Bagian 1 (Hujan)

11 0 0
                                    

Malam itu hujan deras mengguyur kota, sebenarnya tidak ada yang istimewasemuanya masih sama seperti biasanya, namun bagiku itu berbeda sebab saat itu aku sedang bersama papa, kita pulang bersama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam itu hujan deras mengguyur kota, sebenarnya tidak ada yang istimewasemuanya masih sama seperti biasanya, namun bagiku itu berbeda sebab saat itu aku sedang bersama papa, kita pulang bersama. Bagiku waktu yang kulalui bersama papa adalah hal yang luar biasa, karena dari bibir nya yang indah selalu keluar untaian-untaian kata yang bisa membuatku terpana. Seperti malam itu papa memberiku sebuah hadiah yang indah, bukan hadiah barang-barang mewah ataupun bingkisan-bingkisan kecil, lebih dari itu hadiah papa adalah petuah-petuah kehidupan yang sampai kapanpun akan terus membuatku ingat dan terngiang.

''Kak Shir, daripada liatin hp lebih baik liatin tuh hujan yang sedang turun, perhatiin baik-baik.'' Kata papa sekilas menoleh padaku.

''Memangnya kenapa pa, ada apa dengan hujan?.'' Kataku sambil melihat hujan dari balik kaca mobil.

''Kamu liat aja dulu, perhatiin baik-baik, ada yang istimewa ngak dengan hujan.'' Kata papa yang sedang fokus menyetir.

Lama aku memperhatikan hujan tak juga aku paham apa yang sedang papa maksudkan, apa yang istimewa dari hujan? Bukankah biasa saja? Ya, aku tau proses terjadinya hujan memang luar biasa, tapi kan itu udah biasa, disekolah guru geografipun sudah menjelaskan dengan baik akan hal itu, lantas apa yang dimaksudkan papa?

''Kak, kamu bengong apa emang pura-pura lagi mikir?.'' Tanya papa yang berhasil mengecekku.

''Shirin udah perhatiin baik-baik pa tapi tetep aja gak tau apa yang papa maksud, Shirin nyerah deh, papa jelasin aja.'' Kataku sambil membenarkan posisi duduk.

''Ha ha ha kamu paling bisa bikin papa ketawa, Cuma gitu aja langsung nyerah.'' Jawab papa yang antusias sekali dengan percakapan ini.

''Ya habis gimana lagi pa, udah perih mata Shirin melototin hujan, tapi tetep aja gak ketemu jawabannya.'' Kataku pasrah.

''Kakak tau gak hujan itu bagi papa adalah sesuatu yang istimewa, sangat istimewa malah, kenapa bisa begitu, begini ceritanya, dulu ketika papa masih remaja tepatnya kelas 1 SMA papa selalu bertanya dalam hati tentang hujan, bukan bertanya tentang proses terjadinya hujan atau apapun itu, tapi bertanya tentang mengapa Tuhan menurunkan hujan dengan posisi vertical, setetes demi tetes, mengapa tidak secara horizontal dan langsung turun seperti pancuran air pam? Pertanyaan itu selalu ada didalam pikiran papa ketika hujan turun, sampai pada masa itu ketika papa sudah menginjak dewasa, sudah mulai menemui masalah yang datang silih berganti, papa termenung ketika hujan turun dan saat itu juga papa mengerti rahasia Tuhan tentang pertanyaan yang selama ini yang ada dipikiran papa. Tuhan menurunkan hujan dengan cara vertical, setetes demi tetes tidak lain hanyalah sebagai contoh didalam kehidupan kita kak, hidup ini sama dengan hujan, ketika kamu sedang menemui masalah yang tidak henti-hentinya datang, masalah yang seperti benang kusut sulit untuk diselesaikan disitulah kita seharusnya belajar dari hujan, ya belajar untuk menyelesaikan masalah itu satu demi satu, step by step, uraikan masalah itu dengan posisi vertical yaitu dengan pikiran yang focus, jangan terlalu menekan dirimu sendiri yang bisa membuat orang-orang disekitarmu merasakan kegundahanmu, sama seperti hujan yang tetap memberikan kesejukan kepada mereka yang merasakan akan hadirnya, dan yang terakhir yang paling penting adalah berikan solusi terbaik untuk setiap masalah yang kamu hadapi dengan porsi yang pas, sama seperti hujan yang selalu tepat memberikan anugerahnya kepada kita semua, tepat waktunya dan tempatnya.'' Jelas papa sambil tetap focus menyetir dan sekilas melihatku dengan senyuman tulusnya.

Percakapan waktu itu tentang hujan selalu memberikanku kekuatan ketika masalah dalam hidup ini mulai datang silih berganti, seperti saat ini tepat ketika hujan turun aku yang sedang menunggu hujan reda diteras sebuah kedai kopi teringat akan petuah papa. Malam sudah semakin larut begitu juga dengan hujan yang semakin menggerus.

HALOOO SEMUA, SEMOGA KALIAN SUKA YA. HAPPY READING 😊

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 01, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MomentumWhere stories live. Discover now