Prolog

60 2 16
                                        

Happy reading😊

⚘⚘

"Kakak harus putusin dia secepatnya!"

Gadis berjilbab marun yang sedang duduk bersandar di sebuah dinding papan asrama, memandang sahabatnya dengan tatapan malas. Pikiran gadis itu sedang rancu dan solusi Aisyah justru menambah sakit di kepalanya. Untung suasana asramanya masih sepi, jadi ia tidak terlalu khawatir bakal ada yang mendengar mereka.

"Aku tau Ca, aku faham. Tapi gimana caranya aku putusin dia? Kamu jangan lupa kalau kita masih di pondok."

Aisyah yang duduk bersandar di sebelah sahabatnya itu mendengus pelan,"Iya aku tau Kak kita masih di pondok. Tapi apa kakak mau ilmu kakak gak berkat gara gara masalah begini? Apa kakak mau masalah ini gak kelar kelar?

Adiba Shakila, gadis yang akrab di sapa Diba itu menghela nafas jengah. Ia tau, dua minggu lagi akan di adakan ujian tengah semester, dan kasus yang ia hadapi sekarang bukan gak mungkin mempengaruhi konsentrasinya selama ujian.

Diba memijit kepalanya yang kini terasa pusing. Masalah yang akhir akhir ini menimpa kelasnya membuat pikirannya tidak bisa berpikir jernih. Semua memang salahnya dan ia juga yang harus bertanggung jawab menyelesaikan. Tau begini ia gak akan mau kenal sama laki laki itu.

"Siapapun juga pasti gak mau Ca kena masalah kayak aku, pusing tau gak."

"Ya makanya kakak harus secepatnya putusin Adam, sebelum semuanya terlambat."

"Kamu kira gampang apa?" Diba menegakkkan tubuhnya," Aku juga lagi mikir caranya, kalau nunggu orang tua ku datang juga masih lama Ca, malah pas datang ponselnya disita petugas posko lagi. Mana bisa?"

"Pakek ponsel asrama aja."

"APA?" Ekpresi terkejut tidak bisa Diba hindari," Kamu ngasih saran yang serius dikit dong, jangan bercanda!"

Aisyah memutar bola matanya, "Ya ampun kak, aku juga serius tau. Emang mau cara bagaimana lagi buat ngasih tau dia? Hanya ini jalan satu satunya."

"Gak! Gak bisa. Aku gak seberani itu tau, gimana kalau nanti Adam nelpon balik ke asrama, kan bisa kacau. Gak mau ah."

"Kakak lupa ya, Adam kan salah satu santri di pondok pesantren ini. Ya otomatis dia pasti tau lah nomer asrama. Yang penting putusin aja dulu, soal lain belakangan kita pikirin."

"Ngomong sih enak kamu." sungut Diba. Mau tak mau Aisyah tertawa kecil. Ia tau kakaknya itu sedang kalut. Ia juag sedih melihat gadis yang tiga tahun lebih tua darinya itu punya masalah berat seperti ini.

"Yaudah deh, temenin aku ke ruang nelpon." akhirnya setelah berpikir sejenak, Diba akhirnya menyerah, ia akan mencoba meskipun ia tidak tau resiko apa yang akan ia terima kedepannya.

"Oke!"

Mereka berdua beranjak dari asrama keluar menuju ruang telpon yang memang letaknya bersebelahan dengan ruang para guru. Diba menggigit bibirnya gugup, suasana asrama masih begitu sunyi karna para santriwati masih masuk ke kelas masing masing, sedangkan kelas mereka berdua sudah bubar duluan.

"Ada dua orang, lumayan gak banyak ngantri." kata Aisyah saat melihat ada dua adik kelas disana.

Adiba berdecak pelan, dia duduk di sebelah Ani, adik kelasnya yang juga sedang menunggu giliran, sedangkan Aisyah duduk di dekatnya.

"Kakak mau nelpon juga?" tanya Ani.

"Gak, cuma sms saja." jawab Diba. Jantungnya masih bertalu taluan. Sungguh, Diba tidak terbiasa melanggar peraturan, apalagi dia memakai ponsel asrama untuk hal yang..

DEAR ADAMDonde viven las historias. Descúbrelo ahora