06

245 23 0
                                    

"Aku pulang"

"Selamat datang!" Kei langsung memeluk Kouta.

Sudah menjadi kebiasaan Kei untuk memeluk Kouta yang baru saja pulang dari kantornya.

"Apa makan malam hari ini?"

"Kare"

"Aku suka kare! Sini biar kubawa belanjaanmu" Kei mengambil belanjaan Kouta dan berlari ke dapur.

"Jangan berlari Kei! Aku membeli telur!" Teriak Kouta.

"Baik~!"

Selagi Kei menaruh belanjaannya di dapur, Kouta melepas sepatunya dan meregangkan ototnya yang kaku karena terus duduk di depan komputer.

"Kou chan~"

"Iya, tunggu sebentar!"

Kouta segera pergi menuju dapur, dia sudah bisa melihat jika Kei kelaparan.

"Cepatlah aku kelaparan~" rengek Kei.

"Tunggulah, aku akan membuatnya" Kouta mengelus pelan kepala Kei.

"Tontonlah tv selagi menunggu"

"Tidak mau! Aku mau membantumu!"

Kouta tersenyum melihat Kei.

"Kalau begitu, bisa kau potong wortelnya?" Kouta menyerahkan wortel yang dia beli tadi ke Kei.

"Serahkan padaku!" Dengan semangat Kei memotong wortel itu.

Kouta hanya bisa tersenyum melihat Kei disampingnya. Dia terlihat sangat serius walaupun hanya memotong wortel.

"Berhati hatilah, jarimu bisa terpotong"

"Un"

Kouta menyiapkan karenya selagi menunggu Kei memotong wortel. Dengan adanya Kei, dia tidak perlu menghabiskan waktu lama untuk memasak.

Entah sudah berapa lama Kouta tidak memasak bersama orang lain. Orang yang terakhir diingatnya adalah ibunya.

"Kou chan!" Kei memperlihatkan wortel hasil potongannya ke Kouta.

Walaupun wortel potongan Kei terlalu besar, Kouta tetap memujinya dan mengelus kepalanya.

"Sekarang bisa kau potong kentangnya?"

"Un!"

Melihat Kei yang sangat bersemangat memotong kentang, Kouta memutuskan untuk memotong daging. Dia awalnya hanya ingin membiat kare kentang dan wortel biasa, tapi karena melihat Kei yang bersemangat memotong kentang, Kouta akhirnya menambahkan daging di karenya sebagai hadiah untuk Kei karena membantunya.

"Aduh"

"Inoo chan?!"

Kouta yang panik mendengar Kei, langsung mengecek keadaannya dan mendapatkan jari telunjuk Kei yang teriris.

"Sudah kubilang, berhati hatilah"

"Maaf" Kei menundukkan kepalanya.

"Tunggu sebentar" Kouta pergi ke kamarnya lalu mengambil obat merah dan plester untuk mengobati Kei.

"Kemarikan tanganmu"

Kei mengulurkan tangannya yang berdarah ke arah Kouta.

"Mungkin ini akan sedikit pedih, tahanlah"

Kouta menyalakan keran, membiarkan air mengalir membasahi wastefelnya. Kouta memengang pergelangan tangan Kei dan menuntunnya untuk membasahi jarinya yang berdarah. Kei sedikit mendesis merasakan perih yang diterimanya saat air mengenai lukanya.

You are my petWhere stories live. Discover now