🌸🌸🌸

388 51 33
                                    

Setelah kejadian postingan kemarin, Seungyoun mendatangi rumah Hangyul. Dia tidak akan menyerah sampai di sini.

"Eh, nak Seungyoun. Mau bertemu Hangyul ya?" Tanya ibu Hangyul di pintu masuk.

"Iya, eomma," jawab Seungyoun dengan senyum termanisnya.

"Kenapa kau memanggil ibuku seperti itu?! Kau mau merebutnya dariku?!" Tanya Hangyul yang tiba tiba saja muncul di balik punggung sang ibu. Ia sangat peka dengan kedatangan Seungyoun karena perasaannya langsung tidak enak seperti ada hawa hawa menyebalkan yang Seungyoun bawa.

"Untuk membiasakan diri, jadi kupanggil eomma dari sekarang, hehehe. Tidak apa apa kan eomma?"

"Iya tidak apa apa. Hangyulnya saja yang terlalu berlebihan," jawab ibu Hangyul dengan senyum ramah. Wanita ini menyukai Seungyoun karena Seungyoun adalah anak baik. Dia tidak keberatan jika pemuda ini berteman dengan anaknya yang galak itu.

Seungyoun dipersilakan masuk, dan dia mengikuti Hangyul ke dalam kamar. Ada sesuatu yang ingin ia bicarakan.

"Hangyul," ucap Seungyoun yang sudah duduk di kursi belajar sedangkan Hangyul di tepian ranjangnya dan menunduk. Ia mendengarkan Seungyoun tapi malas melihat wajahnya. Pintu tertutup rapat karena Hangyul tidak mau percakapannya dengan Seungyoun terdengar keluar. Karena ia sudah bisa menebak apa yang akan Seungyoun bicarakan. Sesuatu yang akan memalukan.

"Hm." Hangyul hanya menanggapi dengan gumaman malas.

"Tatap wajahku ketika aku berbicara denganmu," pinta Seungyoun.

Hangyul tidak suka diperintah. Apalagi jika yang memerintahnya adalah Cho Seungyoun. Siapa dia memangnya?

Tapi kali ini dia patuh. Ia merasa kasihan juga lama lama, karena tidak terhitung sudah berapa puluh kali ia menolak dan menghindari pemuda itu. Sekarang ia akan sedikit memberikan apresiasinya.

"Nah gitu dong, jadi aku bisa melihat wajah garangmu," ujar Seungyoun yang membuat Hangyul melotot.

"Kau baru saja menyamakanku dengan bunga kemarin, dan sekarang kau bilang aku garang?"

"Loh? Memang tidak apa apa kalau aku bilang kau cantik?"

"Memang kemarin kau mendengarku melarangmu?"

Astaga Lee Hangyul, bilang saja kau senang dikatai seperti bunga oleh Seungyoun apa susahnya sih?

"Jadi benar nih kau tidak marah aku memposting fotomu kemarin?"

"Banyak foto idol kpop yang diposting di berbagai akun penggemar dan mereka tidak pernah marah. Jika ada seseorang memposting fotoku berarti aku punya penggemar kan?"

"Aku bukan sekadar penggemarmu Lee Hangyul," Seungyoun bangkit dari kursinya, berlutut di hadapan Hangyul dan meraih tangannya. Menggenggam salah satu tangan berisi itu, menatap dalam matanya, "Aku memujamu," lalu mengecup punggung tangan Hangyul.

Hangyul tidak menjawab. Seungyoun terkekeh melihat reaksi Hangyul. Ternyata benar apa yang Yohan katakan kemarin. Wajah Hangyul memerah hingga ke telinga ketika ia malu.

Ingin berpaling untuk menyembunyikan wajahnya, tapi sudah ketahuan. Ingin melarikan diri, tapi genggaman tangan Seungyoun terlalu erat. Dia bisa saja menendang dada Seungyoun, tapi dia tidak melakukannya. Ia pikir Seungyoun tidak berbuat macam macam padanya, ia tidak akan menyakiti seseorang yang tidak bersalah. Karena bukan seperti itu Taekwondo bekerja.

"Lee Hangyul, aku tidak akan pernah menyerah, dan tidak akan pernah bosan untuk mengatakan ini," Seungyoun membersihkan tenggorokan sebelum berkata, "Would you be mine?"

A Blessing in Disguise 🗑 Seungyul [⏯]Where stories live. Discover now