The Revelation

70 17 0
                                    

"My Lord, penyerangan ke Hogsmeade sudah hampir siap." Avery membungkuk penuh hormat kepada pemimpinnya. Lord Voldemort.

"Bagus, aku tidak ingin ada kegagalan sedikit pun. Dan satu yang terpenting dapatkan Grisha tanpa luka sedikit pun. Sekarang kalian boleh pergi, minggu depan kita akan melakukan penyerangan besar-besaran ke Hogsmeade." Perintah Lord Voldemort dengan lambaian tangannya, mengusir para Death Eater.

Para pengikutnya satu per satu pergi meninggalkan ruanganan itu. Tinggalah Lord Voldemort duduk sendiri di atas singgasananya. Menopang dagu sambil memikirkan gadis cantik pewaris sihir hitam kuno yang semakin hari semakin menyita pikirannya.

Ini benar-benar gila. Gadis kecil itu bisa membuatnya kehilangan kendali dirinya. Merasakan perasaan yang sudah ia bentengi sejak lama. Karena menurutnya perasaan itu hanyalah omong kosong, sampah dan kelemahan semata.

Namun apa yang dilakukan gadis itu? Dalam pertemuan singkatnya mampu memporak porandakan dirinya. Membuat dirinya mengubah semua rencana dan tujuan yang telah ia susun selama ini. Obsesi untuk memiliki gadis itu jauh lebih besar daripada agendanya untuk melenyapkan semua darah lumpur dari dunia ini. Ya, setelah memiliki gadis itu ia bisa menjalan agendanua tersebut. Tak apa jika agenda itu kini ia simpan sementara waktu.

"Grisha. Grisha. Grisha. Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu kembali." Gumamnya.

◇☆◇

"Sungguh kau tidak tahu Grisha kemana?" Tanya Remus kepada teman sekaramar kekasihnya itu. Saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju ke Aula Besar untuk sarapan pagi.

"Tidak Remus, saat bangun tempat tidur Grisha sudah rapi." Jawab Lily.

Saat mereka memasuki Aula Besar, sosok Grisha ternyata sudah ada disana. Ia sedang duduk sambil memakan sarapannya. Grisha yang menyadari kehadiran mereka melambaikan tangannya dengan semangat.

"Kau kemana?" Tanya Alice, "Kau tahu Remus menginterogasi aku dan Lily sejak tadi karena tidak tahu kau kemana." Gerutu Alice sambil duduk di kursi yang berada seberangnya.

Grisha menyengir meminta maaf, "Maaf, tadi aku berjalan-jalan di dekat Danau Hitam kemudian memutuskan langsung ke Aula saja. Karena aku pikir kalian sudah ada."

Sirius langsung memenuhi piringnya dengan berbagai jenis makanan dan memakannya dengan rakus. "Aku sangat lapar." Gumamnya dengan mulut yang penuh.

"Kau sudah selesai?" Tanya Remus.

"Aku sudah kenyang, makanlah yang banyak." Perintah Grisha.

Saat sedang memperhatikan teman-temannya mengobrol Grisha melihat Profesor Dumbledore dan Profesor McGonaghal meninggalkan mejanya. Saat sang kepala sekolah melewati mejanya, Grisha memanggilnya.

"Profesor Dumbledore apakah anda punya waktu? Ada yang ingin saya sampaikan kepada anda."

"Tentu saja Grisha, mari kita ke ruanganku." Jawab sang kepala sekolah kemudian melanjutkan kembali perjalanannya.

"Tolong temui aku di kamar kebutuhan jika kau dan yang lain sudah selesai sarapan." Bisik Grisha sebelum mengecup pipi Remus dan pergi meninggalkan Aula Besar, berlari menyusul sang kepala sekolah.

"Kenapa wajahmu seperti itu, Moony?" Tanya James yang menyadari perubahan ekspresi di wajah sahabatnya itu.

Remus mendekatkan mulutnya ke arah James, "Grisha meminta kita berkumpul di ruang kebutuhan setelah selesai sarapan." Bisik Remus.

"Darimana dia tahu tempat itu? Kau pernah membawanya kesana, Moony?" Sirius penuh selidik.

"Tidak Pads, aku belum pernah membawanya kesana." Elak Remus tegas.

SHOULD I CHANGED THE DESTINYWhere stories live. Discover now