3. Dimana Istriku?

65.8K 4K 172
                                    

Dimana Istriku

Reza melangkahkan kaki dengan jantung yang berdebar, tak lupa ditangannya ia membawa setangkai mawar merah untuk istrinya yang tadi sempat ia beli dari toko bunga saat menunggu kemacetan. Ia tersenyum membayangkan keluarga yang akan ia bangun nantinya bersama Sarah.

Ia memasuki rumahnya dengan kening mengernyit heran, tak biasanya Sarah tidak menyambutnya di depan pintu. Biasanya, Sarah akan menunggu kedatangannya di ruang tamu dan dengan sigap membawakan tas kantor nya kedalam kamarnya.

Reza berpikir positif, mungkin saja istrinya sedang kelelahan. Ia memutuskan untuk menuju kamar Sarah yang terletak di lantai atas. Ia membuka kamar itu dengan senyum merekah sebelum mendapati kamar istrinya dengan keadaan sunyi, kosong. Senyumnya perlahan memudar.

Dimana Sarah? pikirnya.

"Sarah?" Ia membuka pintu kamar mandi dan tak mendapati siapapun didalam sana.

Apa mungkin..

Jantungnya berdegup, ia berharap semoga dugaannya salah. Ia lantas membuka pintu lemari Sarah dan mendapati lemari itu kosong, hanya ada beberapa baju yang dibelikannya saat pertama kali menikah dulu. Reza juga baru sadar jika semua alat make up istrinya tak ada lagi di meja rias. Ia berlari keluar kamar dan menuju lantai bawah untuk mencari Sarah-nya.

"Sarah! Sarah! Kamu dimana?!" ia berteriak dengan keras. Suaranya menggema di rumah besar miliknya yang entah kenapa terasa sunyi.

Bik Mimin yang mendengar Tuan-nya berteriak panik sontak keluar dari kamar dan menghampiri Tuan-nya.

"Sarah kemana, Bik? Kenapa dia gk ada dirumah? Atau mungkin dia mau liburan sama temennya, Bik? Tapi kenapa gk izin saya dulu?! Aish, dimana kamu Sarah?" cecar Reza.

"I.. Itu Tuan, sebenernya Nyonya sudah keluar dari rumah ini." jawab Bik Mimin hati-hati.

"Keluar? Keluar kemana? Kenapa tidak minta izin saya?"

Reza tetap berpikir positif, mungkin saja istrinya keluar bersama teman-temannya untuk berlibur sehingga Sarah membawa baju-baju miliknya. Tapi kenapa Sarah tidak meminta izinnya? Biasanya Sarah akan selalu minta izin walaupun jarang ia tanggapi.

Bik Mimin tergagap "Aduh Tuan, maksud saya bukan keluar yang begitu Tuan. Nyonya Sarah tadi keluar sambil bawa-bawa koper besar Tuan, Nyonya juga sudah bilang kalau dia sudah menyerah. Nyonya juga bilang mungkin Tuan dan Nyonya tidak berjodoh. Makanya, tadi Nyonya Sarah membawa surat cerai itu Tuan." papar Bik Mimin sendu.

Reza terpaku ditempatnya. Surat cerai?

Pikirannya tiba-tiba melayang pada kejadian kemarin malam yang membuat ia dan Sarah bertengkar.

"Saya tidak mencintai kamu dan tolong jangan paksa saya untuk mencintai kamu, karena itu hal yang mustahil!"

Kalimat itu tiba-tiba saja berkelebat di pikirannya. Itu adalah kalimat yang ia ucapkan pada Sarah kemarin malam. Tak hanya itu, ia juga melemparkan surat cerai pada istrinya yang terlihat menangis saat itu.

"Tu..tuan tidak apa-apa?"

Reza tersentak dan segera berlari meninggalkan Bik Mimin yang terpaku ditempatnya saat melihat Tuan-nya meneteskan air mata. Semoga saja Tuan dan Nyonya nya bisa bersatu kembali. Aamiin.

~ ~ ~ ~

Lelaki itu berjalan gontai menuju kamar Istrinya. Ia memegang surat cerai yang berhasil ia ambil kembali dari kantor Pengadilan Agama. Tapi tetap saja ia tak menemukan istrinya disana. Mereka bilang bahwa istrinya langsung pergi setelah menyerahkan surat cerai mereka.

Ia sudah berkeliling dan menyusuri jalanan berharap dapat bertemu dengan istrinya. Tapi nihil, ia sama sekali tak melihat Sarah dimanapun. Ia juga sudah mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan istrinya.

Tapi, hingga kini tetap tak ada perkembangan. Rasanya ia benar-benar seperti tak bisa bernapas. Mendapati istrinya tak ada dirumah, surat cerai yang telah di tanda tangani.

Kamu dimana, istriku? 

Reza menoleh menatap foto pernikahannya bersama Sarah diatas nakas dan mendapati sebuah cincin di depannya. Air matanya luruh, ia terisak ditempatnya saat menyadari bahwa itu adalah cincin pernikahan Sarah. Sarah bahkan melepasnya dan meninggalkan cincin itu disini.

Matanya mengerjap saat disadari ada selembar kertas yang tertekuk disebelah cincin itu. Ia membuka lipatan kertas itu dengan perlahan. Tangisnya makin keras dan tak terbendung saat melihat tulisan rapih milik istrinya.

Untuk Suamiku, Mas Reza.

Assalamualaikum, Mas.

Mungkin saat Mas membaca surat ini, aku sudah tak ada lagi di kota ini atau bahkan negara ini. Aku akan pergi jauh, sejauh mungkin dari Mas Reza. Terima kasih untuk pernikahan tujuh bulan yang mengesankan ini.

Aku bahagia dengan pernikahan ini, walaupun aku harus melihat Mas Reza dengan perempuan lain. Setelah ini Mas Reza bebas. Aku sudah menandatangani surat cerai itu dan akan menyerahkannya ke pengadilan.

Jujur, aku sudah lelah Mas. Aku menyerah. Aku menyerah atas pernikahan kita. Mungkin jodoh kita hanya sampai disini. Aku juga tidak menyalahkan takdir yang membawa kita hingga saat ini.

Setelah ini, tolong berbahagialah dengan siapa saja perempuan yang Mas cintai. Aku rela, aku ikhlas.

Wassalamualaikum.

Sarah Jasmine ❤

Tbc.

My Ex-Wife [END]Where stories live. Discover now