3

2K 317 57
                                    

Alis Kai terangkat melihat Soobin ada di depan pintu apartemennya. Tebakan Kai, Soobin pasti sudah lama berada di sana dilihat dari wajahnya yang super kusut. Seketika Kai teringat handphonenya yang kehabisan baterai. Dengan langkah ragu, Kai mendekati Soobin yang menatapnya tajam sejak ia terlihat di anak tangga.

"Kemana saja, Kai?"

"Kuliah, dan bekerja paruh waktu."

Soobin berdecak kesal. "Kau tahu bukan itu yang kutanyakan."

Kai tahu Soobin bertanya tentang dirinya yang sama sekali menolak bertemu Soobin selama dua minggu belakangan ini. Saat Soobin menelepon, Kai akan selalu menjawab singkat dan menggunakan alasan kuliah-belajar-bekerja untuk menutup telepon dengan cepat.

Soobin sendiri sejak lulus kuliah langsung magang di perusahaan keluarga, bekerja beberapa bulan untuk menyesuaikan diri sebelum perlahan-lahan menempati posisi penting. Merangkak dulu dari bawah, kata ayahnya. Karena kesibukan masing-masing, tentu saja pertemanan mereka sedikit merenggang.

Memangnya apa yang Soobin harapkan dari Kai yang patah hati? Mengetahui Soobin ternyata berpacaran dengan seorang wanita saja sudah membuatnya sangat sedih. Untuk menutupi perasaannya sendiri, tentu saja Kai mencari seribu satu alasan untuk menghindari Soobin.

"Ibu juga menanyakanmu kenapa tidak pernah datang sarapan lagi."

Kai menghela napas. Sejujurnya ia rindu masakan ibu Soobin, juga celotehan yang menghangatkan dada. Tapi apa boleh buat, ia harus mengindari Soobin untuk kesehatan hatinya sendiri.

"Aku sibuk, Soobin-ah. Kau lupa? Sebentar lagi aku juga harus menyusun tugas akhir."

Soobin tampak tidak terima dengan alasan Kai yang terdengar tidak masuk akal di telinganya.

"Kalau begitu akhir pekan ini, apa kau sibuk? Kami berencana membuat pesta kecil-kecilan di belakang rumah untuk ulang tahun Ibu."

Kai menipiskan bibirnya, mengangguk. "Akan kuusahakan."

Soobin masih berdiri disana, tampaknya tidak akan bergerak kalau bukan Kai yang mengusirnya lebih dulu.

"Oke aku pulang. Jangan sampai tidak datang, ya."

Kai melambaikan tangannya dengan gestur mengusir sambil mengangguk. "Sudah, sudah. Pulang sana."

Sebelum menuruni anak tangga, Soobin sekali lagi menoleh. Wajahnya tampak sangat sebal karena tidak bisa menghabiskan waktu lebih sering bersama Kai, tidak seperti dulu saat ia masih mahasiswa. Kesibukan di kantor ternyata sangat menguras waktu, tidak ada apa-apanya dibandingkan kuliah.

____

Pada akhirnya Kai datang ke pesta ulang tahun Ibu Soobin hanya untuk melihat kemesraan Soobin dengan Hyejin, kekasihnya. Kai tersenyum tipis meski sudut hatinya memanas. Rasanya ia ingin pulang saat ini juga, tapi mereka bahkan baru memulai pesta barbaque.

"Kai-ssi, kemarilah!"

Hyejin melambaikan tangannya heboh saat melihat Kai melangkah ke halaman belakang. Soobin yang berdiri di samping Hyejin sedang menyusun peralatan makan, tersenyum senang saat Kai melangkah mendekat.

Hyejin berbisik pada Kai, menutup sisi bibirnya dengan kedua tangan, padahal tidak ada siapapun selain mereka bertiga. "Kami berencana membuat kejutan kecil untuk Ibu. Kai-ssi bertugas membawakan kue nanti saat Ibu datang. Bagaimana?"

Kai melirik Soobin yang tampak sangat senang. Ia mengangguk pada Kai, meminta agar laki-laki berpakaian santai itu setuju atas permintaan Hyejin. Permintaannya tidak sulit. Hanya membawakan kue yang dihias dengan lilin kecil di atasnya.

DAFFODILS | SooKaiWhere stories live. Discover now