Dendam

66 2 1
                                    

Gista terbangun, setelah merasakan ada yang menepuk-nepuk pipinya pelan.

"Gista, bangunlah. Kamu kenapa, Gis?" tanya Ratna yang terlihat panik.

Gista berusaha membuka pelan matanya. "Tante ... " Kemudian, berusaha untuk duduk.

Mengedarkan pandangan, Gista mencoba mencari sosok di atas ranjang yang membuatnya pingsan. Tetapi, nihil. Antara bingung, ia tak tahu baru saja mimpi, atau memang bayangan itu menandakan sesuatu.

"Gista, ada apa? Atau ada kecoa yang membuatmu takut?" Gista menggeleng.

"Mungkin aku mimpi buruk, Tante. Tidak apa-apa, maaf sudah mengagetkan."

***

Gista dibangunkan oleh gema adzan subuh yang membelah kesunyian, dengan hawa dingin yang masih menusuk disekujur tubuhnya. Ia mencoba memberanikan diri untuk melanjutkan tidur di kamar tersebut semalam, meskipun dipenuhi oleh ketakutan dalam batinnya.

Gista mencoba menenangkan diri untuk berdoa kepada Sang Khalik. Meminta petunjuk, jika memang ia ditakdirkan untuk membuka rahasia dibalik misteri yang mengerikan ini.

Setelah merasa tenang, ia mengingat satu benda yang menurutnya menjadi satu-satunya kunci. Dari Album foto itulah Gista berpikir akan menemukan fakta-fakta.

Masih bergeming, ia masih memikirkan bagaimana caranya. Tak mungkin jika ia bertanya pada Ratna, karena ingat betul, wajah Ratna seketika berubah saat Gista menanyakan hal tentang orang tua Allea.

"Allea ... Aku ingin tahu bagaimana reaksinya," lirihnya.

Gista menunggu waktu yang tepat, tak mungkin ia gegabah. Apa lagi mengingat ada Ratna.

"Gista, kalau tante kepasar untuk berbelanja, tidak apa-apa kamu menjaga Allea sebentar? Stok sayuran di kulkas sudah habis. Kamu tahu sendiri, tante tak selalu punya kesempatan untuk keluar rumah," jelas Ratna saat selesai sarapan.

"Tenang saja, Tante. Ada aku disini memangnya untuk apa? Untuk menjaga Allea, kan?" mereka terkekeh.

Gista sadar, mungkin doanya sudah didengarkan oleh Tuhan. Sehingga tak menunggu lama, ia mendapatkan kesempatan hanya berdua dengan Allea.

Setelah tak terlihat lagi sosok Ratna, Gista mencoba melancarkan aksinya. Mencari album foto tersebut dan beringsut pergi ke kamar Allea.

"Allea, ini Gista. Boleh aku masuk?" Gista tahu tak mungkin mendapatkan jawaban darinya, tetap saja itu ia lakukan demi menjaga kestabilan Allea.

Perlahan Gista membuka pintu, terlihat Allea duduk menghadap jendela yang terbuka, dan menyandarkan kepalanya di tepi ambang jendela.

"Hai, Allea. Kamu sedang apa?" Tentu saja tak ada jawaban.

Mendadak dada Gista merasa jantungnya berdegum, ia harus siap mendapatkan kemungkinan apapun.

Dengan membawa album foto itu, Gista berusaha duduk berdekatan dengan Allea.

"Allea, lihat apa yang aku bawa!" serunya ramah.

Tak bergeming, Allea meliriknya pelan. Masih diam, tak ada reaksi apapun. Gista membuka perlahan album itu, terlihat wajah menggemaskan Kevin juga Allae. Tergurat senyuman tipis pada bibir Allea, membuat Gista sedikit lega. Pikirnya, ini reaksi yang bagus.

"Lihat, kamu sangat cantik dulu. Pantas saja sekarang kamu makin cantik, Allea." Gista terus memujinya tanpa memedulikan Allea yang tak pernah memberi jawaban apapun.

"Ibu ... " ucap Allea saat terlihat fotonya bersama ibu dan Kevin. Membuat Gista terkejut, ini pertama kalinya ia melihat Allea bicara.

Perlahan Gista membuka foto selanjutnya, ia tahu betul akan terlihat foto Allea, Kevin, ibu, dan ayah tirinya.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Nov 18, 2019 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

AlleaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora