Chapter 4

59 10 12
                                    

"Mbak Tina, ada telepon, tuh!" Aku agak terkejut saat mendengar suara Charlotte yang cukup keras dan langsung menyambar ponsel yang ada di sampingku.

Panggilan masuk dari Lisa.

"Kenapa?" Kataku pertama kali.

"Astaga, jutek banget. Sapa kek!"

"Males kalau harus nyapa orang kayak lo."

"Songong!" Terdengar gelak tawa dari arah sana. "Eh, temenin gue ke toko buku, yuk! Ada novel yang mau gue beli." Katanya diakhiri gelak tawa.

Aku menghela napas berat dan melirik ke arah jam dinding --waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, dan gadis ini tiba-tiba saja ingin mengajakku pergi ke toko buku?

Aneh, karena biasanya Lisa malah akan mengajakku pergi ke bar atau kafe. Jadi, wajar saja apabila aku agak terkejut saat mendengarnya ingin ditemani ke toko buku. Bukan style Lisa banget.

"Jam berapa? Ini udah sore keleus. Biasanya lo juga minta ditemenin ke Beer Garden." Seruku setengah mengejek.

"Bosen ke sana mulu. Sekali-kali boleh lah kita pergi ke tempat yang beda." Katanya.

"Jam berapa emang?" Aku mengulang kembali pertanyaan awal.

"Sekarang sih kalau bisa. Ini gue udah di depan rumah lo by the way."

Mataku terbelalak. "Sumpah demi apa lo?!" Lalu beranjak dari sofa untuk memastikan jika apa yang diucapkan Lisa adalah benar. Aku semakin terkejut saat mendapati mobil miliknya memang sudah ada di depan rumahku. "Gue siap-siap dulu deh."

"Oke, jangan lama-lama, dan nggak usah dandan! Mau dandan apa enggak, lo tetep kelihatan burik di mata gue!"

"Kampret! Penghinaan terdalam. Bilang aja lo nggak mau nunggu!" Timpalku sedikit kesal.

"Nah, tuh tahu. Jadi, jangan lama-lama ya kawan?"

"Gue nggak bisa menjamin. Pokoknya udah lo tunggu aja, kan yang butuh juga lo, bukan gue."

"Ah, kampret!"

** ** **

Kami sudah berada di toko buku, dan Lisa mulai mengitari setiap rak novel untuk mencari novel yang dia inginkan. Sementara itu, sesekali aku juga menyusuri setiap rak secara acak. Aku pergi ke tempat lain, membiarkan Lisa tenggelam dalam dunianya sendiri.

"Christina?" Aku menoleh ketika seseorang secara tiba-tiba memanggil.

"Ya?" Mataku bertemu dengan sosok laki-laki asing --mengenakan pakaian kasual --lumayan tinggi dan juga tampan, "maaf, anda kenal saya?" Kataku, masih bingung. Apa aku sekarang mulai terkenal?

"Ah, kamu pasti memang nggak ingat sama aku." Katanya diiringi gelak tawa.

Aku mengernyitkan dahi. "Serius, kita pernah ketemu sebelumnya?"

"Astaga," pria tersebut menepuk dahinya pelan, "aku Taeyong, anaknya Om Tyo. Masa kamu lupa, sih?"

Mulutku menganga saat dia mengatakan bahwa dirinya adalah Taeyong. "M-mas Tae -Taeyong? Masa, sih? Perasaan dulu penampilannya nggak kayak gini."

Pria itu mengangguk. "Iya, aku beneran Taeyong. Sudah lama ya nggak ketemu. Gimana kabar kamu?" Ujarnya.

Aku mengangguk pelan. "Hah? Kabar s- saya ba -baik." Ujarku terbata.

Sebenarnya aku masih terkejut dan tidak percaya dengan perubahan yang terjadi pada Taeyong. Seingatku dulu dia adalah bocah laki-laki pendek, gemuk, dan hitam. Namun, sekarang yang aku lihat justru pria tampan yang visualnya mirip seperti artis Korea.

"Tunggu deh," aku agak mundur dan memberi sedikit jarak di antara kami, "kamu benar-benar Mas Taeyong? Kok saya nggak percaya, ya? Ini bukan modus penipuan, kan? Kamu nggak bermaksud buat nipu saya, kan?"

Pria itu terlihat menghela napas panjang. "Ya ampun, aku bukan penipu, aku beneran Taeyong. Sebentar, biar aku tunjukin foto kita berdua waktu masih kecil." Ujar lelaki yang mengaku sebagai Taeyong itu.

"Hah?"

"Ini," pria tersebut mengeluarkan dompetnya dan memperlihatkan foto anak laki-laki dan perempuan yang sedang bermain di halaman belakang, "gimana? Kamu percaya kan sekarang sama aku? Aku beneran Taeyong."

"Ya ampun," aku bertepuk tangan ria, "Mas Taeyong beda banget! Aku pangling banget, lho! Jujur, karena perubahan kamu yang kayak gini aku pikir kamu itu niat buat nipu." Kataku --masih agak syok. Nyatanya, aku belum bisa menerima fakta bahwa pria yang ada di hadapanku saat ini benar-benar Taeyong --bocah laki-laki yang selalu menjahiliku di setiap kesempatan.

"Ya nggak mungkin lah orang ganteng kayak aku niat buat nipu." Oke, dari ucapannya barusan aku benar-benar yakin kalau pria ini memang Taeyong, karena dia sangat percaya diri.

"Mas Taeyong sendiri atau sama Om Tyo juga?" Tanyaku sambil melihat ke arah kanan dan kiri.

"Kebetulan aku sendiri. Oh ya, bisa kita ngobrol sebentar? Kayaknya di dekat sini ada kafe deh."

"Boleh, aku kasih tahu temanku dulu." Aku menyetujui dan langsung mengirim pesan kepada Lisa.

Me
Gue mau ke kafe bentar ya
Tiba tiba ketemu temen lama
Kalo lo udah selesai, telpon aja

Lisa
Oke
Gue juga masih nyari nyari

Aku dan Taeyong pun pergi ke kafe dekat toko buku.

** ** **

A/N :

Kayaknya Taeyong bakal jadi orang ketiga di antara Christina dan Doyoung hwhwhw

Slice of Love [NCT Kim Doyoung]Where stories live. Discover now