6

1.9K 292 78
                                    

Karena aku sangat bodoh maka mataku tak dapat melihat yang lain kecuali dirimu.

Because I'm stupid – SS501

(Ost. Boys Over Flower)

.

.

Kai menyesap rokoknya dalam-dalam. Setelah menahan asapnya sebentar, Kai menghembuskannya perlahan. Angin malam yang menampar wajah tak ia pedulikan. Rasa sesak di dada juga tak ia pedulikan—Kai payah dalam merokok.

Ia menyesap sekali lagi sebelum kemudian mematikan bara api dan melemparkannya ke dalam tong sampah. Meski rokok itu masih tersisa setengah, Kai merasa dua sesap cukup untuk menenangkannya sejenak.

Ia telah melanggar janjinya pada Yeonjun untuk tidak menyentuh rokok. Tapi peduli setan. Saat pikirannya kacau seperti sekarang, rokok adalah pelarian yang cepat.

Kai memutar ingatannya sejam yang lalu.

"Kai! kau benar Kai, 'kan?"

Sepasang kaki itu semakin mendekati Kai, sedang ia terpaku di tempat. Kai bahkan masih menganggap kehadiran Soobin di depannya adalah imajinasi belaka, maya.

Bagaimana mungkin, di tempat seluas Seoul, di tempat yang sangat ramai, dan orang yang paling ia hindari, malah takdir mempertemukan mereka berdua?

Lucu sekali.

Tubuh Kai tertarik ke depan saat Soobin memeluknya kuat. "Waaah, dua tahun, Kai! Kau menghilang seperti asap. Kemana saja?"

Meski pelukan itu sudah berakhir, Kai tidak menjawab. Ia memandangi wajah Soobin dalam-dalam. Masih berpikir kalau semua hanya imajinasinya karena terlalu merindukan Soobin di kota tempat mereka pernah menghabiskan waktu bersama.

Tapi tidak. Suhu tubuh Soobin yang hangat saat memeluknya adalah nyata. Yang di depannya benar-benar Soobin. Suaranya, senyumnya, bahkan tatapan matanya, benar-benar Soobin.

"Apa kau mengubah nomor telepon?"

"Kai?"

Kai tersentak dari lamunannya. Suara-suara disekitarnya kembali terdengar setelah untuk beberapa saat hening menyapa dunia Kai. Soobin tersenyum lebar di hadapannya, menunggu jawaban.

"I-iya. Aku mengganti nomor telepon."

Karena aku akan langsung kembali ke Seoul kalau masih berhubungan denganmu.

Soobin berdecak, kemudian menatap Kai dari bawah hingga ke atas. "Bagaimana mungkin kau tumbuh secepat ini, huh? Lihat, dulu kau segini, sekarang segini."

Soobin memeragakan tangannya untuk menunjukkan perbedaan tinggi Kai yang dulu dengan yang sekarang. Setelah Soobin berkata demikian, barulah Kai sadar kalau benar dirinya telah tumbuh lebih tinggi dari dua tahun yang lalu. Kini ia hampir bisa menatap mata Soobin sejajar, tidak seperti dulu—harus sedikit mendongak.

"Kapan kau kembali ke Seoul?"

"Kemarin."

Ada sinar terkejut di mata Soobin. Kemudian bahu Kai ditepuk keras. "kenapa tidak menghubungiku, huh? Kau tidak tahu aku merindukanmu?"

Rindu...

Kai menghela napas pendek, hampir seperti tertawa. Perkataan Soobin seolah mengejeknya. Rindu? Bagaimana mungkin Soobin mengucapkan kalimat itu dengan sangat ringan sementara Kai mati-matian menahannya? Tak pernah lewat satu haripun bagi Kai tanpa merindukan Soobin. Ia menyimpannya jauh di dalam hati, tak membiarkan siapapun tahu.

DAFFODILS | SooKaiWhere stories live. Discover now