Jika dilihat dari samping begini, ⅓ leher Beomgyu tampak hilang, seperti dipotong. Dihiasi dengan cairan kental berwarna merah. Tangannya ikut berpatisipasi ketika Yeonjun menemukan bekas-bekas sayatan di daerah dekat nadi.

"Yeonjun.. "

"Apa?"

"Selamat ulang tahun."

Yeonjun senyum, "kamu udah bilang itu."

"Yeonjun.. "

"Apa?"

"Setiap kali bintang bersinar untuk ketiga belas kalinya di bulan September. Aku selalu mengulang rasa sakitnya."

"Rasa sakit apa?"

Beomgyu kembali menghadap Yeonjun, "ini," tunjuknya ke matanya yang entah sejak kapan berubah merah, seperti dilapisi darah. "Ini," tunjuknya lagi ke lehernya. "Ini," tunjuknya ke kepalanya, "gak kelihatan karena ketutup rambut."

Yeonjun terkekeh. Teringat jika kepala Beomgyu seringkali sakit. Tapi botak sekalipun Beomgyu takkan bisa melihat lukanya.

Beomgyu kembali menunjuk bagian-bagian tubuh lainnya seperti pergelangan tangan, punggung, lutut, dan kakinya.

"Lutut kamu pegel?" tanya Yeonjun.

"Kadang iya. Tapi hari ini nggak. Pas Yeonjun natap aku kayak gini, nggak. Aku nggak ngerasain semuanya."

Yeonjun senyum, "apaan sih, bucin banget!"

"Bucin?"

"Budak Cinta."

Mereka diam beberapa saat.

"Gyu.. "

"Iyaa?" responnya lucu. Terlihat amat lugu.

"Kasih tau aku, tentang rasa sakitnya," Beomgyu agak tercengang. Ia membuang wajahnya, menimang untuk menceritakannya atau tidak.

Tapi sebelum ia akan menolak, dagunya keburu diambil oleh Yeonjun, "kamu bilang kalau lihat aku rasa sakitnya hilang, hm?" Beomgyu mengangguk, tak dapat memberikan respon secara logis ketika matanya bertatapan begini.

Semuanya terasa amat nyata, ketika dirinya sebenernya tak nyata.

"Papaku suka nempeleng aku. Jadi kepala aku sering sakit."

Yeonjun menyimak serius.

"Terus... Aku pernah dipukul disini, jadi kadang nyeri," tutur Beomgyu memperlihatkan punggungnya.

"Bohong. Cerita yang bener Gyu. Kamu bukan pernah dipukul tapi sering."

"I-iya. Sering."

"Kasih tau aku pake apa, gimana, gimana rasanya."

"Pake.. Ban pinggang, shower, kemoceng.. Caranya ya.. Dipukul.. Rasanya.. Sakit, banget."

"Kalo ditempeleng, itu terlalu sering. Apalagi pas aku ngelakuin kesalahan."

"Sakit?"

"Sakit kalo terbentur."

"Kalo nggak?"

"Sakit, di perasaan."

"Terus.. Leher, mata, tangan, lutut, kaki?"

"Kaki.. Aku cuma pegel jalan ke sekolah. Rasanya nggak sanggup untuk merangkak ke jendela atas untuk pergi ke sekolah."

"Tapi kenapa dilakuin?"

"Karena aku seneng. There is.. No place for me to be happy unless it's school."

Yeonjun pengen sedih, tapi dia malah gemes ngedenger ucapan Beomgyu pake bahasa Inggris. Seperti biasa, Inggrisnya fasih.

"I just found somewhere I can be happy and make everyone happy when I'm disappear. And I love how I made it."

"You love, but are you happy?"

"Ye- no.. "
"I am not," Beomgyu menghapus air matanya yang jatuh tanpa diperintah.

Karena ketika diperintah,
belum  tentu  air mata  itu
jatuh dengan tulus.

"But I happy. I really happy when I saw you. I really happy when I'm with you and I-"

"Love you.. " lanjut Yeonjun.

"Love you.. too.. "

Mereka hanya saling menatap. Ditemani sendu.

"Yeonjun pasti nggak tau kapan pertama kali kita bertemu."

"Kapan?"

"Pas Yeonjun nyelamatin Beomie dari penjahat."

Yeonjun mengedipkan matanya berkali-kali. Tunggu, dia ingat. Dia benar-benar ingat. Bahkan jika yang mengalami hal itu bukan benar-benar dirinya.

Tidak. Dia yang mengalaminya. Dia juga menyelamatkan Beomgyu, di kehidupan masa lalunya. Makanya dia ingat.

"Tunggu. Gyu. Kayaknya di kehidupan dulu, gue juga nyelamatin lo. Gak bakal salah. Gue inget persis wajah lo tapi.. "

"Itu hari dimana Beomgyu suka pertama kali sama seseorang dan memutuskan untuk memperjuangkan orang yang Beomgyu sayang. Beomgyu nggak mau dijodohin, dan mulai berontak."

"Waktu itu Beomgyu baru mau masuk SMA, masa udah mau dinikahin! Karena itu Beomgyu dimarahin terus dikurung. Beomgyu setiap hari kabur buat ke sekolah. Beomgyu belajar dengan giat supaya Yeonjun notice Beomgyu. Beomgyu seneng banget pas Yeonjun mulai deket sama Beomgyu. Tapi Beomgyu minta maaf karena waktu itu ngejauhin Yeonjun. Beomgyu minta maaf kalo selama ini selalu ngerepotin Yeonjun karena harus gotong-gotong Beomgyu yang pingsan-pingsanan. Beomgyu minta maaf kalo Beomgyu nggak bisa nerima piala tahunan dari tangan Yeonjun dan Yeonjun harus ngegantiin Beomgyu untuk nerima pialanya. Beomgyu nggak bermaksud ngelakuin itu semua, tapi Beomgyu emang udah nggak sanggup. Seharusnya Beomgyu sanggup tapi tubuh Beomgyu tetep nggak sanggup, Beomgyu minta maaf," tutur Beomgyu panjang lebar lucu kemudian nangis terisak menutupi wajahnya.

Persis seperti anak kelas 1 SD yang sedang bercerita.

Yeonjun ngambil tangannya Beomgyu terus ngecup bibirnya, "gue sayang sama lo. Tolong jangan sakit, gue nggak suka."

"Yeonjun.. " air mata Beomgyu mengalir lagi.

"Apa sih, gemesin banget kalo nangis!" tutur Yeonjun ngapus air mata Beomgyu.

"Yeonjun nggak takut sama Beomgyu?"

"Takut kenapa?"

"Karena fisik Beomgyu kayak begini."

Yeonjun menggeleng, mulai terbiasa, tapi Beomgyu tetap terlihat menggemaskan dan.. Keren?

"Tapi aku penasaran. Leher kamu kenapa?"

"Karena.. Bawaan.. Kematian aku."

Yeonjun naikin alisnya, masih nggak ngerti.

"Aku gantung diri."

Oh God.

To be continued

Terkuak sudah alasan Beomgyu meninggal dan bagaimana ia meninggal 😌

[2.0] ifyoureGhost; Yeongyu/Yeonbeom/BeomjunWhere stories live. Discover now