" Aish, ibu apa-apaan sih?!" protesku kala ibu menggerayangi satu persatu saku dressku dan berhenti ketika telah menemukan benda yang ia cari. Ponselku. Ibu ini benar-benar tidak bisa ditebak kala dengan semaunya beliau memencet nomor ponsel Taehyung.

Jelas aku panik bukan main. Kucoba meraih kembali ponselku dari tangan ibu namun ibu dengan lihai menghindar.

" Buuuuu, kembalikan bu. Mengapa menelpon Taehyung sih bu, kembalikan handphone Jiyeon." Rengekku dengan memohon ibu untuk mematikan sambungannya.

" SSsst. Kau diam saja. Ini urusan ibu." Ucapnya penuh ke-otoriteran.

Mau ditaruh mana muka ku ini?

Aku masih terus berusaha meraih ponselku dan berdoa agar Taehyung tak mengangkat telfonnya namun apa yang terjadi? Telfonnya justru tersambung dan aku kini dapat mendengar suara khas bassnya.

" Halo, Jiyeon?" ucap Taehyung di seberang sana.

" Halo calon menantu Ibu. Ini ibu nak." Ucap Ibu yang seketika merubah nada suaranya didepan Taehyung. Taehyung sepertinya sedikit terkesiap.

" Ooh, ibu. Ya, Taehyung disini bu. Ada apa jika Taehyung boleh tau?"

Aku benar-benar pasrah. Ibu tampak menggenggam erat ponselku yang sepenuhnya ia dekatkan di telinganya meski mode telfonnya adalah mode speaker.

" Apakah kalian sedang salah paham nak? Beginiii, ibu melihat anak ibu menangis tiada henti di teras. Ibu tahu pasti ada hal yang tidak beres. Maka disini ibu akan menjelaskan semuanya bahwa Hongbin itu tidak ada hubungan apa-apa dengan Jiyeon, nak. Kau tidak perlu cemburu dengannya karena Hongbin ini hanya teman Jiyeon dari jaman Jiyeon suka mengompol sampai sekarang. Tidak akan berubah menjadi perasaan yang macam-macam. Begitu pula dengan lelaki lain, Jiyeon hanya serius denganmu. Dia hanya ingin menjadi istrimu, nak. Jadi ibu mohon jika ada kesalah pahaman tolong kau pikirkan lagi. Kau percaya pada anak ibu kan?"

H-hah?

Ibu bicara apa sih? Mengapa suka sekali mengasumsikan sendiri dan mengambil tindakan seenaknya saja?

" M-maksud ibu? Taehyung sedikit tidak mengerti bu"

" TAEHYUNG, INI AKU. JANGAN DENGARKAN OMONGAN IBU YA?! KAU TUNGGU DISANA 10 MENIT OKEY. AKU AKAN KESANA. 10 MENIT!!" ucapku penuh gebu pada ponselku yang berhasil kurampas secara paksa itu. Setelah memutus sambungannya, aku mengusap sekilas air mataku yang sudah megering kemudian menarik lengan Hongbin.

" Ayo antar aku." Perintahku padanya.

Sungguh aku tak dapat mentolelir ini. Aku harus bergerak sebelum segalanya menjadi runyam. Gara-gara tindakan sembarangan dari ibu, aku tak dapat melakukan apapun selain meluruskannya sendiri.

" Awas jika kau macam-macam dengan Jiyeon, Hongbin!!" teriak ibu yang tak kupedulikan ketika aku terus menarik Hongbin menuju tempat dimana motor sportnya terparkir.

Hm, satu hal.

Bagaimana bisa aku memiliki ibu seunik itu?

***

Lupakan soal ibu. Aku kini telah berada di depan pintu gerbang rumah Taehyung yang besarnya bak istana itu. Iya, larut malam begini. Hongbin pun tampak meremas pundakku pelan dan memberiku semangat. Setidaknya, semangat yang diberikan Hongbin perlahan menguatkanku untuk bertemu dengan Taehyung. Bagaimana pun aku harus menghadapi semuanya. Masa bodoh soal prasangka burukku yang berpikir entah Taehyung mau menemuiku atau tidak. Pokoknya, aku harus bertemu! Tidak bisa besok-besok, harus sekarang.

Ya, harus sekarang!

Aku menoleh kembali ke arah Hongbin yang sudah siap memakai helmnya.

" Chingu-ya, fightiiiiing! Kau harus jadi menikah dengan dia. Aku tidak mau tahu." Hongbin berlagak mengancam seraya menyalakan mesin motornya. Bersiap meninggalkanku.

Magic Legs [TH x JY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang