Prolog

47 1 0
                                        

"Kumohon ceraikan aku!" kata Elena lirih.

"Kenapa kau seperti ini, Nak?" tanya Chintya Narendra, ibu mertua Elena. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikir menantunya ini. Sedangkan Elena hanya diam saja.

"Tidak akan! Aku tidak akan menceraikanmu tapi aku juga akan menikah dengan Yuanita."

Bagaikan disambar petir di siang bolong, ruang tamu rumah Elena dan Januar langsung hening. Chintya dan Pandu, orang tua Januar, terdiam sesaat. Hingga...

PLAAKKK!

Suara tamparan dari Pandu Harza Narendra terdengar sangat keras. Istrinya hanya bisa memekik namun lain halnya dengan menantunya, dia hanya bisa menangis dalam diam.

"Jaga ucapanmu di depan istrimu, Januar! Papa tidak pernah mengajarkan padamu untuk tidak setia pada pasangan, ya," kata Pandu akhirnya.

"Tapi aku tidak bisa lupa dengan mantan kekasihku, Pa," jawab Januar.

"Aku juga merasa lebih baik lepas dari suami dan kembali ke mantanku," sahut Elena.

"Aku akan mempertahankanmu jika kau bersedia membiarkanku untuk menikah lagi!" kini Januar yang memaksa.

"Aku akan membiarkanmu menikah lagi asalkan kau membebaskanku. Tidak ada yang bisa dipertahankan lagi. Anak yang keluargamu inginkan sudah tidak ada atau..., lebih tepatnya tidak akan pernah ada karena salah satu dari kita mandul," kini Elena menatap Januar tajam dan mantap. Diapun berdiri dan berkata lagi, "Besok aku akan mulai mengurus perceraian kita dan rumah ini tetap menjadi milikmu, jadi aku akan keluar dari rumah ini malam ini!"

Januar terdiam mematung mendengar perkataan Elena. Dia tidak mencoba menahan kepergian Elena. Sedangkan Pandu hanya tertunduk lesu, Chintya hanya bisa menangis sambil terus memanggil nama Elena yang hilang dibalik pintu kamarnya di lantai atas. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Alasan perceraian ini sudah dilontarkan oleh Elena. Mereka tidak menyangka jika menantu mereka mandul dan akhirnya anak mereka kembali berhubungan dengan sang mantan.

Tak berapa lama Elena turun dari lantai atas. Tatapannya dingin sekali memandang tiga orang yang masih ada di ruang tamu. Dia tidak ingin menangis untuk ke sekian kalinya, maka dia memberikan tatapan dingin penuh penyesalan pada kedua orang yang akan menjadi mantan mertuanya dan tatapan dingin penuh kebencian pada laki-laki yang segera menjadi mantan suaminya.

What Should? [Questioning Series 1]Where stories live. Discover now