2.

13.1K 1.1K 33
                                    

Ratih bersiap untuk pergi meninjau salah satu restaurannya yang berada diluar kota. Sebenarnya restauran itu milik Gayatri, orang yang dipanggil Ratih ibu yang tidak lain adalah istri pertama ayahnya. Karena tidak memiliki anak, Gayatri mewariskan restaurannya pada Ratih, karena saudara kembar Ratih, Kamajaya sama sekali tidak tertarik pada hal yang berbau bisnis. Tidak ingin mengecewakan sang ibu yang selama ini baik padanya, Ratih memilih memantau langsung kinerja restaurannya.

Ratih memasukkan beberapa pakaian dan perlengkapan mandinya kedalam tas ranselnya. Ia hanya akan menginap dua hari. Sehari meninjau restauran dan sehari lagi akan berjalan-jalan. Pergi keluar kota adalah kesempatannya berjalan-jalan tanpa diawasi sang Ayah ataupun Kamajaya.

Pintu kamar Ratih diketuk setelah itu ia melihat sang ayah masuk sambil membawa ponselnya.

"Jadi melihat restaurannya cah ayu?"

"Jadi, yah. Naik kereta nanti malam jadi pagi sudah sampai sana."

"Pesan tiket sama hotelnya pakai aplikasi di hp ayah."

"Ratih nginep di hotel yang biasa saja ya, yah."

"Tidak-tidak, kamu harus nginep di hotel yang bagus keamanannya. Ayah tidak mau mempertaruhkan keselamatan anak ayah dengan membiarkan kamu nginep di hotel ecek-ecek. Semua tiket kereta dan hotel ayah yang bayar. Ngga ada ceritanya kamu berpetualang ala backpacker. Anak perempuan Gunadi Dharmahadi harus dapat fasilitas nomor satu. Kamu ikut aturan ayah atau tidak pergi sama sekali."

Gunadi mengancam. Ratih tidak menyalahkan ayahnya yang bersikap protektif dan posesif. Pertama kali keluar kota meninjau restaurannya Ratih membawa mobil sendiri yang berakhir mobilnya ditabrak dari belakang saat di tol. Ayahnya lalu menyarankan agar Ratih membawa sopir tapi Ratih menolak. Ia pergi karena ingin bebas dari pengawasan ayahnya ini malah disuruh bawa sopir sama saja bohong, tidak ada satupun sopir yang tidak loyal pada ayahnya. Kalau bapak Gunadi sudah bertanya tidak ada yang bisa disembunyikan, semua akan keluar seperti kran bocor, mengalir sampai jauh. Akhirnya Ratih  memilih tranportasi umum yang murah meriah dengan menginap di hotel yang tarifnya tidak terlalu mahal. Ratih tidak masalah dengan hal itu. Toh dia sampai dengan selamat dan bisa tidur nyenyak, sayangnya semua itu tidak berakhir baik, dirinya pulang dengan kulit yang gatal-gatal entah karena apa dan dirinya kehilangan ponsel saat di angkutan umum. Sejak saat itu setiap Ratih keluar kota semua transportasi dan penginapan akan dipesan melalui aplikasi yang ada di hp ayahnya. Gunadi sendiri yang akan memastikan anaknya naik apa dan menginap dimana. Ia tidak ingin anak perempuan satu-satunya itu sampai kesusahan. Dapatnya susah jadi menjaganya harus dengan sepenuh jiwa raga.

"Sudah yah."

Gunadi memastikan pesanan anaknya sebelum membayar. Tak lupa juga dirinya memberi uang saku pada anaknya dengan transfer via mobile banking.

"Ingat telepon ayah begitu sampai disana. Jangan makan sembarangan, jangan jajan sembarangan-"

"Kalau kesulitan atau nyasar segera lapor polisi."

Ratih memotong ucapan Gunadi. Ayahnya tersenyum sambil mengacak-acak rambutnya yang panjang. Ratih memang memanjangkan rambutnya seperti Bundanya. Saat melihat rambut bundanya ia benar-benar iri, selain panjang dan tebal rambut bundanya juga berkilau. Mirip iklan sampo. Sayangnya rambutnya tidak lurus seperti bundanya. Rambut Ratih sedikit ikal.

"Pinter anak ayah."

"Setiap Ratih keluar kota ayah selalu berpesan yang sama. Mungkin sebaiknya Ratih berpacaran saja dengan polisi agar Ratih tidak kesulitan ataupun kesasar. Keamanan masyarakat saja dilindungi  apalagi diri Ratih seorang pasti dilindungi segenap jiwa dan raga."

"Nggak! Kamu ngga boleh pacaran, kuliah dulu yang benar."

Gunadi menolak tegas.

"Ayah ini bagaimana, punya pacar polisi ga boleh, dokter ga boleh, pengacara ga boleh, bankir ga boleh, pengusaha ga boleh, apalagi mahasiswa, coret nomor satu. Terus Ratih boleh pacaran sama siapa ayahku yang ganteng?"

Bukan Kasih Tak Sampai (Completed)Where stories live. Discover now