Setelah naik bis dan mengeluh berkali-kali, akhirnya Yangyang sampai di venue konser Angely. Sebuah baliho besar menyambutnya, ditambah ratusan orang yang berjalan ke arah yang sama sambil membawa merchandise sang diva. Selama ini Yangyang sibuk di balik panggung, ternyata di luar ramai sekali seperti ada unjuk rasa.
"Wah... Cewek itu cantik juga kalau dandanannya kayak gini," Yangyang bicara sendiri sambil menatap baliho raksasa Angely.
"Tapi gara-gara kamu, sekarang aku harus hidup aneh kayak gini!" omel Yangyang. "Awas aja ya kalau nggak mau tanggung jawab!"
Setelah puas memarahi baliho Angela, Yangyang masuk ke dalam venue dan mau tidak mau menonton seluruh pertunjukan. Lagi-lagi ia merasa aneh karena biasanya ada di panggung tapi sekarang bergabung dengan kerumunan penonton.
Fiuhㅡ Yangyang rindu kehidupannya yang biasa.
"Angely! Hey! Mau ke mana?!"
Tangan Angela dijegal saat dia bermaksud kabur dari ruang ganti setelah konser selesai. Saat menoleh, ternyata managernya. Gadis itu langsung mengumpat dalam hati. Tapi yang keluar malah lengguhan memelas.
"Sejak kapan kamu punya temen?" alis wanita itu mengerut.
"Please, sebentaaaaar aja. Oke?" Angela memohon dengan putus asa.
"Harus sekarang?"
"Ya, sebentar aja, sumpah!"
Sejenak wanita bertampang tegas itu tampak mempertimbangkan untuk memberi izin. Angela terus berusaha dengan memasang tampang memohon, memelas, supaya diperbolehkan pergi ke luar mencari Liu Yangyang.
"Hm... Oke deh. Tapi awas ya, jangan jauh-jauh," ujar si manager akhirnya.
Angela tersenyum lebar. "Oke, terima kasih!"
"Hey, sebentar!"
Astagaㅡ baru saja Angela berlari dua meter dari tempat semula. Jangan bilang wanita itu berubah pikiran?
"Apa?" tanya Angela.
Si manager mengulurkan topi dan masker sambil menghela napas. "Kenapa hari ini kamu super aneh," gumamnya.
Angela hanya nyengir meminta maaf, segera diambilnya dua benda itu untuk dipakai di kepalanya sambil berlari ke luar area terbatas untuk artis dan staf.
Ini memang bisa dibilang gambling. Angela tidak tahu apakah dirinya bisa kebetulan melihat Liu Yangyang di antara sisa-sisa penonton. Dia bahkan tidak tahu apa Yangyang sadar akan pertukaran yang mereka alami. Benar-benar nekat, Angela berlari di antara orang-orang yang baru menonton konsernya.
Rambut oranya.
Rambut oranye.
Ayolah, semoga si oranye itu ada di sekitar sini.
"Hey cewek monyet!"
Angela tidak merasa dirinya monyet, tapi ia mengenali suara itu. Suara cowok yang ia puja selama bertahun-tahun, dan sekarang bertukar kehidupan dengan dirinya.
"Yangyang!" seru Angela.
Mereka bertatapan dari jarak sekitar lima meter sebelum segera saling menghampiri. Saat sudah berhadapan, keduanya malah bingung mau bicara mulai dari mana.
"Hey, kamu masih kenal aku siapa kan?" Yangyang akhirnya buka suara. "Maksudku, aku yang asli."
Angela mengangguk. "Iya! Kamu juga berarti sadar kalau ini bukan kehidupan kita yang biasanya? Apa sekarang kamu tinggal di rumahku? Kuliah di kampusku?"
"Woahㅡ" mata Yangyang terbeliak. "Apa itu artinya kamu juga sekarang tinggal di apartemenku? Tidur di kasurku??"
"Iya, Liu Yangyang. Tapi isi kamarmu agak beda. Kenapa coba tadi pagi aku bangun di sana? Ini bukan bagian dari reality show kan??" ujar Angela.
"Reality show apanya," Yangyang mendecih. "Semua orang nggak ada yang mengenali aku di tempat umum. Ini pasti kenyataan."
Angela menghela napas frustasi, lalu memegangi kepalanya. "Astaga... Gimana dong terus sekarang?"
"Gimana?" Yangyang memiringkan kepalanya. "Heh, ini semua pasti gara-gara kamu!"
"Apa? Kok aku?" tukas Angela. "Aku juga nggak tau apa-apa, kenapa jadi salahku??"
"Ya soalnya gara-gara ketemu kamu kemarin malam, hidupku jadi kayak gini!"
"Heh, Oren! Kamu pikir hidupku nggak berantakan juga?"
"Tsk- pasti enak ada di posisiku. Sementara aku, ada di posisimu sama sekali nggak enak!"
"Kenapa jadi menghina kehidupanku??"
"Makanya kembaliin kehidupanku!"
"Astaga Liu Yangyangㅡ aku nggak tau caranya!"
"Pokoknya tanggung jawab!"
"Kamu yang harusnya tanggung jawab! Kamu kan cowok!"
"Nggak ada hubungannya ya, Monyet!"
"Monyet???! Dasar Oren!!!!"
Keduanya bertatapan sengit. Sumpah, tadinya Angela berniat bicara baik-baik tapi Yangyang malah menganggap ini semua salahnya? Yang benar sajaㅡ Angela juga tidak tahu apa-apa.
Yangyang juga sama kesalnya. Hari ini semua sangat menyebalkan. Dan sekarang Angela bilang dia tidak tahu kenapa pertukaran ini bisa terjadi? Yangyang bisa gila.
Yangyang balas menatap tak kalah garang. "Aku lebih benci."
"Nggak, pokoknya aku benci banget," tukas Angela.
"Aku benci benci benci benci banget!"
"Ishㅡ aku seribu kali benci!"
"Nggak denger~ kupingku palsu~~"
"Dasar Oren!"
Tidak jauh dari perdebatan, seorang anak kecil berpakaian lusuh menonton mereka ㅡdia dewa yang menyebabkan pertukaran Angela dan Yangyang terjadi. Anak itu terkikik geli sambil memakan rotinya di sebelah tong sampah.
"Dasar manusia, padahal kalau mereka mau damai, pertukarannya cukup sehari," dewa bermonolog.
Angela dan Yangyang masih saja berdebat saling menyalahkan. Dewa juga asyik menonton mereka dari jauh. Sebenarnya yang diinginkan dewa sederhana saja; perdamaian dan saling mengerti.
Keadaan keduanya akan dikembalikan seperti semula kalau Angela dan Yangyang sudah saling memaafkan.
ㅡtbc
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.