Chapter 1 - Decision Maker

28 1 0
                                    

Dia memandangi secarik kertas di atas mejanya dan pena di tangannya secara bergantian. Januari menghela napas berat sebelum akhirnya meletakkan kembali pena nya dan beranjak dari meja belajarnya. Dia menghempaskan dirinya ke atas kasur dan mulai terpejam. Mengikuti ke mana pikirannya membawanya sebelum akhirnya terlelap.

Januari. Sebuah nama yang ibunya pilihkan untuknya karena dia terlahir di hari pertama bulan Januari. Dia sempat menuduh kalau ibunya tidak ingin repot-repot membuang tenaga hanya untuk memikirkan nama lain selain bulan kelahirannya. Bukan apa-apa, nama Januari sepertinya lebih cocok untuk seorang anak laki-laki.

Sudah hampir setahun Januari menjalani waktunya di sebuah sekolah menengah atas. Minggu lalu gurunya memberikan angket untuk penjurusan. Tapi sampai sekarang Januari belum menentukan apa yang harus ia ambil. Apakah IPS? IPA? Atau Bahasa? Memilih sesuatu jelas bukan hal yang pandai Januari lakukan. Masalahnya, selama 16 tahun ini dia tidak pernah mengambil keputusan yang menyangkut hidupnya sendiri. Selalu ada Ayah dan Ibu yang memilihkan untuknya. Sedangkan ketika Januari bertanya jurusan apa yang harus dia ambil, orangtuanya hanya berkata "Pilih yang kamu suka. Yang berhubungan dengan pekerjaan yang kamu inginkan ke depannya." Padahal dua hal itu adalah kelemahan Januari. Dia tidak benar-benar memikirkan apa yang dia sukai. Dan dia sama sekali belum terpikirkan akan masa depannya nanti. Apa cita-citanya?

Dia menyukai semua pelajaran. Maksudnya, bukan benar-benar menyukai, tapi tidak ada yang terlalu dia sukai atau terlalu dia benci. Datar. Semuanya sama rata. Dia juga tidak terlalu bagus atau terlalu jelek di bidang tertentu. Makannya dia masih belum memiliki cita-cita, apa yang ingin dia lakukan di masa depan.

Bukannya malas. Dia hanya berpikir bahwa ini masih terlalu awal baginya untuk menentukan masa depannya. Orang lain boleh berkata bahwa masa depan harus direncanakan sedini mungkin. Tapi menurutnya itu belum cukup. Dia belum banyak melihat dunia. Dia belum paham seperti apa cara kerjanya. Bagaimana aturan mainnya. Dia hanya ingin melihat sedikit lebih banyak lagi.

Sisa malam itu Januari terlelap dalam tidurnya. Menjelajahi mimpi indahnya.

---------@@@@@########$$$$$$$---------

Hai :D maaf chapternya terlalu pendek. Soalnya ide nya gatau mau ke arah mana.... terus udah lama juga gak nulis. Jadi rasanya aneh.
Oh iya, ceritanya ini sebelum ada kurikulum 2013 yaa.. ahahaha
Makasih udah baca... gak tau kapan bakal ada chap lanjutannya... haha. Semoga idenya gak mentok deh.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 23, 2014 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Normal Me (Indonesian)Where stories live. Discover now