tali (Km)

74 8 22
                                    

Langit cerah dengan taju-taju padang cahaya menusuk ruang dari kisi-kisi jendela. Memaksa gelap untuk menarik diri dari dinding-dinding bisu yang begitu dingin. Suara nyanyian burung-burung kecil seolah mengajak jiwa gersang nan sepi di dalam sana untuk menari-nari. Mereka meneriakkan celoteh kecil tentang betapa mempesonanya pagi ini yang terlalu sayang untuk dilewatkan.

Satu tatap sayu itu menoleh pelan dan menorehkan senyum lemah. Langkah gontainya mendekati jendela, melambai kecil pada burung-burung di dahan sebelum akhirnya tirai putih tebal memutus seluruh eksistensi alam yang diam-diam ingin tahu tentang hampa di dalam sana. Kepalanya menunduk, surai panjangnya berhasil menenggelamkan wajah kusutnya dengan sempurna. Mata kecilnya focus lurus memandangi ubin di bawah, hingga tak sadar pandangannya mulai buram dan bahu pemuda itu terguncang pelan. Lagi-lagi dinding bisu menjadi saksi atas isakan tangis pilu itu. Cukup puluhan detik netranya menghujan, dengan cepat jemarinya mengusir kasar bulir asin itu dari wajah tampannya. Sekejap kemudian menampilkan wajah tak peduli.

Berjalan menuju lemari es dan menegak beberapa kaleng isotonic dingin. Mendudukkan diri di kursi dapur dan mengulas pelan rentetan luka yang masih utuh di benaknya. Mengiris-iris hati dengan bumbu rasa yang sukses mengoyak jiwa. Tatapan yang sempat tajam itu mengosong kembali untuk kesekian kali. Seolah menentang alam bahwa di dalam dirinya adalah badai bergemuruh, berantakan, dan tak seimbang. Mungkin mendekati hancur. Kontras dengan keceriaan awan-awan mungil yang diarak lepas di atas langit biru. Kontras dengan warna-warni kelopak bunga di pinggir jalan.

Dia jauh dari kutip baik-baik saja.

Hampa dan luka bersikeras menggerogoti sadarnya, mendorongnya dalam tepi jurang kepiluan. Satu lubang luka menganga. Helai-helai hampa menyelimutinya. Dia bangkit dan mematung depan cermin kamar mandi. Memandangi sosok pucat yang mengerikan di depannya. Air matanya kembali menganak sungai.

Dengan tangan gemetar dan isak tangis yang mencoba ditahan sekuat tenaga, dia meraih satu benda putih dari dalam laci meja ruang tengah. Menarik pelan kursi kayu dan berdiri di atasnya. Dia terdim menikmati tangis yang tak kunjung mereda. Menahan perih dan pedih sambil terus membuat simpul kokoh. Dia menhela nafas panjang. Meraup serakus-rakusnya oksigen untuk si paru-paru kecil yang mungkin setelah ini tak akan bisa ia beri udara lagi. Memejam mata erat, memegangi tali putih kokoh dengan lingkar yang pas untuk ukuran kepalanya.

"Mungkin sedikit sakit dan sesak, tapi ini akan menjadi yang terakhir. Tak akan pernah lagi nanti. Pasti." Ucapnya yakin.

Perlahan dia memasukkan kepala di lingkar tali yang dia buat, bersiap melepas tangan dan lompat dari kursi hingga tubuhnya bisa melayang-layang bebas dengan kepala yang tergantung di ujung tali bersimpul. Kakinya melangkah ke depan dan meninggalkan pijakan.

Naas sekali. Bukannya sesak yang dia rasa melainkan pantatnya tertimpa sakit luar biasa setelah bunyi bedebum keras memenuhi ruang. Dia membuka mata cepat dan panik. Menoleh ke atas, simpul yang susah payah ia buat raib dan malah mendapati untaian tali yang terbujur lemas di sisinya, di tambah pengait besi karatan tergeletak tak jauh dari tempatnya.

"WHAT THE DAFUQ!" Wajah herannya sekali lagi memandangi langit-langit ruangan. "Padahal susah payah narik kursi, cari-cari tali. Mau bunuh diri aja susah sekali. Pakai pil tersedak, pakai pisau takut darah, lompat ke sungai ditarik orang pakai segala diteriakin orang gila, dan sekarang gantung diri aja malah ngerusak rumah!" Dia mengomel keras, melirik benci pada tali yang tak berdosa.

Tiba-tiba satu ketukan kecil mendarat mulus di kepalanya. Dia mendongak dan mendapati wajah dingin berbalut tudung hitam yang menatapnya datar.

"Belum saatnya kau mati, Min Yoongi bodoh!"

Dia menatap sengit, berteriak tak kalah keras, "Masuk rumah ketuk pintu dulu! Malaikat maut apanya tak punya sopan santun begitu!"

"Ya maaf."

End~
***

27/11/2019 (K-m)

Edited, 30/01/2020 (Yoon)

Edited, 30/01/2020 (Yoon)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cast: Yoongi

MEMO RISEWhere stories live. Discover now