hari ini. Kau tahu, diskon sebesar ini hanya hadir dalam kurung waktu satu kali dalam lima tahun. Jadi ku harap kau mengerti bagaimana antusiasnya diriku," jelas Aira terus berjalan memasuki supermarket yang sudah dipadati para pengunjung.

"Baiklah-baiklah."

Fatimah lantas memalingkan wajah ke lorong rak sayur dan buah-buahan itu. Kemudian sekilas kenangan awal bertemu Kirana terlintas di pikirannya. Mengingat senyum bersahabat yang dilayangkan untuknya begitu baik. Jika ia mengingatnya, sungguh itu membuatnya menjadi tidak bisa tenang. Ia takut jika suatu saat nanti semua akan benar-benar lebih sulit dari ini. Apakah ia akan tetap bertahan ataukah harus patah oleh sebuah keputusan absolut dari Panji. Ia memahami bagaimana suaminya itu sangat-sangat mencintai Kirana, tapi ia tidak mampu mengalah secepat itu. Walau bagaimana pun, ia adalah istri sah Panji, maka ia berhak untuk mempertahankan hubungannya. Ia juga tidak bisa merelakan cinta itu pergi, sebab ia merasa masih mampu untuk mempertahankannya walau harus dengan tertatih-tatih.

Melody Embara (Complete)Where stories live. Discover now