Chap 9

2.6K 160 33
                                    

Happy reading.
Thx votmen.

✖️✖️✖️

"Carren, apa kamu tidak merasa bosan?"
Plan memecah kesunyian. Padahal kalau di hitung jumlah orang yang berada di ruangan itu ada puluhan orang.

"Tidak Tuan. Apakah anda butuh sesuatu? Mungkin saya bisa membantu..."

"Kalau begitu aku ingin menayakan beberapa pertanyaan padamu?"
Ujar Plan pelan.

"Silahkan Tuan. Saya akan menjawab semampu yang saya bisa..."

Plan lalu beranjak dan duduk di samping wanita paruh baya itu. Dari telinga ke telinga Plan mendengar bahwa Carren adalah orang kepercayaan keluarga Phiravich sejak lama.

"Apa tidak ada satupun orang disini, Maksud aku apakah Mean dan Min tidak memiliki satu keluarga?"
Tanya Plan langsung. Plan sungguh ingin tahu.

Carren terdiam sebentar sebelum tersenyum tipis.
"Tidak ada Tuan..."
Carren menggeleng.

"Orang Tua?"

Carren tersenyum lagi.
"Tuan kami tidak memiliki sanak keluarga. Adik atau kakak. Maupun orang tua..."

Plan mendesah kecewa.
"Ok, lalu kemana mereka semua? Apa mereka meninggalkan Mean dan Min atau........"

"Maaf Tuan Plan, seperti nya saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Tuan kami yang berhak mengatakannya..."

Sungguh menyedihkan.

"Aku sudah berusaha bertanya pada mereka, tapi salah satu di antara mereka masih enggan untuk bercerita..."
Plan mendesah berat.
"Dan seperti nya kamu juga tidak menyukai Tuan kamu, Carren?"

"Siapa yang anda maksud Tuan?"

"Ya, mereka. Orang yang sudah mengurungku di tempat mengerikan ini..."

Carren tidak menjawab, hanya senyum tipis yang masih membentuk di wajah keriputnya. Carren sepertinya orang yang sangat pandai menyimpan amanat.

Plan lagi-lagi mendesah bosan. Lalu menatap Carren yang menunduk masih dalam posisi berdiri di samping Plan.

Plan beranjak dari duduknya lalu tatapan menatap lurus bukit kecil yang sangat indah itu. Tanpa sadar air matanya jatuh mengalir di pipi.

Dadanya begitu terasa sesak. Plan merindukan kehidupannya yang dulu. Plan juga merindukan keluarga, teman-temannya dan semua nya yang kini menyisakan kemirisan.

"Sayang..."

Plan sedikit kaget. Buru-buru menghapus sisa air matanya.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu baik-baik saja sayang?"

Plan tersenyum terpaksa. Lalu senyum itu menghilang ketika sosok jangkung itu sudah berada di sampingnya.

Plan tidak pernah mengira, bahwa Mean akan muncul di hadapannya. Karena dari hari kemarin yang ada dalam pikirannya hanya satu. Sosok Min Phiravich.

Rasanya aneh dan canggung.

"Apa sayang butuh sesuatu?"
Tanya Mean lembut.

Plan terdiam. Menghitung sudah berapa kali Plan mendengar pertanyaan yang sama sejak tadi.

Mungkin jika saat ini yang di hadapannya adalah Min, Plan yakin Min sudah mencekiknya hidup-hidup.

"Tidak, aku tidak ingin apa-apa. Dan aku baik-baik saja..."
Jawab Plan lirih mencoba tersenyum.

🎉 You've finished reading 𝙻𝚄𝚂𝚃 𝙸𝚁𝙾𝙽 𝙱𝙰𝚁𝚂 (𝙴𝚗𝚍) 𝚂𝙴𝙱𝙰𝙶𝙸𝙰𝙽 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝚄𝙽𝙱𝚄𝙿 🎉
𝙻𝚄𝚂𝚃 𝙸𝚁𝙾𝙽 𝙱𝙰𝚁𝚂 (𝙴𝚗𝚍) 𝚂𝙴𝙱𝙰𝙶𝙸𝙰𝙽 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝚄𝙽𝙱𝚄𝙿 Where stories live. Discover now