Regina, biasa dipanggil Gina : cewek extrovert, manis, periang, cuek sama diri sendiri tapi care sama pasangan, mantan player.
Sena : cewek introvert, cantik, kalem, cerdas dan penyabar.
Tapi Sena ga bisa sabar menghadapi kelakuannya Gina.
Di kursi santai ruangan itu, aku melihat seorang wanita - yang hanya mengenakan bra dan hot pants, posisinyamembelakangiku - sedang duduk di pangkuan Gina.
"Gin?"
* * *
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Mulmed Sena lagi duduk di kursi santai yang Gina pake pangku-pangkuan. Nah loh!
* * *
Sena'sPoV Gina melirikku. Dia lalu mendorong pelan wanita itu agar turun dari pangkuannya. Gina brengsek! Di kursi itu biasanya kami duduk bersantai berdua sambil nonton atau hanya mengobrol ringan. Sekarang dia malah bercumbu dengan wanita lain disitu.
"What are you doing, Gina?" tanyaku penuh penekanan.
"Do nothing," jawabnya santai. Dia menoleh pada wanita itu. "Lo pulanglah sana. Tar gue kirim filenya."
"Kamu ngusir aku karena ada cewe culun ini?" Si wanita - entah siapa - berkata sambil memakai bajunya.
Wait, siapa yang dia sebut culun? Aku?
Gina tersenyum dan hanya menjawab, "udah jangan bawel, sana pulang."
Wanita itu menghinaku dan Gina menanggapinya seperti itu?
Wanita itu mencium pipi Gina. "Aku tunggu ya sayang."
What the . . . ???
Apa yang mereka lakukan di depan atau bahkan di belakangku? Sebelum pulang, wanita asing itu tersenyum melihatku serta menyentuh pipiku. "Bye, cantik." Aku menepisnya. "Duh galak. Pantesan aja Gin. Lebih menantang ya?"
Apa maksudnya?
Dan lagi Gina hanya menganggapnya sebagai candaan. Sepulangnya wanita tadi aku langsung bertanya pada Gina.
"Itu siapa?"
"Client"
"Client apaan sambil pangku-pangkuan kaya tadi? Pake cium pipi bilang sayang depan aku." Aku marah. Tepatnya cemburu. Apa-apaan sih Gina ini? Dia tidak berusaha menolak perlakuan wanita tadi atau menjelaskan padaku hubungan mereka.
"Ada apa Sen?"
"Kamu ngapain barusan?"
"Ga ngapa-ngapain."
"Kenapa pake acara pangku-pangkuan dan dia cuma pake bra aja?"
"Kalo aku bilang tadi aku emang ga ngapa-ngapain, apa kamu percaya?"
Bagaimana bisa percaya bahwa tidak ada apa-apa sementara yang kulihat tidak seperti itu?
"Ga percaya ya? Ya udah urusan kamu." Gina mengedikkan bahunya. Sikapnya yang mengganggap enteng seperti itu membuatku kesal.