14

3.8K 343 53
                                    

bianca

dokter sudah selesai mengecek kondisi riana, kondisinya sudah cukup baik. Bekas jahitannya harus tetap diawasi agar tidak terbuka kembali, memar dibadannya sudah sedikit memudar walaupun masih terlihat jelas warna biru keunguan disana. Kini riana sedang tertidur lelap setelah meminum obatnya, biarlah dia tertidur agar mengurangi sedikit rasa sakitnya, aku tau dia berusaha kuat agar tidak mengeluh sakit atau meringis dihadapanku.

" Dia wanita yg tangguh. "

" sangat, aku tidak tau bagaimana jadinya aku kalau salah 1 dari kalian diposisi itu." ralo menyahutiku sambil menatap riana disana.

" aku udah bayangin segimana ngamuknya kamu, kamu itu sadis, kamu pernah matahin tangan siapa waktu itu gegara dia dorong aku sampe jatoh berdarah."

" itukan emosi aku masih labil." aku dan ralo tertawa mengingat moment tersebut.

" trus sekarang ini apa tiba - tiba suka nongol guard tetiba aku, riana, atau diandra clubing ? pasti itu kerjaan kamukan."

" Ya karna kalian bagian hidupnya aku, aku mau kalian baik - baik aja walaupun aku lagi ga sama kalian, sekarang termasuk riana, karna dia sekarang bagian dari hidup kamu. Tugas yg kamu kasih ke orang - orang itu udah aku ambil alih."

" laahh kok kamu ambil alih sih? aku tuh kesel sama cowo tai itu, bukan kesel lagi aku marah!! kamu liatkan apa yg dia lakuin ke riana." sakin emosinya aku bercerita tak terasa aku menitikan air mata.

" Ga ada batahan bianca!! aku gamau kamu deket - deket atau berhubungan  sama orang itu. Kamu mau kasih pelajaran ke bangsat itupun sudah dipastikan akan lebih menyakitkan dari yg kamu mau. Ga akan aku kasih orang bangsat itu deket - deket kalian. Paham??"

Aku melihat ralo raut mukanya berubah, rahangnya mengeras dan bergemeretak, aku tau sekarang dia sangat marah, apa lagi mengingat aku hampir terkena pukul oleh bajingan itu dan melihat badan riana mengeluarkan darah.
" heeiii bebb.. calm down.." aku mengusap - ngusap punggung ralo pelan berusaha menenangkannya.

aku melihat pintu terbuka, melihat diva melongok dari balik pintu dan ada siska dibelakangnya. Aku mengisyaratkan diva untuk diam dan langsung menyuruhnya menghampiri ralo.

" saayyaanngg.. kenapa hmmm? take a breath.." diva mengusap rahang ralo agar lebih tenang.

" ralo kesel kenapa nyet?" siska bertanya padaku.

" btw gue denger riana kena pukul sama orang, gue belom denger kronologisnya gimana?" Siska langsung berjalan menghampiri riana yg ternyata sudah terbangun.

" Ini lo beneran sakit?" siska menekan lebam biru ditangan riana, riana langsung meringis akan ulah siska.

" Bego lo kumat ya, ya sakitlah.. mau ngerasain lebam gitu? sini gue hajar."

" diihhh sewot.. kan gue cuma nanya, riananya aja santai.. monyetnya malah nge gas.."
siska masih bertahan berdiri sebelah riana. " gue serius nanya nih yah ini semua luka di tangan lo, kaki lo, lebam - lebam ini hasil karya mantan lo itu?" riana mengangguk menjawab pertanyaan siska.

" trus yah gue nanya lagi nih, jujur aja santai sama gue kan kita bukan musuh lagi, tapi kita belom jadi temen yah asal lo tau aja, gue dari sananya baik. Dari semuanya yg paling sakit yg mana?"

" yg dipunggung."

" mana - mana sini gue liat, pelan - pelan aja kalau masih sakit."

" ya iyalah nasih sakit, suka banget dibilang bego sama orang."

" maaf yah.. sini ga ngomong sama situ, situ diem aja." siska mendelikan matanya ke bianca.

siska menbantu riana untuk duduj sedikit tegak, siska niat sekali untuk rasa penasarannya yg tinggi. " BANGSAT.. ANJING... BABI.. NGEHE BANGET TU COWO BANGSAT.. WAAHH AANJJIINNGG... Ralo aku gamau tau yah abisin tuh bangsat, patahin ke, gebukin sampe mampus... ehhh jangan aku mau disiksa pelan - pelan aja sampe dia rasanya hidup segan mati tak mau.. EMOSI AIIINNKK.. KEHED SIIAAA.."

" Goblllookkkk... dari tadi gue bujuk ralo biar ga makin emosi, ini lo malah nyulut emosi ralo, itu bangsat juga udah ilang dari tangan gue, udah dicomot ralo.. kok lo bego udah tau kalau ralo ngamuk itu serem, ini lagi ngomporin!!"  Bianca langsung menghampiri siska dan menoyor kepalanya. " maaf yah, temen aku tingkahnya suka ajaib.. kamu rebahan lagi aja, sandarannya aku tegakin dikit aja biar kamu nyaman." Bianca sibuk mengatur posisi riana agar nyaman.

Aku melihat ke arah ralo dengan diva yg masih duduk dipangkuan ralo, meletakan kepala ralo didadanya, memeluk erat.

" udah yah sayang.. nanti sakit kepalanya kalau kamu terlampau emosi.. Siska ga usah didengerin, aku tau kamu akan lakuin yg terbaik, kita semua ikut keputusan kamu. Tapi untuk kamu mau kasih pelajaran ke bangsat itu, aku setuju kok, banget malah.." Diva mengusap - ngusap kepala ralo dan mencium keningnya, merasakan ralo yg sudah lebih tenang dalam pelukannya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

BrianaWhere stories live. Discover now