Gak Suka

2.4K 198 2
                                    

Udara dingin pegunungan pagi menerpa wajah ku, sinar sang surya pagi ini tak cukup menghangatkan tubuh, setidaknya kehangatan pelukan kenan dapat menghalau dingin pagi ini.

"Jadi Lun, jawaban lo apa?" tanya Kenan masih dengan posisi memeluk ku

"Gw bingung." jawab ku lalu diam tak dapat melanjutkan ucapan ku, awalnya aku mengira saat-saat ini akan sangat menyenangkan  mengetahui cintamu tak lagi bertepuk sebelah tangan, dan mengetahui ternyata kami berada di kapal yang sama dengan tujuan yang sama. Namun kenyataannya saat ini aku dilanda kebingungan kenapa perasaan ku seperti gusar dan tak siap dengan hubungan ini.

"Hah?" Kenan melepaskan pelukannya.

"Lo ga sayang sama gw?"lanjutnya

"Sayang." tatapan kami bertemu, aku mencari kebenaran didalam mata Kenan, bukan kah mata merupakan jendela hati. aku mencoba mencari kebenaran

"Terus..?" tanyanya gusar.

"Gw takut, kalau lo gak bener-bener sayang sama gw Ken. Kalau sebenarnya selama ini kita hanya sudah terbiasa bersama. Bukan Cinta." aku menunduk, aku takut kehilangan Kenan.

"Gw gak ngerti kenapa lo gini Lun." Kenan mundur beberapa langkah untuk membuat jarak diantara kami.

"Gw akan beri waktu buat lo berfikir. Tapi yang pasti disini, gue cuma berusaha jujur dengan perasaan gue. kalau gw sayang sama lo bukan sebagai sahabat. gw memandang lo sebagai seorang wanita seutuhnya. Gw gak akan segila kemarin yang hampir meniduri lo kalau gw cuma menganggap lo sahabat." ucap Kenan frustasi.

"Ini yang perlu lo catet juga, walau nanti kita gak bisa bersama sebagai kekasih...."Kenan mencoba mengatur emosinya. "Kita akan tetap menjadi teman dekat, walau jangan pernah lo berharap gw untuk biasa aja dan melupakan perasaan gw ke elo."

Kenan berbalik dan meninggal kan ku sendirian, meninggalkan ku dengan pemikiran yang semakin kacau. Semalam saat kami bertengkar aku benar-benar ketakutan Kenan akan meninggalkan ku dan melupakan ku. Pagi ini sebetulnya aku berencana untuk berbaikan dengan Kenan dan memulai semuanya dari awal dan melupakan yang telah terjadi. mengubur perasaan ku, karena ku menganggap bersahabat saja sudah lebih dari cukup untuk ku. Namun kalimat Kenan tadi mengenai dia yang menyukai ku juga menambah beban di pikiran ku, ternyata tak semudah itu, rasa takut kehilangan Kenan lebih besar dari rasa ingin menjadi kekasihnya. Membayangkan saat hubungan kami berakhir dan tak berujung bahagia membuat ku ketakutan luar biasa.

Siang ini aku berpamitan dengan keluarga Kenan, sejak kejadian di kebun anggur tadi aku belum juga bertemu dengan Kenan. Sepertinya dia menghindari ku, dan itu membuat hati ku sakit luar biasa. Mas Rama dan Mba Martha mengajak ku kembali kejakarta bersama karena sepertinya mereka membaca gelagat yang tidak menyenangkan diantara ku dan Kenan sejak semalam.

"Aku pamit dulu ya tante, om.." pamit ku sambil mengamit tangan mama Kenan dan papa kenan.

"Sering-sering main kesini ya Lun, tante kesepian nih..."

"Iya tan..."

"Ini si Kenan mana sih, kamu kok jadi balik sama Rama?" ucap mama kenan yang kebingungan saat ku bilang akan kembali kejakarta bersama mas Rama.

"Gak papa tan... hehe...yaudah aku pamit dulu ya." ucapku berpamitan dan  sebuah mobil mendekat kearah ku dan ku sapa mba marta yang duduk di kursi penumpang depan dan mas rama didalamnya aku bergegas mendekat dan menggeret koper ku kearah bagasi belakang mobil  mas rama, mas rama dan mba martha yang keluar dari mobil dan ikut berpamitan dengan mama dan papa kenan. Usai berpamitan mas rama kembali membantu ku menaruh koper ku di bagasi mobilnya, baru akan mengangkat koper tangan ku tertahan oleh sebuah tangan lain dan ku lihat disana Kenan.

De la lunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang