Satu

35 0 0
                                    

            Seminggu ini Firda sibuk mengurusi perpindahannya kembali ke pondok, dari membawa barang-barang hingga menatanya di alamari, dibantu sahabat sekaligus partner in crime-nya selama di pondok, Anja karena angkatannya yang dulu diabdikan di pondok hanya mengabdi satu tahun, tersisa dua yang di putra. Awalnya, Firda tidak ingin tidur di kamar Pengasuhan dan memilih untuk tinggal di kamar Mabikoord, kamarnya dulu ketika masa pengabdian satu tahun, tapi karena ada Anja yang ternyata masih di Pengasuhan Firda pun juga tidak bisa menolak, pun sekarang sudah tidak ada lagi Ustadzah pengasuhan yang lama. Sekarang Anja lah person in charge di sini, jadi Firda pun bisa percaya dan bersahabat. Sebenarnya di kamar Ustadzah hanya ada 4, Kamar Bag. Administrasi, Bag. KMI, Bag. Mabikoord dan Bag. Pengasuhan. Berhubung Administrasi hanya halal dimasuki oleh yang bertugas di bagian tersebut, Anja jelas tidak akan tinggal di situ. Sedangkan di KMI konon katanya masih menjadi kamar Ustadzah yang paling seram, Anja jelas tidak mau mengambil resiko tidur kelindihan setiap hari. kamar Mabikoord adalah kamar yang pas karena orang-orangnya sudah dipastikan asik dan santai, secara historis sangat menyenangnya karena anak pramuka yang menempatinya. Tapi, sekarang kamar Pengasuhan bukan momok bagi Firda, kamar pengasuhan isinya orang-orang asik semua, tidak ada yang perlu khawatir bertemu orang-orang kaku.

Besok adalah upacara tahun ajaran baru, Firda membantu Anja, lebih tepatnya menemani duduk di depan komputer ruang tamu kamar Pengasuhan, yang sedang sibuk mengetik kembali peraturan dan hukuman atas pelanggaran-pelanggaran disiplin pondok yang sudah direvisi oleh Pengasuhan bersama Bapak Pimpinan karena sebelum nanti disampaikan kepada OSPPM (Organisasi Santri Pondok Pesantren Modern) agar disampaikan kepada seluruh santri dalam penyambutan santri oleh OSPPM.

"Harusnya kamu nemenin Disti di KMI, dia loh kadang ditinggal Vera pulang dan kadang Rika juga masih numpang di Mabikoord kalau tidur malam karena parno, udah setahun jadi ustadzah padahal dia itu, mbuh kenapakok takutnya nggak ilang padahal yo nggak pernah diliatin apa-apa, nggak tahu ini nanti siapa ustadzah baru yang bakal masuk KMI" ucap Anja lantas tersenyum.

Firda mendengus, "Halah apaan! Males aku siaran langsung Dunia Lain. Lagian mbak Disti kok ya betah banget sih di KMI, nggak pengen pindah bagian apa?"

"Disti mah imannya sudah beda level sama kita. Orang pernah itu gempa, semua keluar eh dia malah masih tidur santai, katanya nggak ngerasa ada gempa padahal itu sampe bikin santri-santri bangun loh. Dan tahu sendiri kan gimana santri-santri kalau bangun karena hal-hal begitu?hebohnya nggak habis-habis" jelas Anja.

"Tapi emang sih Mbak Disti itu kaya nggak punya rasa takut. La wong setiap renungan pas dulu masih jadi Koordinator kan sering jaga pos sendirian. Aku aja males bayanginnya kan desa kita ini kan lumayan serem toh bahkan kata warga sekitar" lanjut Firda.

"Yaa namanya juga Disti, urat takutnya udah ilang paling"

"Eh, Mbak, inget nggak dulu pas aku kelas satu, antum sama mbak Disti kelas dua, yang aku lihat kembarannya mbak Disti di kamar mandi itu loh"

"Halah Fir kamu itu penakut tapi seneng banget cerita setan-setan, males aku, nanti kamu nggak berani ke kamar mandi aku yang susah" omel Anja yang malas meladenis sesi flashback Firda.

Firda dan Anja memang tidak satu angkatan, Firda satu tingkat di bawah Anja. Tapi sejak santri dan sering disatukan dalam kegiatan seperti pramuka, band, dan penampilan-penampilan kecil, Firda memang lebih dekat dengan Anja dibanding dengan teman-temannya sekelas. Bukan berarti Firda tidak dekat dengan teman sekelasnya, hanya saja untuk membicarakan masalah pribadi yang lebih dalam, bahkan untuk curhat dan bertukar ide, Firda lebih senang membicarakannya dengan Anja. Anja pun demikian, meskipun Firda bukan teman seangkatannya, ada hal-hal yang biasanya hanya diketahui teman seangkatan juga diketahui Firda.

Santri and SoundsWhere stories live. Discover now