Bab 1

9.7K 562 47
                                    

Kelopaknya membesar, mata yang bak biji kenari itu berbinar indah, tubuhnya yang ramping terpaku di kursi kayu. Gadis itu sudah tak bergerak dari sana hampir satu jam lebih cuma untuk terus melihat benda persegi berlayar datar yang memunculkan gambar seseorang yang ia kenal. Sesekali tangannya dengan lincah meraih remot untuk menambahkan volume suara.

Athena begitu fokus melihat sang pujaan hati yang dikelilingi wartawan dan tersorot layar kamera. Syailendra-nya ada di sana, dengan gagahnya memakai jas hitam, dasi biru tosca dan celana senada. Berdiri di depan kantor pengadilan, berbicara untuk membela seorang perempuan yang tak berdaya, karena mengalami kekerasan dan hampir dijual.

Tak pernah Athena bayangkan jika Ale menangani beberapa kasus sosial tanpa dibayar sepeser pun. Ada ledakan bangga dalam hatinya ketika pahlawan semasa kecilnya itu memiliki kemurahan dan kebaikan hati.

Sedangkan sahabatnya Eliya yang ada di antara sekumpulan bunga segar, cuma mendengus dan hampir memutar bola matanya malas kalau saja tak ada pelanggan yang perlu ia layani. Setiap melihat mata Athena yang bersinar penuh semangat, ia merasa kasihan. Sampai kapan sahabatnya itu akan berhenti menggantungkan harapan dan memandang Ale layaknya Dewa.

Keduanya telah bertunangan tapi di mata Eliya, cinta hanya milik Athena seorang dan entah apa rasa yang Ale miliki untuk sahabatnya. Kapan Tuhan membuka pintu hati dan penglihatan Athena hingga perempuan itu sadar jika perjuangannya sia-sia. Demi Tuhan, mereka bertunangan dua tahun lebih. Tak ada kejelasan, hubungan itu akan dibawa kemana? Athena pernah Eliya suruh menuntut untuk dinikahi tapi sahabatnya terlalu lemah, tak berani bahkan beralasan jika Ale masih mengejar karier. Athena takut jika dia terlalu menuntut maka Ale akan pergi meninggalkannya.

"Kak Ale hebat, dia menang kasus lagi. Kali ini ada seorang perempuan yang di jual sama suaminya dan mengalami kekerasan." Athena terlalu antusias jika menceritakan sosok Syailendra Hutape. Eliya malas mendengar, ia sengaja mengorek telinga.

"Na, lo gak bosen apa cuma lihat tunangan lo di TV atau fotonya di ponsel."

Athena menunduk malu, pipinya yang seputih susu itu memunculkan rona merah. Apa terlihat jelas jika ia merindukan Ale? Sudah seminggu lebih lelaki itu tidak menghubunginya melalui chat atau telepon. Mungkin Ale tengah sibuk mempersiapkan persidangan. Terbukti 'kan Athena benar. Ale tampil cemerlang dan memenangkan kasus sosial lagi.

"Dia gak telepon lo berapa lama?"

Athena hendak membuka mulut tapi bibirnya mengatup kembali. Pembelaan apa yang diberikannya kini. Ia tak terbiasa berbohong dan kawannya terlalu cerdas tahu jika ditipu.
"Udah seminggu lebih."

"Jangan bilang dia sibuk!" Selalu 'dia' tak pernah mengucap Ale atau Kak Ale. Eliya  kesal dengan kelakuan tunangan Athena. Mulutnya terlalu mahal jika mengucapkan nama pria yang diam-diam selalu sobatnya tangisi.

Muram di wajah Athena mulai terbentuk karena tahu Eliya sedang menyimpan pikiran buruk. Ale tak pernah peduli padanya. Satu tahun lalu Eliya masih mendukungnya berjuang menaklukan hati Ale tapi tahun kedua yang ada cuma nada sengit dan dengusan malas. Eliya selalu bilang jika Athena harus mencari pria lain. Sayangnya, Athena adalah tipe wanita setia.
"Kak Ale memang sibuk. Banyak kasus harus dia tangani."

"Sesibuk apa sampai gak inget sama lo!"

Skakmat

Athena terpaku, walau kadang harapannya sering layu tapi ia percaya jika perjuangannya belum pantas di akhiri. "Udah Eliya. Kak Ale memang sibuk, mungkin ada baiknya gue ke kantornya bawain makan siang."

Terkututlah Athena dan semangatnya yang tak pernah habis. Eliya mengigit bibir karena salah bicara. Ia bukannya membuat Athena sadar tapi malah mendorong kawannya ke jurang penderita dan jembatan patah hati.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Syailendra sendiri kini merayakan sedikit kemenangan di dalam ruangan kantor bersama Daniel dan juga Juna. Tak pernah ia duga menjadi pembela untuk orang-orang tertindas, rasanya se-menyenangkan ini. Ia mendapatkan rasa puas daripada memenangkan sebuah kasus sengketa tanah bernilai milyaran Rupiah. Melihat si tertindas atau si miskin menjabat tangannya sembari menangis haru, rasanya Ale bagai kejatuhan mobil lamborghini.
Setidaknya setelah hampir delapan tahun jadi pengacara lebih, ia punya suatu pencapaian.

