PROLOG

24 4 2
                                    

First about dream||Prologue 1


***

        Kelabu ternyata masih datang kembali, hembusan nafas tuhan tertiup menerbangkan satu dua sayap burung malam berkelana mencari jalan pulang, gemerlap kilau lampu-lampu gedung di atas ranah melepuh itu kini perlahan nampak semakin menyilaukan. Batas pegangan besi yang di duduki nya mulai kembali mendingin setelah sekian siang tertimpa elok kuning rintik mentari, pandangan kosong masih setia menatap lurus langit petang hampa, seperti biasa, malam masih membisu tentang nasipnya.

        Di benakmu, apakah arti kesengajaan itu tak benar adanya? Karena kalau iya, mungkin sudut hidupmu berbeda dengan Pian. Jaket hitam abu-abu di pundaknya tertiup sesekali, namun kelopak mata musim panas Pian tetap tak tergerak, menggulirkan kembali apa saja kesengajaan yang Tuhan berikan selama ini tentang sepermpat hidupnya.

        Helaan nafas berat berhembus, pipi pucat itu perlahan berubah memerah, sudut-sudut bibirnya tertahan ingin terangkat, tapi urung. Pian ingin berbicara pada seorang tengah malam, menumpahkan segala rupa warna yang ia kumpulkan dalam sengketa perasaannya.

        Mungkin kau ingin mendengarnya? Jika benar, persiapkan saja jiwa yang lapang. Karena ini hanyalah kisah jendela untuk semua, bagaimana adilnya Tuhan dalam kehidupan, betapa ironinya dunia terhadap penciptanya, dan bagaimana bisa kejujuran tergilas hilang oleh kelicikan.

        Kalau begitu, mari kita mulai semua dari betapa sempurnanya kuasa menciptakan budak opera-Nya...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SepiaWhere stories live. Discover now