◇ Simza ◇

3K 142 3
                                    


Kubangan air masih menggenang di tepian jalan setapak menuju rumahku, atau tepatnya rumah Paman Seth. Belasan tahun aku hidup dengannya, dibesarkan olehnya, dididik dan diberi kehidupan yang layak. Paman Seth sudah seperti orang tua bagiku, dia ayah dan juga ibuku. Aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya, bahkan jika aku dewasa kelak aku tidak berniat mencari orang tua kandungku. Paman Seth adalah orang tuaku.

Rumah masih sepi seperti biasanya, Paman Seth memang jarang berada di rumah. Apalagi di musim penghujan seperti sekarang, dia semakin sibuk dengan pekerjaannya. Bukan berarti di musim-musim lain Paman Seth tidak sibuk, sebagai pekerja lapangan ada saja urusan mendadak yang memaksanya bekerja. Menjadi petugas listrik, yang harus selalu sedia jika tiba-tiba terjadi kerusakan.

Sering aku bertanya mengapa ia tidak mencari pekerjaan lain yang sekiranya lebih ringan, tapi jawabannya selalu sama. Dia sudah menyatu dengan pekerjaannya, Dia sudah sangat tidak bisa terpisahkan dengan pekerjaannya. Mungkin begitulah jika kita benar-benar jatuh cinta pada pekerjaan, tidak ada yang bisa menggantikan walau kadang membosankan.

'Maaf tidak bisa lama dan menunggumu pulang sekolah. Panaskan saja makanan yang tadi kumasak buatmu, putriku sayang.' - Dewa Petir.

Note di pintu kulkas membuatku tersenyum, ternyata tadi Paman Seth menyempatkan pulang. Hujan kembali turun dengan deras, beberapa bunyi gemeretak dahan yang patah terdengar. Sepertinya akhir pekan nanti disibukkan dengan memotong kayu, lumayan untuk bahan perapian.

Aku sedang menyantap makan malamku saat selembar kecil note yang terselip di kaki meja mengalihkan perhatianku. Sepertinya terbang tertiup angin atau lemnya yang tidak cukup lengket.

'Malam ini akan datang tamu, semoga kau senang bertemu dengannya. Ku usahakan pulang secepatnya.' - Dewa Petir.

Aku hampir tersedak selesai membacanya, aku sudah menghabiskan makan malam. Bagaimana jika tamu nanti kelaparan, tidak mungkin aku hanya memberinya camilan. Belum selesai aku berpikir, pintu depan sudah ada yang mengetuk.

Dengan kecepatan kilat, kubersihkan bekas makanku dan menaruhnya di bak cuci piring. Sedikit merapikan rambut dan hoodie Nasa-ku yang kusut, aku segera bergegas membuka pintu saat ketukan kedua terdengar.

>>>

[THORKI AU/FANFICT] Somewhere Only We Knowحيث تعيش القصص. اكتشف الآن