Remember

42 5 0
                                    

17 Juli 2029

Seorang gadis berlarian menerobos hujan di tengah gelapnya malam.

'Pesawat A537 di laporkan mengalami kecelakaan karena badai yang sedang berlangsung, di perkirakan semua penumpang beserta awak kapal telah meninggal....'

Tangis yang ia tahan kini pecah, air matanya bercampur dengan hujan. Suara tangisnya terdengar sangat memilukan, seakan hujan ini benar-benar sangat menyakitkan.

"Aku akan kembali dalam waktu dekat, tunggulah"

Gadis itu terduduk di tengah jalanan yang basah, dunianya kini telah hancur. Cintanya telah pergi dan hanya menyisakan sesak.

27 Oktober 2031

Sore itu hujan membasahi jalanan kota dan di padukan dengan langit berwarna jingga yang menawan, membuat pemandangan di kota itu tampak begitu indah.

Setidaknya itulah yang di pikirkan orang-orang tentang sore ini, tapi tidak dengan gadis berambut sebahu yang tengah duduk di halte sebari menunggu bus berikutnya datang.

Gadis itu duduk termenung tanpa berniat melihat indahnya langit senja. Baginya tak ada lagi keindahan di dunia ini, karena dunianya telah pergi.

Tak lama bus yang ia tunggu pun datang, gadis itu masuk dan memilih duduk di dekat jendela sembari memperhatikan jalanan yang mulai lenggang. Namun, tiba-tiba gadis itu tersentak. Matanya menangkap sosok yang sangat tak asing baginya, itu dunianya. Ia memfokuskan kembali pandangannya, berharap jika yang di lihatnya memang kenyataan.

Gadis itu segera turun dari bus dan mulai mencari sosok tadi, tapi nihil. Sosok itu hilang di tengah tetesan hujan yang semakin deras, bahkan gadis itu kini telah basah kuyup. Kemudian pandangannya mulai mengabur, rasa sesak kembali mengisi hatinya. Bahkan setelah 3 tahun berlalu ia masih saja berharap akan sosok itu, air matanya mulai meluncur dan bercampur dengan hujan.

31 Oktober 2031

Pagi ini pun hujan kembali turun membasahi kota, membuat orang-orang begitu malas untuk memulai aktivitas mereka. Tapi tidak dengan gadis berambut sebahu yang tengah duduk di dalam bus sebari memperhatikan tetesan hujan, ya hujan di pagi ini cukup kecil.

"Selamat pagi, Ana"

Gadis berambut sebahu yang di panggil Ana itu menoleh, mendapati seorang gadis manis yang telah menunggunya di depan mading kampus.

"Pagi, Cana" Sapa Ana balik.

Cana, gadis manis itu memajukan bibirnya. Merasa tak puas dengan jawaban teman yang sudah bersamanya selama 3 tahun kebelakang.

"Dingin seperti Dyana pada biasanya" Ucap Cana.

Ana sama sekali tidak menggubris perkataan Cana, melewati gadis itu menuju ke kelas mereka. Cana mendengus lalu mengikuti Ana dari belakang sebari mengutuk temannya yang sedingin es itu, tapi tiba-tiba Ana menghentikan langkahnya dan Cana pun refleks berhenti. Saat Cana akan bertanya, Ana langsung berlari meninggalkannya.

"Hey! Ana!" Teriak gadis manis itu.

Gadis berambut sebahu itu langsung berlari ketika melihat sosok yang ia lihat beberapa hari lalu, penglihatannya tak salah. Itu dunianya, dunianya belum pergi. Senyumnya mengembang seiring langkahnya bertambah dekat dengan sosok itu.

Ia berdiri di belakang sosok itu, jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Perasaan bahagia dan haru menerobos hatinya dengan cepat, ia sebisa mungkin menahan air mata yang mulai menggenang.

"Kak Alan.." Panggilnya pelan.

Gadis itu sudah tidak sabar untuk kembali memanggil nama itu setelah sekian lama.

Remember ✔Where stories live. Discover now