Stella POV
Hari Jum'at esoknya gue ke sekolah dengan rasa malas dan ga mood sama sekali.
Eva pun gue cuekin dari pagi dan dia kesal ama gue sekarang!
Alina juga hanya diam aja tadi dan ga banyak bicara.
Mana gue sekarang laper lagi karena belum sarapan! The fuck. Perut gue terus keroncongan pas selama pelajaran dan membuat gue menderita setengah mati.
Akhirnya jam istirahat pertama pun berbunyi dan gue segera ke kantin untuk makan!
Eva tiba-tiba duduk di depan gue dan memberi gue minum, "Makan pelan-pelan ih, loe bisa tersedak tau ga!"
"I-iya Va. Makasih buat minumannya dan gue minta maaf tadi pagi nyuekin elo", kata gue merasa bersalah ke Eva.
"Iya gue juga minta maaf Stel, sedikit kesal ama loe"
"Iyah. Hehe. Ni gue udah mendingan kok sehabis makan"
"Dih, ngapain juga loe tadi ga sarapan? Mama udah buatin sarapan loh buat loe, eh loenya ngeloyor gitu aja kayak ngehindarin kita"
"Hahahahaha, gak Va. Gue lagi kesal ama diri gue sendiri kok sebenarnya"
"Kenapa loe Stel emangnya?"
Gue pun mencari jawaban secepat mungkin, "Kesal karena gue bukan tuan rumah yang baik bagi kalian"
"Hey, apaan sih Stel, loe tuh udah banyak banget bantu kita tau ga! Gue ama Mama tuh sangat bersyukur banget ama loe"
"Iyaa Va. Ya udah yukk balik ke kelas. Udah mau bel"
"Yukk"
Alina POV
Hal yang gue takutkan pun benar-benar terjadi semalam! How can I be so stupid and let my guard down!
Gue sungguh ga tahu lagi harus bersikap bagaimana ke Stella setelah ini. Ga mungkin hubungan kita kembali seperti dulu. Bercanda, atau sekedar ngobrol biasa.
Mana ga ada penthouse di gedung lain yang available. Adanya semua apartemen dan hanya 1 kamar. Haruskah gue satu gedung dengan Stella? Damn, I have no choice!
Gue lalu menghubungi kantor di bawah dan bertanya apa masih ada penthouse yang masih kosong. Dan mereka bilang ada!
"Maaf, ada di lantai berapa?", tanya gue.
"Di lantai 11 Ibu. Nomor 11A02"
Holy fuck. Berada tepat di sebelah penthousenya Stella!
"Lantai lain ga ada?". C'mon.
"Maaf, sudah terisi semua. Bagaimana Ibu?"
My God. "Saya ambil. Tolong di proses segera mbak", gue pun langsung menutup telpon setelahnya. Gue lalu menyuruh sekertaris gue untuk mengurusnya.
Ya, gue berpikir yang penting tidak tinggal seatap dulu sama Stella. Walau sebenarnya nanti kita tetanggaan tapi itu lebih baik. Dan gue berharap bisa secepatnya menemukan rumah yang pas dan strategis. Nanti penthouse itu bisa gue jual sewaktu-waktu atau bisa Eva tinggali.
Good, tinggal memikirkan bagaimana mengakhiri hubungan gue ama Stella dan membuatnya menjadi biasa! Gue ga ingin menyakiti perasaannya tapi juga ga ingin membuatnya berharap!
Tapi jujur, ciuman dan sentuhan Stella membuat gue gila! Gue ga pernah merasa begini lagi sejak lama dan darah gue sangat bergejolak malam kemarin!
Tidak tidak Alina. Loe jangan berpikir seperti ini lagi!
Should I try having one night stand with a man? Hmm.
Shit, I really sexually frustated right now!
