Chapter 02

203 17 2
                                    

Ren tak pernah tahu, jika dia bukanlah anak kandung dari Jun. Karena setahu Ren sejak kecil, Jun adalah Ayahnya yang harus dia hormati. Dan Ren juga tak pernah mengeluh sama sekali dengan sikap Jun kepadanya. Ren hanya berpendapat, ketika Jun marah dia pasti melakukan kesalahan. Tapi, masalahnya ia terlalu polos dan tak pernah melakukan kesalahan apa pun.
Kedua Ibu tirinya memang baik kepadanya, namun beberapa saudara tirinya ada yang tak menyukai dirinya. Bagi Ren, mereka tetap saudaranya, walau mereka tak pernah menyukainya sama sekali. Ren sangat baik. Mungkin benar, jika Rena sangat beruntung mempunyai anak seperti Ren.

Seperti pagi ini,walau berjalan menggunakan tongkat, Ren tetap melakukan pekerjaannya. Ren mengerjakan tugas dari Ayahnya. Dan ketika melihat saudara tirinya di manja, Ren hanya bisa diam, menggelengkan kepalanya agar tak merasa iri. Itu yang selalu ia lakukan setiap saat.

"Ayo makan!" Teriak sang Ayah, setelah Ren menyajikan semua makanan di bantu dengan pelayan.
"Ren makan, ya?" Kata Rena sambil tersenyum.
"Ren akan makan di dapur, seperti biasanya!" Kata Jun dengan tegas.
"Tapi, Jun… aku…"
"Jangan khawatir, Mama. Ren akan makan di dapur, Mama di sini saja. Ren makan dulu, ya, Mama?"

Rena tak pernah merasa bernafsu, ketika makan tanpa ada Ren. Pasti makanannya selalu tersisa, dan terkadang di pikirannya hanya ada Ren yang tengah tersiksa. Rena tahu, pasti Ren merasa sangat kesepian. Tapi, Rena tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa memandang sang putra dari meja makan, tanpa harus di suapi olehnya. Sebenarnya, sebagai seorang Ibu, Rena sangat ingin sekali menyuapi Ren. Tapi, Jun mengharuskannya menjaga Juna dan memperhatikan Juna, tanpa harus memikirkan Ren yang selalu kesepian. Namun, Ibu mana yang tahan, jika melihat putranya yang harus menderita seperti itu? Rena tak bisa sama sekali.

"Mama, Aku berangkat, ya?" Kata Annin pada sang Ibu.
"Iya, Sayang." Balas Mayu sambil tersenyum.

Ren memperhatikan para Kakaknya yang tengah meminta ijin. Dia tersenyum, mereka sangat kompak dan sangat terlihat saling menyayangi. Ren kemudian menyusul, meminta ijin pada sang Mama yang tersenyum ketika melihatnya.
Sementara itu, Jun dan anaknya yang lain masuk ke dalam mobil dan kemudian pergi terlebih dahulu. Sekolah Ren dan Yuma berbeda, jadi Ren tak perlu di antar karena sekolahnya dekat. Itu juga karena Jun dulu tidak mau menyekolahkan Ren di tempat yang sama dengan Yuma dan Yuta.

Ren di sekolahkan di sekolah yang hampir seluruh anaknya sombong, dewasa sebelum usianya. Mereka menghina dan memaki dan juga saling mengejek satu sama lain. Rena tak bisa Melihat Ren sekolah di sana sebenarnya, namun dia tak bisa apa-apa untuk melawan Jun. Bahkan, Ren tak pernah protes sama sekali.

"Mama, Ren sekolah dulu, ya?" Kata Ren.
"Iya. Hati-hati, ya? Jangan nakal juga." Rena mengingatkan.
"Iya, Mama. Mama Mayu, Mama Yuki Ren berangkat."
"Hati-hati, ya, Nak?"

Dan kemudian, Rena hanya bisa menatap kepergian sang putra pertamanya dengan pandangan suram. Hatinya yang selalu berdebar, merasakan kegelisahan, ketika harus melepas anaknya yang pergi ke sekolah. Ia begitu takut, jika anaknya itu di hina atau bahkan mendapatkan bulian.

"Rena, bekal Ren tertinggal." Kata Yuki yang melihat sebuah bekal tergeletak di meja.
"Astaga! Aku akan mengantarkannya."
"Iya."

Yuki melihat Rena yang bergegas keluar, pergi menyusul putranya yang telah berangkat terlebih dahulu. Yuki sama gelisahnya dengan Rena. Melepas Ren ke sekolah, seolah seperti melepas anaknya pergi berperang. Yuki tahu betul sekolah itu, dan entah kenapa Jun justru menyekolahkan Ren di sana. Tak tahukah ia, jika istrinya terus gelisah ketika melepas kepergian buah hatinya yang malang itu?

"Kenapa Ren begitu tersiksa di sini?" Tanya Yuki.
"Ehm… aku akan berusaha membujuk Jun untuk memindahkan Ren dari sekolah itu." Kata Mayu tiba-tiba.
"Kau yakin bisa?"
"Aku akan mencobanya." Kata Mayu lagi meyakinkan.

Our FamilyWhere stories live. Discover now