◇ Thorki & Sim ◇

1K 106 1
                                    

>>>

"Loki, Kau akan tinggal kan?"

Samar-samar dari kamarku aku masih menyimak pembicaraan Paman Seth dan Paman Loki.

"Aku tidak tahu Thor, aku takut ini mengancam keselamatan kalian jika aku tinggal."

"Keselamatanmu juga terancam jika berkeliaran di luaran sana, Loki."

"Aku tahu, tapi setidaknya Simza aman. Aku ingin dia tetap selamat, Thor."

"Hampir 17 tahun, Loki. Simza baik-baik saja, tidak ada yang mengetahui dan ingin tahu soal kita di sini."

"Mereka hanya belum tahu, bagaimana jika mereka tahu? Kita bisa mati Thor. Di sini, Bumi, para Asgardian selalu merasa tidak aman. Mereka harus berbaur menjadi manusia. Tapi kita, kita punya kekuatan dan itu bisa menjadi sinyal bagi siapa saja yang masih bernafsu ingin membunuhmu."

"Loki…"

"Dan kau juga akan dicap sebagai pembohong jika mereka menemukanku masih hidup. Kau ingin semuanya menjadi kacau?"

"Loki..." 

Paman Seth menghembuskan napasnya, aku yang juga sedari tadi menahan napas di belakang pintu pun menghela napas. Aku terlalu tertarik dengan pembicaraan mereka sampai-sampai kantukku menjadi hilang.

Aku tidak mungkin bermimpi sekarang, tidak mungkin pendengaranku salah. Tapi tidak mungkin juga Paman Seth adalah Thor, sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini.

"Thor."

"Kenapa? Kau berubah pikiran?"

"Sang Putri belum tidur." Aku tercekat mendengar kata Paman Loki, ingin segera melompat ke tempat tidur rasanya kakiku menjadi kaku.

"Simza?"

Pintu kamarku terbuka dan Paman Seth sudah berdiri di sana, aku tertangkap basah sedang menguping.

"Apa aku melewatkan satu hal tentang mengajarimu agar tidak menguping pembicaraan orang dewasa?"

Aku susah meneguk ludahku, tidak bisa sama sekali berkelit.

"Dia masih bingung," Paman Loki ikut menghampiriku, "atau dia sedang berusaha menarik kesimpulannya sendiri." Paman Loki mengedipkan matanya padaku.

"A-aku, tidak mengerti pembicaraan kalian," kataku akhirnya, "dan sepertinya akan sangat lama untukku bisa mengerti." 

Paman Seth mengusap wajahnya dan Paman Loki menepuk pundaknya.

"Aku minta maaf, 17 tahun ini membebanimu."

"Tidak, tidak jangan meminta maaf. Itu sangat bukan dirimu," Paman Seth mendengus sambil menepuk pelan dada Paman Loki, "lagi pula, ini juga merupakan tugasku."

Aku berada dalam posisi canggung sekarang, dua pria dewasa sedang tatap-tatapan dengan intim di hadapanku.

"Aku-akan-tidur-sekarang," kataku buru-buru dan langsung bergelung dalam selimut, Paman Loki dan Paman Seth masih berdiri di ambang pintu mengamatiku.

"Dia perlu dibiasakan," suara Paman Seth.

"Dia akan sangat kaget kalau sampai tahu kenyataannya, kan?" tanya Paman Loki, yang menambah rasa penasaran dalam kepalaku.

"Makanya, sudah kubilang pelan-pelan saja kita membuatnya paham," Paman Loki hanya menyahutinya dengan deheman, "Jadi kau akan tinggal?" Disertai suara pintu kamar yang tertutup.

Aku tidak lagi mendengar suara mereka, aku kembali membuka mataku dan menatap langit-langit dengan tatapan nanar. Sebenarnya ada apa? Kenapa aku harus paham secara pelan-pelan? Apa jangan-jangan Paman Loki adalah Ayah kandungku? Dia tahu banyak tentangku. Tapi apa hubungannya ini semua dengan orang-orang Asgard, tadi mereka menyebut-nyebut Asgardian. Mereka bukan Dewa sungguhan kan?

>>>

[THORKI AU/FANFICT] Somewhere Only We KnowWhere stories live. Discover now