Lawan Kawan Bintang

五: 𝒞𝓊𝓇𝒽𝒶𝓉

[ 𝒫𝑒𝓉𝒶 𝒜𝓃𝑔𝓀𝒶𝓈𝒶 ]

Aku menjadikannya sebagai tempat curhatku. Dan lucunya lagi bahan yang kujadikan curhatan adalah dirinya. Entah ia merasa atau tidak aku tak tahu.

Entah mengapa meluapkan seluruhnya padanya mampu membuatku merasa lebih nyaman. Saat menjadi tempat curhat ia benar-benar sangat membantu. Dia menjadi pendengar yang baik dan ia tak segan-segan akan memberikan sepatah kalimat yang membuatku berpikir namun membantu jawaban atas curhatku.

Ia tak pernah bosan mendengarkan, walaupun terkadang curhatanku terdengar tak jelas. Bahkan ia berkata,

"Kalau dengan diam kamu merasa runyam. Maka berbagilah denganku. Jangan pernah merasa sendiri."

Pernah aku curhat akan dirinya yang selalu mendapatkan perhatian lebih dari orangtuaku. Tentu saja tanpa memberi tahunya kalau itu dirinya.

"Sepertinya curhatanmu selalu ngomongin aku ya?"

Sukses saja membuatku terkejut. Jadi selama ini ia sadar kalau aku sering mencurhatkan dirinya pada dirinya sendiri.

"Maaf, soalnya aku iri sama hidupmu, apapun yang kamu ingin pasti akan tergapai."

"Kenapa harus maaf? Apa wajahku seperti orang marah?"

"Harusnya aku yang berterima kasih karena kamu sudah menamparku langsung tanpa perantara. Aku tersanjung saat kamu tahu ketika kamu tidak suka dengan seseorang kamu harus datang kepada siapa. Iya... pada orang itu juga tanpa harus mengumbarnya."

"Tolong jangan segan akan perasaanmu. Karena bila kamu tidak bersuara aku tidak akan tahu harus bagaimana."

"Ketika kamu iri dengan kehidupan orang berarti saat ini matamu tertutup. Tak dapat melihat, padahal banyak hal yang orang lain irikan pula pada kehidupanmu. Kau terlalu sibuk mengangankan kehidupan orang lain tanpa tahu apakah akan baik bagimu, sampai akhirnya kamu lupa akan cara bersyukur."

Ucapnya begitu lembut
Namun menusuk
Terkadang tak ingin sependapat
Namun ia benar adanya

Tak ada yang perlu disalahkan
Tak ada yang perlu dibenarkan
Kita tak dapat menentukan
Tak dapat memastikan
Hanya dapat menjalankan