ㅡ💮💮💮💮 Switch [part 4 | END]

Start from the beginning
                                        

Yangyang tersenyum tipis. "Aku udah jadi artis cukup lama. Jadi, yah, lumayan hafal sama anti-fan atau penguntit."

"Apa?? Jadi orang kayak mereka nggak cuma ada satu??" Angela terkejut.

"Ya nggak lah bodoh. Banyak. Makanya... waktu itu, aku tuduh kamu stalker soalnya trauma sama kejadian semacam itu. Biasanya muka polos malah lebih jahat," kata Yangyang.

"Tapi aku bukan stalker, sumpah!" ujar Angela.

"Iya, sekarang aku percaya. Maaf ya, waktu itu aku keras kepala. Jujur sebenernya aku takut, makanya tengil banget biar nggak keliatan ketakutan. Um... sorry?"

Angela menatap bergantian tangan Yangyang dan wajahnya. Agak aneh rasanya melihat anak barbar itu tiba-tiba jadi tidak keras kepala. Di satu sisi, Angela juga tidak enak karena kasihan pada Yangyang. Ternyata hidup sebagai artis memang tidak mudah.

"Oke," akhirnya uluran tangan Yangyang disambut. "Aku emang nggak salah sih, tapi sekarang aku udah nggak marah. Kehidupan artis ternyata berat, kamu hebat bisa sekuat itu. Aku nggak sekuat kamu, Yangyang. Tiap hari aku selalu berharap ini semua cuma mimpi dan aku bisa bangun di kamarku lagi. Sebagai Angela yang bukan siapa-siapa."

"Jangan bilang gitu, jadi mahasiswa kayak kamu menurutku nggak kalah berat. Aku bisa gila kalau kuliah, baru sekitar sebulan aja otakku rasanya udah hampir meledak," Yangyang memegangi kepala.

Angela tertawa melihatnya. "Ya, aku juga lebih suka liat Liu Yangyang sebagai idolaku."

"Maksudnya mantan idola?" kelakar Yangyang. "Bisa dobel sih artinya. Pertama, kamu sendiri yang malam itu bilang mau berhenti jadi penggemarku. Kedua, kayaknya keadaan ini udah nggak bisa berubah."

Keadaan langsung berubah muram. Keduanya hanya bisa menatap nanar satu sama lain. Perasaan Angela mau tidak mau mengiyakan perkataan Yangyang. Ini memang sudah terlalu lama. Mungkin mereka tidak akan bisa kembali pada kehidupan yang dulu.

"Kalau pun emang nggak bisa berubah lagi, kamu baik-baik aja?" tanya Angela.

"Yahㅡ gimana lagi. Makin lama pasti aku makin terbiasa," Yangyang mengangkat bahu. "Justru malah kamu yang bikin khawatir. Jangan lembek kalau jadi artis!"

"Huaaaah... kayaknya aku nggak akan terbiasa sampai kapan pun," keluh Angela.

Sejenak Yangyang diam mengamati lawan bicaranya. Dia berpikir, kemudian tiba-tiba berdiri. Membuat Angela mendongak, heran.

"Berdiri," perintah Yangyang.

Angela mengerjap. "Hah? Ngapain?"

"Udah berdiri aja dulu."

Angela berdiri. Sekarang mereka berhadapan. Saat gadis itu sedang menebak-nebak apa yang akan terjadi, Yangyang melangkah maju kemudian merengkuh Angela ke pelukannya.

"Eh? K-kamu ngapain?" gagap Angela.

"Ssst, diem. Transfer kekuatan," Yangyang menepuk-nepuk punggung Angela. "Pokoknya harus kuat. Aku aja bisa, berarti kamu juga bisa. Semangat, Angela!"

Desir angin aneh terhembus dari celah pintu tenda. Begitu tiba-tiba, tanpa pertanda apa pun. Tapi... bukan cuma itu yang aneh. Yangyang menyadari bahan pakaian Angela berubah. Tadinya dress renda, sekarang jadi kaos yang sepertinya murah.

