ujian gitar,

18 2 1
                                    

kali ini, aku nulis waktu istirahat kedua, dan raden sedang menikmati makanannya didepan kelas.




𝐑𝐀𝐃𝐄𝐍
幸せすぎないで

katanya,
"jangan cepat senang"

───────────────
lcvesu 🕋🐿️



hari kamis, cuaca lagi cerah-cerahnya. aku pun begitu, lagi seneng karena hasil PUN perjajakan ujian nasional. yang kuberitahukan ke mama direspon sama beliau biasa aja. biasanya kan dimarahi, ini engga. ya seneng, lah?

oke kembali ke suasana kelas. seperti biasanya ramai. raden lagi genjreng gitar untuk penilaian gitar nanti siang. aman, karena dia sedang tidak bersama nasiwa sekarang. dia duduk dengan nugroho dan hervian yang lagi berpacaran dengan ketua kelas, lidya. 

aku sih, sibuk bercanda dengan ariqah, reola, aditya, dan danendra. gak terlalu memerhatikan raden sedang apa. tapi ya tetap melirik sedikit. 

jam pelajaran pertama dimulai, pak dani, guru bahasa inggris kami memasuki kelas. aku menjabat tangannya, berniat salim. lalu pergi keluar untuk baris seperti yang dilakukan siswa-siswi lainnya.

gak terasa, jam pelajaran inggris cepat berlalu. kemudian diganti dengan bahasa indonesia, yang sangat sangat sangat sangat membosankan. aku mulai mengantuk. apalagi kipas yang mengarah kepada kami-- aku dan ariqah, menyerbak kerudungku. beralaskan mukena milik ayunda yang sengaja ditinggal dikelas, aku meletakkan kepalaku diatasnya. terlelap sebentar. mengintip sedikit untuk melihat raden diseberang.

tetap rupawan, seperti biasanya.

sepertinya aku tertidur lama sekali, karena saat aku bangun, sudah jam istirahat saja. rutinitas kami saat istirahat adalah-- haha hihi, lalu berjalan beriringan besama sama aku, reola, ariqoh, tika, nilam, dan ayunda. 

saat kami hendak memasuki kantin, mataku menangkap sesosok eyang-- kusebut begitu, karena ia benar-benar mirip dengan uti ku di kampung halaman. sedang berjalan dengan keadaan kantin ramai seperti ini. 

aku menyapa beliau, "ada apa eyang?" padahal aku tidak tau itu siapa, hanya berniat bertanya. siapa tau ada yang bisa kubantu.

"kamu kelas 9 apa?" tanya beliau balik, aku tersenyum dan menjawab bahwa aku kelas 9c. beliau tersenyum juga, cantik.

"ohh, kamu kenal raden?" beliau bertanya lagi. aku terkejut, sungguh. jadi ini eyang yang sering dibicarakan teman-teman raden?

"iya, eyang. kebetulan kami sekelas" berusaha sesopan mungkin, tapi jangan sampai terlihat berlebihan. 

"boleh nitip ini?" beliau tampak mengeluarkan benda pipih berwarna biru, yang kutau, itu handphone raden, rupanya tertinggal.

"ohh iya eyang, boleh. nanti saya sampaikan" ingat khal, tetap tersenyum, dan sopan.

"siapa namanya mbak?" eyang menatapku, aku tersenyum dan menjawab, khalila.

kemudian aku ijin kembali untuk memberikannya pada raden. ayunda dari tadi sibuk menertawaiku, juga ariqah, cantika, dan nilam. katanya raut wajahku saat berhadapan dengan eyang raden terlihat bukan-khalila-yang-biasanya.

aku berjalan, mau bertemu raden, untuk memberikan benda pipih berwarna biru ini. tapi ternyata, sudah duluan bertemu di perempatan kantin. haduh, jantung, jangan deg-degan dulu. belum juga ngomong.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 18, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

a .Where stories live. Discover now