Senin Pagi

10 1 1
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.17, semua orang sudah berdiri di lapangan untuk mengikuti upacara pada hari senin pagi ini. Dan seorang siswi dengan tergesa-gesa berlari menuju lapangan. Ya, gadis itu terlambat lagi!
"Semoga belum mulai, semoga Bu Widya gak ada!"  batin gadis itu. Tapi sepertinya keberuntungan tidak berpihak padanya, guru yang terkenal killer itu sudah berdiri di depan pintu gerbang dengan memegang senjata andalannya. Tongkat panjang yang ceking, begitulah siswa siswi menyebut senjata itu. Wajah yang semulanya pucat menjadi lebih pucat ketika melihat Bu Widya berdiri didepannya dengan tatapan menakutkan, gadis itu meneguk ludah. Tak berani memandang wajah Bu Widya.

"Ckckck,,, kamu lagi, kamu lagi" Bu Widya menggelengkan kepala melihatnya. "Sudah berapa kali saya bilang Khalisa. Ketika hari senin pagi seperti ini, usahakan datang lebih pagi. Lihat, orang sudah menaikkan bendera dan kamu baru datang!?" gadis bernama Khalisa itu memainkan jarinya dengan takut, "Ma... Ma... Maaf, bu," ucap Khalisa dengan gemetar.
Terdengar suara sepatu di belakang Khalisa. Gadis yang akrab disapa Lisa itu tak berani memandang kebelakang, walau pun sebenarnya ingin. Tubuh tegap seorang cowok berhasil menyita perhatian Bu Widya, "Aduhhh Kevinnnn!!! Lagi-lagi kamu terlambat. Apa kalian berdua janjian ya terlambatnya?" tanya Bu Widya penuh selidik. Cowok bernama Kevin itu bingung, "Apaan dah, gue baru aja sampe. Aneh nih si tua bangka"  pikir Kevin. "Janjian apanya?  Gue gak kenal sama nih cowok," Khalisa mengerutkan alisnya.

"Saya sudah pusing melihat muka kalian berdua terus. Masuk, dan baris di samping situ. Setelah selesai upacara, temui saya." Bu Widya memberikan jalan bagi kedua siswa itu untuk masuk. Mata para siswa dan siswi menatap ke arah keduanya. Kevin, si cowok cuek itu tak peduli pada tatapan sampah itu. Yang penting dia bisa masuk walaupun dia tau nanti pasti bakalan kena hukum. Khalisa risih melihat tatapan aneh para siswa itu, apalagi tatapan para cewek yang memandangnya dengan penuh kebencian. Setahu Khalisa, cowok bernama Kevin itu adalah "Most Wanted-nya Sekolah", udah ganteng, berprestasi, cool, siapa sih yang gak bakal kepincut. Penggemar ceweknya pasti banyak, dan Khalisa tahu semua cewek yang memandang nya itu berpikiran negatif terhadap nya, entahlah.

Upacara sudah selesai, Khalisa teringat ucapan Bu Widya yang menyuruh dia dan Kevin untuk menghadap, menerima hukuman. Tanpa pikir panjang Khalisa segera mengambil tas yang diletakkannya didekat bangku diluar gerbang, tak disadari Khalisa menabrak seorang cewek didepannya

"Aduh maaf kak, gak sengaja," Khalisa tak sengaja menabrak seorang kakak kelas. Jika yang ditabrak adalah siswi biasa saja, maka tak jadi masalah. Tapi Khalisa menabrak siswi populer di sekolah, Anggi Bella Salsabila. Kakel kelas 12 yang terkenal suka ngelabrak adek kelas. Huh, Khalisa harus menyiapkan mental. "Astaga! Lo buta yah? Lo gak ngeliat gue berdiri disini? Sembarang tabrak aja!" pekik nya. "Maaf kak, gak sengaja. Maaf banget." ucap Khalisa dan segera berjalan untuk mengambil tas nya. Anggi menarik kerah baju Khalisa, karena kerah bajunya ditarik, spontan Khalisa termundur. "Enak banget lo ngomong maaf! Lo pikir ditabrak itu enak, hah?" Anggi menyentakkan kerah baju Khalisa dengan kasar. Kejadian kecil itu menyita perhatian murid yang masih di lapangan. Kevin si cowok sok dingin itu melihat nya dengan malas, Anggi mulu dah yang buat masalah. Kevin berjalan dengan santai menuju keduanya, segera menarik tangan Anggi untuk menjauh dari Khalisa. "Apaan sih Vin. Gue masih mau ngasih pelajaran buat tuh cewek, ngeselin banget!" ucap Anggi sambil menarik tangannya dari cengkeraman Kevin. "Lo itu kakak kelas, beri contoh yang baik buat adek kelas lo," balas Kevin dengan tenang. Anggi mengalihkan pandangannya. Menyebalkan, padahal dia ingin memberi pelajaran untuk adek kelas gegabah itu.

"Cepetan sana lu pergi. Keburu lu diamuk," Ucap Kevin seraya memandang Lisa. Lisa
segera bergegas meninggalkan kerumunan orang-orang, ish malu-maluin, gumam Lisa. Kevin  memandang Anggi dengan sebal, "Berhenti buat onar!" Ancam Kevin. Anggi mengerucutkan bibirnya, menindas adek kelas adalah hal favoritnya. Dan dia tidak suka jika ada yang menegurnya atau menyuruhnya berhenti, dia tidak akan pernah berhenti sampai dia bosan. Tak mau lama-lama, Kevin segera membalikkan badan dan meninggalkan Anggi, dia menuju ke ruang guru untuk menemui Bu Widya. Menerima hukuman tentunya.

~~~
Di ruang guru sudah ada Lisa yang berdiri di dekat meja Bu Widya, sambil memainkan kukunya. Ketika terdengar suara langkah, Lisa menolehkan kepalanya, senyumnya merekah. Pangerannya datang ternyata

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

In My MindWhere stories live. Discover now