~~~ ^_^ ~~~
Tubuh Ji Ahn membeku saat itu juga. Shock! Dan ya... kini bukan hanya amarah yang menguasainya, namun juga... takut. Rasa rakut sialan itu mendadak muncul dan merambat dalam dirinya dengan cepat. Demi Tuhan, kalimat terakhir Kyuhyun itu, Ji Ahn bukanlah wanita bodoh yang tidak dapat memahaminya dengan cepat.
Mencoba apa yang terjadi tempo hari? Shit! Bercinta? Ah, tidak. Dia tidak tahu, dia tidak sadar, lalu bisakah sekarang ia mengatakan jika itu adalah tindak pemerkosaan? Oh Tuhan... rasa jijik kembali muncul dalam diri Ji Ahn ketika menyadari itu semua.
Perlahan namun pasti, kaki Ji Ahn bergerak, mundur, mencoba menghindar tentunya. Ya, menghindari pria dengan sorot mata tajam serta tatapan yang sulit diartikan, yang sialnya kini tengah berada tepat di depannya, bahkan seolah tengah mengincarnya. Hanya saja, Ji Ahn tidak tahu, pria itu pun sedang tidak baik-baik saja. Kyuhyun, pria itu tengah merasakan gelisah yang luar biasa, berperang dengan hatinya sendiri, terlebih ketika ia tahu dan menyadari jika Ji Ahn, kedua bola mata wanita itu menyorotkan berbagai rasa yang sedang tidak ingin ia lihat.
"Ka-kau..." Nafas Ji Ahn memburu. Ia benci situasi seperti ini. Ia ingin pergi, namun tidak mungkin. Ia ingin menghajar pria di depannya, namun itu pun mustahil. Lalu sekarang, apa yang bisa ia lakukan? Ia... takut. Sungguh, jangan sampai terjadi lagi kejadian tempo hari, jangan!
"Jangan membuat segalanya menjadi sulit, Yoon Ji Ahn!" Geram Kyuhyun. Seiring dengan gerak kaki Ji Ahn, pria itu pun juga sama. Ia melangkah perlahan, mendekati wanita muda itu. "Aku hanya butuh untuk berbicara denganmu, kau mengerti?"
"Tidak!" Sahut Ji Ahn, nyaris berteriak. Wajah wanita muda itu bahkan nampak mulai memerah karena rasa-rasanya tak dapat mengendalikan diri lagi. "Kenapa aku harus mengerti? Kau bahkan tidak memikirkanku saat melakukan hal nista itu? Kau anggap persahabatan kita apa? Kau pikir aku-"
"Karena itu aku minta maaf!" Dan Kyuhyun bersikeras dengan permintaan maafnya. Ia tahu wanita di depannya terluka, ia paham. Hanya saja, ia pun tidak ingin seperti ini. Ia tidak ingin wanita itu bahkan berusaha keras untuk menghindarinya. "Kau bahkan tidak mendengarkanku sama sekali."
"Apa yang harus aku dengar darimu?" Lirih, kalimat Ji Ahn itu terdengar lirih, seiring dengan kedua bola matanya yang nampak berkaca-kaca pula. Tengah berada di ambang lelah, mungkin seperti itulah dirinya sekarang.
"Aku-" Kyuhyun menelan salivanya dengan susah payah. Benar, apa yang sebenarnya harus Ji Ahn dengar? Bahwa mendadak jiwa primitive serta gairah sialannya bangkit hanya karena wanita itu terus berkeliaran di sekitarnya hingga ia dengan bodohnya mendengarkan perkataan Minho dan Changmin? Bahwa ia kini merasa bersalah dan gelisah karena wanita di depannya itu terang-terangan menghindarinya juga menampakkan sorot mata terluka? Tapi apapun itu... "Aku tidak pernah bermaksud untuk melukaimu. Kau ingat janjiku untuk selalu menjaga dan melindungimu? Aku tidak pernah ingin mengingkarinya. Hanya saja, aku tetap seorang pria, terkadang aku juga memiliki sisi bodoh karena nafsu yang-"
"Kalau begitu aku juga seorang wanita!" Sela Ji Ahn. Muak, ia muak. Pada akhirnya, ia seakan tahu kemana arah pembicaraan Kyuhyun. "Aku memiliki sisi egois untuk keberatan mendengarkanmu. Jadi pergilah! Jangan menggangguku, tolong..."
"Kau tidak ingin aku bertanggung jawab?"
Secara tiba-tiba, bahkan cukup mengejutkan rasanya, kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Kyuhyun. Tanggung jawab? Tsk! Ji Ahn berdecak keras dalam hati. "Sejak kapan kau mengerti kata tanggung jawab? Apakah kau juga melontarkan kalimat itu pada setiap pelacur yang pernah kau tiduri?" Nada bicara itu terdengar meremehkan. Seorang Kyuhyun berbicara mengenai tanggung jawab, itu sedikit lucu baginya.
"Kau pikir kau sama seperti para pelacur itu?" Kyuhyun bertanya balik. Ia bahkan tidak pernah memikirkan hal itu, batinnya. Dan tentu, hal itu sukses membuat Ji Ahn merasa tertohok, terbukti dari mulutnya yang seketika terkatup rapat. "Aku memikirkanmu, Yoon Ji Ahn."
YOU ARE READING
LIMIT (DIBUKUKAN)
FanfictionMenjalani hari-hari dengan dikelilingi para pria tampan, kau pikir itu menyenangkan? Tidak! Percayalah, kau akan lebih memilih untuk hidup tanpa teman dibanding harus bersama para pria itu. Setidaknya, kau tidak harus menjadi wanita multifungsi. Ya...