"Selamat, lo menangin kasus lagi. Lo hebat dan lo semakin terkenal sebagai pengacara pembela rakyat jelata." Entah itu sebuah ejekan atau ucapan bangga. Daniel suka bercanda. Bapak satu anak itu duduk di sofa sembari mengambil softdrink. Tak ada alkohol di siang hari atau sebenarnya dua sahabatnya itu telah bertobat lama ketika memiliki istri.

"Gue bisa begini karena istri Juna juga."

Sebuah kertas yang teremas menjadi bola mengenai pelipisnya. Juna lah tersangka pelemparan itu.
"Jangan lo coba-coba bujuk Galuh buat kerja lagi. Dia sekarang udah jadi ibu rumah tangga teladan."

Daniel terbahak hingga kepalanya terlempar ke belakang dan mendarat di puncak sandaran sofa. Juna begitu protektif dengan sangat istri karena Ale pernah tertarik pada perempuan itu.

"Lo gak kasihan. Galuh masih muda. Dia pintar dan dia bisa jadi pengacara hebat selain ibu rumah tangga."

"Gue masih kuat tanggung biaya dia. Galuh gak perlu kerja."

"Bukan masalah uang tapi kepuasan hati ketika kita berdiri di ruang sidang membela klien dan menang."
Juna tak menjawab, ia tak mau dibilang pria egois. Anak-anaknya lebih membutuhkan sang ibu.

"Kapan lo nikah?" Pertanyaan Daniel itu di tanggapi dengan kernyitan dahi dan telengan kepala. Pengalihan pembicaraan yang buruk. Kedua temannya memang telah menikah, dan Ale ingin juga tapi belum menemukan perempuan yang pas.

"Iya. Kapan? Karier lo bagus, rumah ada dan calon juga ada. Tunangan lo yang cantik itu siapa namanya?" Kali ini Juna yang mencoba menekannya. Mengorek hal yang ingin Ale sampingkan, Athena. Nama yang tak ingin dibahasnya. Ale tak pernah menaruh hati pada tunangannya itu tapi dia tak tega menolak atau sekedar melontarkan kata keras. Hati Athena terlalu rapuh untuk disakiti.

"Athena. Kapan lo nikah sama dia? Bukannya kalian udah tunangan lama." Daniel yang menjawab, sementara Ale tetap diam sembari menggenggam satu kaleng kola.

"Gue gak akan nikah sama dia. Gue sengaja ngulur-ngulur waktu supaya Athena memutuskan pertunangan kita." Tak beradab memang tapi apakah Ale punya jawaban lain. Menikah karena bisnis sudah biasa, menikah karena cinta itu umumnya tapi menikah karena rasa kasihan. Itu terlalu kejam untuk Athena. Ale tahu Athena mencintainya dari dulu. Ia lebih berharap cinta Athena akan musnah dan gadis kecilnya bahagia dengan lelaki yang bisa memberinya cinta.

"Lo gila kalau sampai ngelepasin Athena. Jangan kayak gue yang, nyesel ngelepas Baby dulu."

"Gue gak cinta sama Athena dan gue gak akan menyesal."

Satu kalimat yang harusnya dapat merubuhkan harapan Athena yang kini berdiri di depan pintu. Tangannya siap mendorong pintu kayu yang terbuka sedikit itu, terpaksa terkepal karena mendengar ungkapan Ale. Tak terasa air matanya mulai turun melalui pipi. Harusnya ia langsung menerjang masuk, berbicara lantang lalu mencerca Ale habis-habisan. Tapi Athena terlalu takut kehilangan pria itu.

Selama ia pura-pura tidak tahu dan selalu memasang senyum baik-baik saja maka akan selalu ada harapan merekahnya cinta Syailendra-nya. Setelah ini ia cukup berbalik pergi ke kamar mandi, untuk sepuasnya menangis lalu datang kembali menemui Ale ketika air matanya tak bersisa lagi. Ia sudah terbiasa begitu 'kan.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Kenalkan karakter baru, Athena si bucin.
Juna dan Daniel ngejar perempuan, kalau Ale yang baik hati jatahnya dikejar perempuan.

Mencoba karakter baru, biasanya aku buat strong woman, mandiri tapi rapuh dan punya masa lalu menyakitkan. Tapi si Athena inih penampakannya yang rapuh dan minta dipeluk tapi hatinya kuat. Di tolak berkali-kali tetap aja maju terus.

Judulnya hopeless, tapi kalian punya judul yang bagus gak? Aku ragu masang judul itu.

Athena akan dikerjakan habis lebaran ya bareng Naima. Doakan semoga Jasmine kelar sebelum lebaran.

Jangan lupa vote dan komentarnya!!

Selamat berpuasa juga

😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍

HopelessWhere stories live. Discover now