Tragedi Mochacino Ice

Zacznij od początku
                                    

Menjelang sore, bukannya tambah sepi, Mimosa justru semakin ramai. Oleh karena itu, Ibu Felita memberi kesempatan anak-anak SMA atau SMK yang belum lulus untuk bekerja paruh waktu sepulang sekolah atau bahkan pada akhir pekan. Jadi, yang bekerja sebagai tenaga freelancer di kafe ini bukan hanya Ayara seorang. Banyak. Hanya jamnya saja yang berbeda-beda, membuat anak-anak freelancer tidak bisa bertemu setiap saat.

"Meja 15, ready!" teriak pak Dede, Sang juru masak andalan Mimosa. Dengan sigap Ayara yang baru saja kembali ke kitchen segera maju untuk mengambil hidangan dan siap mengantar ke meja yang dimaksud.

Tapi tiba-tiba,

"Eiitss..! Kali ini biar Mbak Anti aja yang antar, khusus ke meja 15 ini. Okeey?! Kamu yang lain aja tuh..!" kata Anti sambil menunjuk dengan dagunya. Anti, adalah supervisor kafe Mimosa. Dia adalah orang kepercayaan Ibu Felita.

Bos Anti orangnya cantik, dengan body tinggi semampai dan kakinya jenjang. Pokoknya, aduhai smlohai. Dia juga punya attitude yang bagus dimata para pengunjung dan Ibu Felita, tapi tidak dimata anak buahnya. Bagi sebagian besar bawahannya, Anti adalah bos yang tidak menyenangkan, meskipun wajahnya cantik mirip-mirip Maudy Ayunda.

Tindakannya kadang semena-mena dan cenderung menindas. Kata-katanya pedas, ofensif dan mengintimidasi. Banyak karyawan yang keluar masuk, gara-gara tidak kuat dengan perlakukan Anti. Ibu Felita, tentu saja tidak mengetahui hal ini. Karyawan lain, tidak punya cukup nyali untuk melaporkan kelakuan Anti pada big bossnya itu.

Ayara yang merasa diserobot, mengernyit heran memandang Anti melaju lenggak lenggok dengan baki berisi pesanan. Ngapain seorang supervisor rela mengantar sendiri makanan ke tamu?, pikirnya penasaran.

"Heh! Jelek lo, nyureng gitu!" kata Shandy, salah seorang waiter yang bergaya feminin sambil tertawa. Sandy juga pernah dapat kata-kata tidak mengenakkan dari bos mereka itu. Katanya, Sandy mending pakai rok aja kalau kelakuan dan gaya bicara mirip-mirip perempuan. Sandy sempat menangis setelah itu dan bilang bahwa bukan dia yang ingin seperti ini. Sandy juga ingin berubah jadi cowok beneran dan semua itu butuh dukungan dari semuanya. Tapi, setelah tahu bahwa bos Anti orangnya begitu, Sandy kembali santai dan menjalani kehidupan apa adanya.

"Udah biarin Bos Anti aja yang antar. Meja 15 tuh kecengannya kali. Haha!" Lanjut Sandy sambil mencolek pipi Ayara yang chubby.

O,o..Bukan Ayara namanya kalau tidak penasaran. Emang siapa sih yang duduk di meja 15, sampai-sampai supervisor mereka itu mau-maunya nganterin sendiri pesanan tamu? Sambil menunggu orderan lainnya siap untuk diantar, Ayara menggigit-gigit kukunya, sementara otaknya berputar. Bagaimana caranya dia tahu, siapa gerangan orang yang duduk di meja 15. Gimana caranya ya?, Ayara mengguman sendiri.

"Meja 17, ready!!" Pak Dede melolong lagi. Nah! Ini mungkin kesempatannya. Meja 17 itu gak jauh dari meja 15. Aha!! Gue muter aja dulu kesana, baru ke tempat tujuan. Sekedar melihat dari deket saja. Sumpah, rasa penasarannya sudah sampai di ubun-ubun.

"Gue, ya! Gueee!!" teriak Ayara ketika orderan meja 17 itu juga hampir diserobot Shandy.

"Iye, Ceu. Iye!" Shandy manyun sambil meletakkan lagi baki untuk meja nomor 17. Ayara, dengan senyum dikulum membawa baki itu dan melangkah ringan. Hatinya bernyanyi-nyanyi membayangkan siapakah orang-orang yang duduk di meja nomor 15 yang sebegitunya diinginkan bos Anti.

Segera ia keluar kitchen. Sambil membawa baki berisi Mochaccino Ice dan french fries dengan bumbu barbeque, melangkahlah ia menuju meja 17. Mendekati meja 15, dia terhenyak.

Pantesan!! Desisnya. Disana ada tiga cowok keren-keren banget. Ayara curiga ini jangan-jangan Boy Band Korea habis manggung terus kehausan mampir kesini kali ya!?

TELAH DITERBITKAN LAFMI (Love At First Moccacino Ice)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz