"Tapi tubuh aku ada jauh sebelum saat ini.. "
"Itu kenapa kamu jadi hantu. Ada sesuatu yang harus kamu selesaikan, mungkin.. "
"Maksudnya?"
"Hantu itu roh-roh yang menetap di bumi karena urusan mereka belum selesai di bumi. Mungkin kamu juga. Ada urusan yang harus kamu selesain disini baru kamu bisa kembali ke tubuhmu, di masa lalu."
"Kalo urusan itu selesai.. Aku bakalan balik?"
"Iya."
"Ada pertanyaan lagi?" tanyanya.
"Mungkin nggak alasan gue kelempar kesini karena gue ada urusan sama hantu, bukan manusia?"
"Alasan tubuhmu setengah setengah itu mungkin karena kamu ada urusan sama hantu atau sama manusia atau sama dua-duanya."
─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───
"Kamu kalo manusia jadi nggak bisa berinteraksi sama mereka ya?" tanya Yeonjun, Beomgyu menggeleng.
"Tadi itu aku takut kamu kenapa-napa. Malah hening banget nggak ada suara sama sekali, makanya aku gedor-gedor."
"Emang tadi kamu nggak denger apa-apa?"
Beomgyu ngegeleng, Yeonjun cuma senyum.
"Njun, biang lala yuk!" tutur Beomgyu terus narik tangan Yeonjun.
"Nggak seru Gyuuu!"
"Ih gapapa, kita cerita-cerita aja yuk!"
"Apa yang diceritain?"
"Um.. Kehidupan sebelum ini?"
"Emang nggak apa?"
"Nggak apa kok, ayo!"
─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───
"Jadi kamu tau kalo kamu itu sebenernya tumor?"
"Justru itu karena aku tumor, makanya papa aku langsung ngejodohin aku."
"Papa kamu kurang apalagi sih? Udah punya semuanya kan?"
"Kan, Yeonjun aja mikir begitu, apalagi aku. Makanya aku yang ngancurin semuanya."
"Ngancurin gimana?"
"Mimpi terbesar papa itu nguasain dunia, bukan nguasain negara. Dan dia nggak mungkin bunuh diri ditengah perjalanannya padahal dia justru mau umur yang panjang."
"Kamu bunuh mereka?" tanya Yeonjun, skakmat.
Beomgyu ngejentikin jarinya, "pinter."
"Tapi, aku ada pertanyaan," lanjut Beomgyu, "lebih menderita mati langsung selesai, atau hidup tapi menderita?"
"Meninggal bukan akhir dari segalanya, Gyu."
"Tapi bukannya kematian itu sepadan sama penderitaan aku selama ini?"
"Oke well ya. Iya."
"Harta warisan itu nggak jatuh ke aku. Karena papa tau aku gimana."
"Harta warisan? Terus?"
"Aku harus nikah, terus semuanya jatoh ke suami aku. Terus semuanya harus dijalanin untuk bisnis. 10%nya baru buat aku sama dia."
"Makanya kamu bunuh diri."
Beomgyu tepuk tangan terus ngasih dua jempolnya depan wajah Yeonjun.
Yeonjun nurunin jempolnya, "nggak ada yang hebat Gyu," katanya datar.
"Aku tau aku nggak bener. Dari dulu sampe sekarang pun.. Pikiran aku nggak ada yang bener. Maaf."
"Itu karena kamu mental illness. Pokoknya mulai sekarang stop mikirin tentang, ini," katanya nyolek sesuatu dan nunjukin secercah cairan merah.
"Disebelah aku ada seseorang," lanjut Yeonjun.
"Aku berusaha kok Jun.. Kalo Yeonjun bakalan tetep di sisi aku, aku janji aku bakalan bahagia."
"Janji?" tanya Yeonjun menyodorkan kelingkingnya.
"Janji," jawab Beomgyu mengaitkan kelingking mereka dan menemukan kedua ibu jari mereka. Membuatnya seperti bentuk Cinta.
"Yeonjun."
"Hm?"
"Udah jam 5."
"Oh, iya."
"Ada satu tempat yang mau aku datengin."
To be continued
YOU ARE READING
[2.0] ifyoureGhost; Yeongyu/Yeonbeom/Beomjun
Fanfiction" should i save you or should you stay with me? " start - 26.06.19 End - 18.01.20 publish - 21.09.19 - 23.01.20
twenty-four
Start from the beginning
![[2.0] ifyoureGhost; Yeongyu/Yeonbeom/Beomjun](https://img.wattpad.com/cover/201117891-64-k57730.jpg)