Chapter 1 : The beginning

9.3K 664 8
                                    

Aku kembali menggigit rotiku yang menjadi sarapanku hari ini untuk kesekian kalinya. kulirik sekeliling, tampak seluruh keluargaku sibuk dengan sarapannya. Wajah-wajah lelah masih terlihat sangat jelas diwajah mereka masing-masing mengingat kemarin adalah hari yang sangat-sangat melelahkan. Ya, kemarin. Hari pernikahan Mom.

Setelah menyelesaikan sarapanku, aku segera meminu susu dan bergerak meninggalkan meja makan. Kuputuskan untuk kembali kekamarku. Untuk menghabiskan waktu beberapa saat. Menunggu keluarga baruku menghabiskan sarapannya dan setelahnya mengantar Mom dan Dad kebandara.

Aku pun berhenti didepan sebuah kamar. Satu kamar dari paling pojok. Perlahan, aku buka pintu kamar itu dan berjalan kedalam. Aku lirik sekeliling kamar baruku. Tempat dimana aku akan menghabiskan waktu luangku disana. Aku tahu aku sudah melakukan ini berulang-ulang. Mungkin sudah 3 kali. Tapi, aku hanya sedang mencoba membiasakan diri ditempat yang baru.

Pandanganku teralih ke kaca yang terletak berhadap dengan kasur yang sekarang berstatus sebagai kasurku. Kaca besar yang membuatku dapat melihat kamar yang berada disebelah kamarku. Kamar laki-laki. Mungkin dad 'baruku' memang merancang ini agar aku dapat berkomunikasi dengan pemuda yang di restoran sebulan yang lalu yang sekarang berstatus sebagai kakakku.

Sebenarnya, sejauh ini aku dan kakak'angkat'ku itu tidak pernah saling berbicara. Menyedihkan sekali. Orang yang sama sekali tidak pernah berbicara satu sama lain menjadi saudara. Betapa uniknya hidupku ini?

Tiba-tiba saja aku kembali teringat dengan Dad.Pria yang sudah meninggalkanku dan Mom sejak aku berumur 8 tahun karena kecelakaan mobil. Mengingatnya saja membuatku kembali sedih. Dan lebih sedihnya lagi, sekarang nama belakangku bukan Sanders lagi. Nama belakangku yang berubah. Hanya satu kata tetapi itu mengubah banyak hal.

Lenox Faith Dallas. Begitulah nama baruku. Terdengar asing ditelingaku ketika seseorang memanggilku dengan nama itu. Ralat. Sangat asing. Rasanya masih enggan jika Mom akan menikah lagi. Tapi, aku tidak boleh egois. Bagaimana pun aku tidak ingin membuat Mom terus sendiri.

Dan sekarang ada hal lain yang mengganjal dipikiranku. Cameron Alexander Dallas, kakak angkatku. Menurutku dia pendiam. Sangat pendiam. Sejak awal aku bertemu dengannya aku tidak pernah mendengar suaranya. Bagaimana jika dia tidak menyukaiku? Atau dia tidak ingin menerimaku sebagai adik angkatnya?

Oh L. ber-positive thinking-lah. Tiba-tiba terdengar bunyi pintu yang diketuk. Dengan segera aku raih handphoneku dan berjalan keluar kamar dan menemui Mom dan Dad yang sekarang berdiri diambang pintu diiringi senyumnya.Dengan segera aku mempercepat langkahku untuk menyusul mereka yang sedang berjalan kearah mobil.

Setelahnya Mom dan Dad duduk dijok belakang mobil sedangkan aku dan kak Cameron duduk didepan. Kakak. Haha.. aku hanya mencoba menjadi lebih sopan dengan pemuda berusia 20 tahun itu yang sekarang berstatus sebagai kakakku.

Perlahan, mobil yang dikendarai oleh Kak Cameron pun berjalan. Berjalan meninggalkan pekarangan rumah. Dan sekarang, yang terdengar hanya radio yang sedang memutar lagu Summertime Sadness yang dibawakan oleh Lana Del Rey dan suara tawa Mom yang sekarang sedang tertawa karena bercanda dengan suaminya.

Sesampai dibandara, aku dan Kak Cameron membantu menurunkan koper-koper berat milik Mom dan Dad dari bagasi. Aku menjadi bingung kenapa mereka membawa bawaan sebanyak itu seakan-akan pindah rumah. Ayolah, kalian hanya akan pergi selama seminggu -_-

Setelahnya, dapat kulihat Mom dan Dad tersenyum kearah kami. Dan detik berikutnya dapat kurasakan hangat. Hangat pelukan seorang ibu. Mom memelukku erat. Seakan-akan kami sudah lama tidak bertemu. Aku pun membalas pelukan Mom sembari memejamkan mataku.

Tak lama kemudian Mom melepas pelukannya lalu mencium keningku lalu berpindah ke kak Cameron dan setelahnya kembali berdiri disamping Dad.

"We will go for a week and-" Dad menggantungkan kata-katanya lalu melirik jam tangannya yang melingkar dipergelangan kiri beliau. "We have to go now. Take care!"

"Cameron, tolong jagakan Lenox. Dan L, jangan berbuat yang aneh-aneh."

Aku pun mengganggukan kepalaku mengerti. Aneh-aneh? Ayolah Mom, Aku sudah 17 belas tahun. Maksudku, aku sudah tahu apa yang seharusnya kulakukan dan apa yang tidak boleh kulakukan...

"Certainly, I will take care her Mom."

Untuk pertama kalinya aku mendengar suara pemuda bermata coklat yang sedang berdiri disebelahku. Ada rasa tenang setelah mendengar ucapannya tadi. Maksudku, dia tidak membenciku! Mungkin saja dia hanya pendiam. Dan ya, aku harap kenyataannya memang begitu.

Mom dan Dad pun mengangguk lalu berjalan meninggalkan kami berdua. Dan lenyap ditelan orang-orang yang terus berlalu lalang dibandara yang tergolong besar ini. I will miss you Mom!

A/N : Hola guys! Gimana part 1nya? I hope you like it!

Oke, aku mau ngasih tau kalian kalau cerita ini cuman Short Story dan... perchapternya bakal pendek-pendek. sekalipun panjang ga bakal sepanjang chapter-chapter di cerita DILY.

And just wanna say Thanks a lot! please leave voment guys! i work hard for this!

Step Brother ; C.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang