Zeline langsung menatap William, "kenapa? Apa kau pernah puya masalah dengannya?

"Tidak tidak," William menggeleng. "Aku tidak menyukainya jadi ya untuk apa aku punya masalah dengannya?"

"Lalu kenapa? Apa hanya karena dia dingin?"

"Hah..." William menghela nafas. "Bukan juga. Kalau urusan bersikap dingin. Dia bukan satu-satunya dosen yang begitu."

Zeline menatap lelaki didepannya penuh dengan rasa penasaran.

"Dia-"

"Zeline! Sebentar lagi kelas Mr. Park akan dimulai," salah seorang teman Zeline berbicara seraya menepuk bahu gadis itu.

Zeline mengangguk, "kita lanjutkan saja nanti ya. Aku harus masuk sekarang, kau tau Mr. Park tidak suka dengan keterlambatan."

William mengangguk setengah kecewa. Sebelum ke kantin tadi, dia dan Zeline pergi ke perpustakaan terlebih dulu dan memang terlalu lama disana karena buku yang Zeline cari susah didapat. Jadi waktu untuk mereka makan sekarang tentu sangat sebentar.

***

Zeline dengan cepat duduk disalah satu bangku yang masih kosong. Letaknya ada di dekat tembok barisan kedua. Setiap mahasiswa di jurusan ini, biasanya akan sangat menghindari bangku paling depan saat mata kuliah Mr. Park. Seorang dosen yang terkenal dingin dan galak. Huh, kadang Zeline tidak mengerti kenapa hari ini masih ada dosen dengan model seperti itu?

"Selamat sore," sesosok pria yang merupakan salah satu dosen termuda di Korea ini masuk ke kelas dengan langkah tenangnya. Hentakan sepatunya langsung membuat seisi ruangan bungkam seketika.

Pria itu langsung duduk di mejanya dan menatap para mahasiswa yang hadir dan mengamati mereka satu persatu

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Pria itu langsung duduk di mejanya dan menatap para mahasiswa yang hadir dan mengamati mereka satu persatu. Entah apa maksudnya, namun yang pasti tindakannya ini membuat para mahasiswa tegang.

"Saya belum memulai apapun tapi kalian sudah pucat begitu," ujarnya yang bisa dikatakan adalah sebuah sindiran

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Saya belum memulai apapun tapi kalian sudah pucat begitu," ujarnya yang bisa dikatakan adalah sebuah sindiran.

Zeline yang mendengar itu jadi jengah sendiri. Dari awal pria itu memperkenalkan diri sebagai dosen hukum perjanjian internasional, Zeline punya keyakinan jika belajar dengan dosen muda itu tidak akan terlalu menyenangkan. Bagaimana bisa menyenangkan jika dia membuat para mahasiswa mati kutu hanya dengan bertatapan dengannya?

"Kita lanjutkan pembahasan kita yang kemarin. Dan silahkan keluar dari kelasku jika kalian tidak tahan ingin mengobrol," peringatnya sebelum akhirnya dia mendekati papan tulis dan memulai pelajarannya.

Dosen termuda itu bernama Loey Park. Namun para mahasiswa memanggilnya dengan sebutan Mr. Park. Dosen pengajar hukum perjanjian internasional. Dia digilai karena ketampanannya dan dihindari karena sikap dinginnya. Sampai sejauh ini, tidak ada satupun mahasiswi yang berani mendekatinya.

Seorang dosen yang memiliki kepribadian sangat tegas dan disiplin. Dia benci keterlambatan dan menunggu.

****

"Aku hampir lupa caranya bernafas saat tadi," Irene memegangi dadannya yang masih berdebar kencang. Tidak bukan karena pelajaran Mr. Park tadi yang berhasil membuat semuanya bungkam.

Mr. Park sebenarnya adalah dosen yang tidak akan memberikan beban yang berat. Dalam artian, dia selalu memberikan tugas yang mudah untuk para mahasiswanya. Tapi entah kenapa pria itu akan terasa sangat menakutkan saat mengajar.

"Untung saja kau masih hidup ya," sahut Zeline sedikit mencibir. Oke, dia sendiri sebenarnya juga tidak tegang saat belajar tadi. Tapi setidaknya dia masih bisa mengontrolnya dan dia tidak separah Irene.

"Bohong sekali jika kau tidak tegang saat pelajar Mr. Park tadi," tukas Irene lalu mulai melangkah keluar dari dalam kamar mandi.

"Aku memang tegang, tapi tidak berlebihan sepertimu," sahut Zeline.

Irene mengangguk saja, "William mana? Dia tidak mengantarmu pulang?"

Zeline mengangkat kedua bahunya, "mungkin dia sudah pulang. Lagipula untuk apa dia terus mengantar dan menjemputku?"

"Dia menyukaimu," jawab Irene tiba-tiba.

"William?" Zeline tertawa. "Tidak mungkin, tidak mungkin," dia mengibaskan tangan kanannya. "Hei, tipe wanita untuk William itu sangat tinggi."

"Oh? Tapi dia menyukaimu tuh!" Ujar Irene lagi.

"Tidak Irene! Lagipula untuk apa dia menyukaiku?"

"Tentu saja untuk bisa pacaran denganmu," Irene mengangkat kedua bahunya.  "Kau beruntung loh kalau jadi pacarnya. Lihat saja, kalian yang  sekarang saja masih bersahabat, tapi dia begitu perhatian padamu."

Zeline menggeleng lagi, "kenapa kau sangat cocoklogi? William baik padaku, bukan berarti dia menyukaiku kan? Dia baik padaku ya karena aku sahabatnya."

"Ah baiklah terserah kau saja," Irene akhirnya menyerah. "Hei, apa menurutmu Mr. Park sudah menikah?"

"Kenapa kau tanya padaku? Kau tanya saja langsung padanya," sahut Zeline.

Irene merotasikan kedua bola matanya, "ya dan setelah itu dia akan mengeluarkanku dari daftar mahasiswanya."

"Sudahlah, untuk apa kita mengurus dia?"

"Tapi...kalau dia sudah menikah, apa dia bersikap sedingin itu pada istrinya? Hah! Pasti tidak mungkin! Aku yakin istriku akan mengajukan surat cerai karena sikap dinginnya itu," ujar irene menggebu-gebu.

"Lalu apa itu jadi masalah untukmu nona Bae?"

Irene dan Zeline langsung membalikkan badannya dan menemukan orang yang mereka bicarakan berada di belakang mereka.

"Nona Bae, akan lebih baik jika anda mengurus kehidupan anda sendiri daripada orang lain," pria itu menghujamkan tatapan menusuknya pada Irene yang menunduk ketakutan.

"Mr. Park, tolong maafkan teman saya. Tolong Mr. Park," mohon Zeline.

Dosen itu menatap Zeline dalam dan lama. Membuat Zeline tambah berdebar. Dia berdebar karena dosen galak itu menatapnya lamat-lamat. Zeline jadi merinding.

"Saya maafkan kali ini. Dan nona Bae, anda tidak perlulah tau bagaimana kehidupan pribadi saya dan berhenti mencari informasi ataupun menduga-duga seperti apa kehidupanku!" Tekan pria itu.

Irene yang hampir menangis itu mengangguk cepat, "saya janji Mr. Park."

Dosen itu langsung pergi dari sana. Meninggalkan dua orang perempuan yang masih terkejut. Loey memang tidak banyak bicara, tapi matanya mengatakan semua hal. Aura intimidasi dari pria itu juga cukup membuat keringat dingin bagi mereka.

"Sudah, ayo pergi!" Ajak Zeline yang langsung diangguki oleh Irene.


****

Nanti kita lanjutin lg ya^^
See you!

Learn [Complete]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon