BAB 3 JAM 12

77 5 0
                                    

Gue bangun saat alarm di hanphone berbunyi tepat pukul 24.00 Wib. Andri ikut bangun.

“Ndri, udah jam 12 nih. Gue berangkat sekarang ya.”

Andri tampak masih mengantuk. Tapi dia paksakan bangun. Gue ke kamar mandi dulu untuk cuci muka. Barang-barang yang mau gue bawa sudah gue siapkan sebelum tidur tadi. Jadi sekarang tinggal berangkat saja.

“Nih Gas pakai jaketku aja.” Andri meminjami jaketnya. Jaket gunung gue basah kuyup dan lagi dijemur.

“Eh Ndri gue pinjam sendal jepit ya.” Gue lupa kalau sepatu gunung gue basah.

Gue enggak membawa banyak barang. Rencana pendakian kali ini tidak begitu lama. Gue hanya ingin summit attack ke Gunung Ijen sekaligus melihat fenomena Blue Fire-nya yang sangat terkenal itu. Menurut penelitian fenomena Blue Fire tersebut hanya ada dua di dunia, satu di Islandia dan satu lagi di Gunung Ijen. Setelah itu, siang hari gue sudah pulang ke kos Andri lagi. Jadi tidak perlu membawa banyak barang.

Andri memberikan arahan kepada gue. Rute-rute dari Banyuwangi kota ini hingga ke pos pendakian Gunung Ijen. Pos pendakian tersebut namanya adalah Pos Paltuding.

“Rutenya gampang kok. Sejam saja sampai ke Paltuding dari sini.”

Satu jam naik sepeda motor cukup dekat sih menurut gue. Daripada macet di mobil berjam-jam seperti di Jakarta.

“Tapi hati-hati Gas. Nanti kamu akan lewat jalan yang sepi dan menanjak. Maklum nanti kami kan lewat kaki gunung, jadi suasana bakal gelap dan dingin.” Andri mewanti-wanti.

Ngeri juga gue naik motor sendirian tengah malam di jalanan sepi di kaki gunung pula.

“Tapi tenang aja Gas. Nanti begitu kamu sampai Paltuding, di sana bakal ramai kok.” Hibur Andri.

Kali ini gue cukup yakin dan percaya diri.  150 ribu untuk motor Megapro kini mulai terasa manfaatnya. Gue bisa ngebut kalau ada apa-apa di jalan. Tapi semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Yaudah Ndri. Gue berangkat sekarang ya.”

Andri membukakan pintu gerbang.
Gue nyalakan motor. Andri menutup gerbang lagi.

“Bismillah...” gue siap meluncur.

“Hati-hati Gas..” ucap Andri sebelum gerbang ditutup rapat.

Gue siap jalan. Tapi tunggu dulu...
Sepersekian detik sebelum gue tarik kopling dan gas. Gue melihat hal yang mengagetkan. Gue lihat ada seseorang yang mengintip dari dalam kos-kosan Andri yang sepanjang malam tadi sepi.

Andri sudah menutup rapat gerbangnya. Dan gue sudah menjalankan motor. Pelan gue pacu motor. Dan gue mendengar suara keramaian dari dalam kos-kosan Andri.   Padahal sejak kedatangan gue ke sana semuanya tampak sangat sepi.

Gue lihat dari kaca spion. Tampak dari kejauhan lantai dua kos Andri penuh dengan orang yang sedang berdiri.
**

Novel Horror Seri Gunung: IJEN #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang