1: Hari pertama

845 104 24
                                    

"Lo sinting beneran ya? Ntar kalo credit card kita berdua di-blok, lo mau makan rumput, hah?"

"You must thank me first, cause you're officially dating after fucking months doing stupid things."

Clara mendengus kesal, "Abis ini gue bakal dihujani macem-macem pertanyaan, dan lo juga. Otak lo dipake mikir gak sih?"

Dari lantai atas, suara langkah kaki terdengar, membuat seluruh pandangan mengarah pada Dimas yang baru menuruni anak tangga. "We'll talk about it later," kata Clara.

"Why don't we just clear all things now?" gerutu Felix.

Bukannya menjawab, Clara langsung menendang kembarannya lalu mengibaskan tangan mengusir Felix. "Udah, sana lo. Hush."

Sejenak gadis itu lupa kalo dari tangga ke lantai atas ada orang yang melihat aksinya dengan wajah lempeng dan masih keliatan baru bangun.

Kelihatan sudah bar-bar-nya Clara.

Ia berdehem sebelum akhirnya menatap kembali ke atas dan bertanya, "Berisik ya tadi?"

Felix baru mau masuk ke kamarnya memicingkan mata mendengar tone Clara langsung berubah jadi soft. Ingin marah, tapi bokongnya udah sakit ditendangin, ntar malah lebih parah dari yang sekarang.

"Enggak. Kebetulan haus aja mau ngambil air."

Ketauan banget bohongnya, batin Clara. Cuma yaudahlah, udah capek ribut sama Felix. Lagian juga baru hari pertama, gaboleh langsung keliatan bar-bar kayak tadi. Harus kalem seperti princess.

Abis itu diem-dieman. Clara sibuk nyari sesuatu di dalam kulkas sementara Dimas lagi ngisi gelas dengan air keran. Felix keluar lagi dari kamar, kali ini sambil memeluk bantal kecil. "Gab, cook something. I'm hungry."

"Kirain lo udah makan diluar," ucap Clara tanpa melirik sama sekali ke arah lawan bicaranya.

"Makan angin iya," celetuk Felix.

Gadis itu mengeluarkan sekotak susu, "Your breakfast."

"Itu doang?"

"Iya."

"You're too mean. I've done a lot for you yesterday, and this is what Iㅡ"

"HUSH. Ngelawan aja terus sama yang lebih tua."

"CUMA 5 MENIT."

"BERISIK. Syukur dikasih daripada enggak."

Satu penonton yang daritadi ngeliatin keributan gak jelas ini bingung mau bereaksi apa.

"Gausah minta macem-macem."

Felix merengut, lalu berjalan dengan susu di tangan kanannya dan kotak sereal di tangan lainnya, selagi masih memeluk bantal kecil dari kamar dan menduduki salah satu kursi diantara meja makan. "Bro, are you hungry?"

"Not really," jawab Dimas bersamaan dengan bunyi perutnya yang kelaparan setelah entah terakhir kali pemuda itu makan.

"Gab, I don't know if you're really terrible to treat people as human beings," celetuk Felix.

"What do you mean?" tanya Clara balik, terlihat sedang memandang Felix dengan pisau di tangan kanannya.

"Your guest is starving, Ma'am," kata Felix memperjelas maksudnya.

"The guest or you?"

"Actually, both of us," balas Felix sambil terkekeh sendiri.

Gadis itu kembali fokus di dapur, lalu lima menit kemudian berjalan menuju ruang makan membawa sepiring roti lapis dan diletakkan di atas meja.

"One only? Where's mine?" protes Felix tidak terima, tapi ia tidak mengindahkan ucapan adiknya dan pergi ke dapur.

"Mau?" tawar Dimas.

"No. I'm just joking," tolaknya. "Instead, let's talk about you."

Dimas menunjuk ke dirinya sendiri, "Me?"

"Yeah. Don't you wanna tell me how is it last night?" tanya Felix lalu mengeluarkan senyum menyeringai sambil mengangkat alisnya sebelah.

"Nothing's special happened."

"You confessed to her, right?" tanya Felix lagi yang dibalas anggukan. "She rejected you?"

"No, but the thing isㅡ"

"It's okay, bro. It's common to feel awkward during your first day, I can relate," potong Felix sambil mengangguk seakan paham masalahnya.

Tidak ada yang memperingatkan Dimas soal Felix dan ke-soktau-annya.

Sambil makan, diselingi dengan pertanyaan Felix yang macam-macam, cuma dijawab seadanya sambil berharap Clara cepat kembali agar dirinya terselamatkan dari kekepoan pemuda ber-freckless itu.

Untungnya, kali ini ia sedang beruntung, karena Clara benar-benar keluar dengan membawa semangkuk penuh isi buah dan sayuran.


"Hello there, anda manusia apa kambing?" celetuk Felix.

"Gue kambing, lo juga berarti," balas Clara.

Pemuda itu ingin membalas, tapi ucapan Clara memang benar dan tidak bisa dibantah.

"Whatever. Kalo sakit lagi, gue gak mau ngurus. It's all your fault segala diet-dietan," omel Felix sambil menggerakkan sendoknya ke udara, seakan ingin melempari benda itu ke wajah kembarannya.

"Siapa yang suruh ngurusin gue?" tanya Clara ngotot. "Eh, nanti sore gue cabut ya. Kalo mau makan, panasin aja di oven. JANGAN BIKIN RUMAH KEBAKARAN YA LO!"


Felix melotot, sang kakak bahkan mau keluar lagi. Bisa-bisa lebih parah dari cuma masuk angin. "Kemana lagi?"

"Ketemu pacar gue," balas Clara dengan riang.




Dimas-nya enggak. Lagi minum air, tiba-tiba tersedak denger kata 'pacar'.




"Lah, ini pacar lo disini?" tanya Felix keheranan.


"Heee, siapa bilang? Bukan yang disini," kata Clara, lalu menyendok saladnya.





Lemes. Baru hari pertama, ada saja hal yang bikin Dimas kaget dari Clara. Pemuda itu malah curiga, jangan-jangan ini bukan Clara. Soalnya beda dari Clara yang ia tahu.









































baru manasin mesin kalo motor nih, ngegasnya masih belum.

EbullienceWhere stories live. Discover now