Part 11

2.1K 269 59
                                        

Haiii...

Selamat pagi, siang dan malam kkkk

Jarang-jarang 'kan yak gue nyapa gini hehhe

Jadi ya manteman, readers~nim yang tercinta *eaa.. 😂 mau kasih sedikit bocoran aja akika tuh kkkk

Eum bentar, agak bingung sebenernya mau ngomong kek gimana. Pokoknya ya, sejujurnya dari awal nulis ini FF, gue tuh udah nawaitu mau akika ebook.in gitu 😂 sorry.. 😞 tadinya mau versi cetak juga, tapi karena yang terakhir kemarin banyak cacatnya, jadi akika mikir-mikir lagi. Tapi nanti kalo ada yang mau cetak ya mungkin akika usahain, masih mungkin tapi ya.

Nah untuk kalian yang udah terlanjur bahagia baca FF ini, beneran deh, sorry banget kalo jadi keganggu karena niat akika ini.

Terus buat yang nanya nanti ebooknya bisa didapetin dimana, ya nanti dulu deh ya. Ini sekedar ngomong ala kadarnya aja akika. Urusan gimana-gimananya ya nanti dulu.

Dan yang mau nanya ini cerita bakal sampe mana, yang pasti masih panjang yak. Karena bahkan ini belum klimaks sama sekali. Ibarat kata tuh bom-nya masih akika simpen. Yang pasti bakal keluar di Ebook aja 😂😂

Udah yak. Itu aja pokoknya. Sekali lagi, akika minta maaf buat yang merasa gak nyaman sama ini 😊🙏

~~~ HAPPY READING ~~~

"Apa yang sedang kau coba untuk katakan, Yoon Ji Ahn?" Kyuhyun menggeram tertahan, terdengar jelas dari nada bicaranya. Pria itu, dia tidak suka dengan apa yang baru saja Ji Ahn katakan, nampak bingung dan pastinya terkejut pula.

"Kurasa, kekasihmu lebih layak menerima itu." Berusaha keras mencoba untuk tetap tenang, Ji Ahn mencoba untuk bertahan. Meskipun sebenarnya, hatinya mulai bergejolak. Entah mengapa, kini menghadapi pria di depannya itu masuk ke dalam kategori hal yang cukup sulit baginya, entah sejak kapan pula. Hanya saja, tentu Ji Ahn tidak ingin ini semua berlarut-larut, ia harus menyelesaikannya. Setidaknya, sebelum ia menjadi gila seorang diri. "Sebelumnya, aku minta maaf karena-"

"Yoon Ji Ahn!" Dengan tatapannya yang mulai menajam, Kyuhyun nampak memperingatkan wanita itu, memperingatkannya untuk tidak melanjutkan kalimatnya.

"Tolong jangan salah paham." Dan ini adalah Yoon Ji Ahn, yang tidak akan mendengarkan permintaan Kyuhyun, namun bersedia menurunkan egonya untuk berbicara baik-baik. "Entah apapun maksudmu, aku sangat berterima kasih untuk apa yang kau dan keluargamu lakukan. Percayalah, aku sangat bahagia. Aku merasa sangat istimewa, benar seperti katamu. Tapi aku juga bukannya tidak menghargaimu, aku minta maaf untuk itu. Sungguh, ini... berlebihan."

"Kenapa kau selalu mengulanginya?" Seakan luluh akan sikap Ji Ahn yang mendadak lembut, mengalah serta menurunkan egonya, Kyuhyun pun melakukan hal yang sama. Pria itu seakan tengah meredam amarahnya sendiri, meskipun hatinya tidak terima. "Hari ini aku sengaja melakukan ini. Aku tahu, semua orang sedang sibuk, dan kau pun tidak bisa merayakan ulang tahunmu dengan keluargamu. Karena itu aku menjadikan keluargaku sebagai pengganti mereka semua." Jelasnya, masih dengan menahan diri. "Lalu kalung itu, aku memilihnya sendiri. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu, jadi-"

"Setidaknya bisakah kau memberiku satu alasan yang masuk akal?" Sela Ji Ahn. Wanita muda itu mendongakkan kepalanya, membalas tatapan Kyuhyun yang kini hanya terpaku padanya. "Berhenti berbicara mengenai prioritas, tanggung jawab ataupun rasa bersalah. Cukup berikan satu saja alasan kenapa kau melakukan ini semua. Karena bahkan semuanya berlawanan dengan dirimu yang sebelumnya. Kau tidak seperti ini." Tuntut Ji Ahn. "Setelah aku mendapatkan jawabannya, aku tidak akan bertanya lagi."

Kyuhyun membeku, bahkan setelah Ji Ahn menyelesaikan kalimatnya serta kembali menutup mulutnya. Pria itu cukup tertegun dengan apa yang Ji Ahn lontarkan. Alasan, wanita muda itu membutuhkan itu darinya. Namun, entah mengapa hal itu justru menjadi hal yang cukup berat bagi Kyuhyun. Dan lagi-lagi ia pun harus bertanya pada dirinya sendiri, ya, kenapa? Lebih bodohnya lagi, kenapa memahami dirinya sendiri dan mendeskripsikan semuanya saja menjadi sangat sulit baginya? Kyuhyun mulai merasa bingung, dilemma, gelisah, khawatir, hingga takut.

LIMIT (DIBUKUKAN) Where stories live. Discover now