"Oh My God..." ujar Yangyang saat perlahan melepas pelukannya.

Awalnya Angela bingung, tapi kemudian dia menyadari Yangyang memakai setelan baju mahal dan rapi. Lengkap dengan tatanan rambut keren dan make up yang membuat dia makin tampan.

"Liu Yangyang!" seru Angela. "Kamu kembali jadi Liu Yangyang!"

"Kamu juga udah jadi Angela yang biasa aja lagi!" Yangyang tidak kalah heboh.

"Akhirnya! Yesㅡ aku bisa pulang!!" Angela melompat-lompat saking senangnya.

Kehebohan mereka berlangsung beberapa menit sampai ditegur seseorang, staf tentu saja. Tapi orang itu tampak biasa saja. Seakan-akan yang menyadari semua perubahan ini hanya Yangyang dan Angela.

"Wah... ini bukan mimpi kan?" tanya Yangyang sambil mencubit pipinya sendiri.

Angela menjauhkan kedua tangan itu dari wajah Yangyang. "Bukan. Keadaan udah kembali kayak biasanya," dia tersenyum.

"Tapiㅡ kok bisa ya? Kenapa tiba-tiba bisa, nggak dari dulu?"

"Hm... nggak tau. Mungkin sebaiknya nggak usah kita cari tau. Yang penting sekarang semua udah kembali pada tempatnya," kata Angela.

Yangyang tersenyum lebar. "Iya. Wah... rasanya jadi kayak habis liburan sebulan."

"Um... kalo gitu aku pulang dulu ya? Kangen masakan ibuku, hehe," ujar Angela.

Sejenak tertegun, Yangyang kemudian mengangguk. "Ah... iya, oke. Maaf aku nggak mungkin anter kamu pulang. Hati-hati ya di jalan."

"Pasti. Selamat istirahat juga," Angela melambai. "Dah, Liuyang."

Lambaian itu dibalas Yangyang. Ia menatap punggung Angela menjauh, lalu lenyap di balik celah tenda. Hening lagi di sini. Sesuatu rasanya ada yang hilang.

"Ck- perasaan macam apa sih ini? Padahal kan sebulan belakangan ini yang aku tunggu-tunggu, kembali jadi diriku yang biasanya. Tapi kenapa sekarang rasanya ada yang kosong?" decak Yangyang.

Selama beberapa saat Yangyang mondar-mandir gelisah. Dia terus memikirkan sesuatu tapi kemudian menyangkalnya sendiri. Tapi akhirnya egonya kalah, dia bergegas lari menyusul Angela. Berharap semoga gadis itu belum jauh.

"Nah, itu diaㅡ ANGELA!" teriak Yangyang pada gadis yang mengenakan jeans pendek dan kaos warna pink.

Untung Angela dengar, dia menoleh, menatap Yangyang yang sedang berlari menghampirinya.

"Kenapa lagi?" tanya Angela.

"Bukan apa-apa," Yangyang agak terengah-engah. "Anu... aku cuma... mau tanya."

"Tanya apa?" tanya Angela lagi.

Yangyang menatap canggung gadis di depannya. "Kita habis ini masih bisa ketemu kan? Maksudnyaㅡ  sebagai teman."

Mendengar itu, malah jadi Angela yang canggung.

"Emang kamu mau? Aku kan cuma..."

"Mau," sambar Yangyang segera. "Oke. Berarti boleh ya. Udah. Aku cuma mau bilang gitu. Pulang sana. Dah."

Sebelum Angela memberi tanggapan apa pun, Yangyang sudah berlari kembali ke area terbatas untuk staf dan artis. Awalnya Angela bengong ditinggalkan begitu, tapi kemudian dia tersenyum geli.

"Sampai ketemu lagi, Liuyang," ujar Angela dengan perasaan berbunga-bunga.

[END]


[END]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sweet RendezvousWhere stories live. Discover now