Jungkook menarik Jinae dalam rengkuhan, "Apapun itu, hanya. Hanya maafkan aku, untuk prilaku yang kulakukan di masalalu, atau di masa yang akan datang."

Gadis itu meletakan wajahnya di cekuk leher Jungkook, kedua irisnya memejam. "Kau terdengar seperti akan meninggalkanku lagi, aku jadi takut."

Pemuda itu terkekeh, "Tidak, tentu saja aku tidak akan meninggalkan gadis cantikku, lagi."

"Aku bukan gadis, kau tahu."

Jungkook melepas rengkuhan itu, menempelkan dahinya dengan milik Jinae. "Benarkah? siapa yang membuat Jinaeku menjadi bukan gadis lagi, huh?" suaranya sengaja dibuat seolah-olah ia tengah marah.

Jinae mempoutkan bibirnya, "Dasar sinting. Tentu saja kau, siapa lagi."

Mereka berdua tertawa setelah saling menatap satu sama lain. Sungguh, perasaan semacam ini, begitu memabukkan. Jinae bersyukur sekaligus bersedih.

Bersyukur sebab Jungkook kembali, dan bersedih sebab ia lagi-lagi kalah dengan sosok Jinae lugu yang begitu mencintai Jungkook. Gadis itu justru kembali dengan mudah tanpa tahu apa yang terjadi di hari yang akan datang.


[]><[]

Jinae mengetuk-ngetuk pulpennya di atas meja, sibuk mengerjakan tugas yang seharusnya sudah ia selesaikan sejak kemarin malam. Jeon Jungkook, sialan. Pria itu tentu tak membiarkan Jinae menyentuh tugas kuliahnya sebab ia sudah bersikeras menyuruh sang gadis berhenti kuliah.

Meskipun sudah jelas bahwa Jinae adalah Jinae, gadis cantik yang selalu keras kepala.

Menghembus napas lelah, gadis itu buru-buru meletakkan tugasnya dan memasukan buku tebal itu ke dalam tas. Jinae lantas menatap jam dinding dengan mata menyipit.

Sudah malam sekali, prianya belum kembali juga.

Setelah selesai makan malam tiga jam lalu, Jungkook mendapat telepon yang tak kunjung berhenti. Jadi, si gadis tersenyum pasrah dan menyuruh Jungkook menjawab panggilan tersebut lalu berakhir dengan pria itu meminta izin keluar sebentar sebab ada satu hal yang harus di selesaikan.

Hendak bangkit, gadis itu mengurungkan niat saat melihat panggilan yang masuk pada ponselnya,

Jungkook.

Si gadis buru-buru menjawabnya.

Sayang, kau mengganti password pintu, huh? Kata Jungkook dengan suara serak khas seorang yang sedang mabuk.

"Tidak, untuk apa menggantinya?"

Aku tidak bisa masuk, Ji.

Jinae berdecak sebal. Ia memindahkan ponsel ke telinga sebelahnya, menutup laptop dan duduk di atas ranjang. "Jeon. Kau mabuk."

Sayang. Aku tidak bisa masuk. Kau tega sekali mengunciku diluar.

Gadis itu mematikan sambungan telepon, bergegas keluar dengan langkah besar. Tentu bukan hal baik mengingat Jungkook sedang mabuk. Jinae sungguh membenci keadaannya sekarang. Belum melihat pria itu saja, si gadis sudah yakin bagaimana berantakannya sosok Jungkook di depan sana.

Jinae membuka pintu kesal, Oh benar. Jungkook mabuk. Wah, sepertinya Jinae harus memberi penghargaan pada dirinya sendiri.

"Sayang, kau lama sekali, sih. Apa kau menyembunyikan Park brengsek Jimnae itu di dalam?" Jungkook menerobos masuk.

Si gadis menggeleng heran, bergegas menutup pintu dengan cepat. "Kau mabuk, sialan."

"Mulutmu, cantik. Mau kusumpal dengan milikku, huh? Kasar sekali. Siapa yang mengajari?"

"Ayo masuk! Lepas sepatumu. Demi Tuhan Jeon Jungkook, saat kau sadar besok, aku bersumpah akan membunuhmu."

Jungkook terkekeh dengan tubuh yang hampir limbung. Ia jadi heran, pengaruh alkohol terasa lebih hebat daripada narkoba. Jungkook bahkan tak bisa mengendalikan pikirannya. Dan, wow. Sejak kapan Kwon Jinae memiliki buah dada yang begitu. Astaga. Besar sekali.

Jungkook berjalan mendekat, "Sayang, kau menjaga tubuhmu baik sekali."

"Jangan mendekat, Jeon."

"Kenapa? Kau, kan milikku?"

Pria itu menghimpit Jinae pada dinding, meletakkan kedua tangannya di sisi kepala Jinae. Ia menyusuri wajah gadisnya, mulai dari kedua netra yang begitu berkilau, hidung yang sangat indah, bibir kemerahan yang selalu menjadi candu bagi Jungkook. Pria itu mulai menyadari bahwa, ada sebuah perhiasan yang ia lewatkan. Kwon Jinae begitu sempurna, bahkan Jungkook sendiri kurang yakin ia pantas bersanding dengan gadis cantik ini atau tidak.

"Aku merindukanmu, Ji."

Jantung Jinae berpacu lebih cepat, ia tak bisa membiarkan Jungkook memilikinya malam ini. "Besok aku ada kelas. Jangan macam-macam."

"Siapa yang memberimu izin untuk kuliah? Akan kubuat kau tidak bisa berjalan, hm." []

Note: maafya kalo chapter ini ngawur atau ga ngefeel. Aku belakangan susah dapet waktu nulis meskipun plot ada, tapi tetep gabisa ngasal gitu aja. Jadi ini untuk pemanis? Oke? Thankyou, Please enjoy your saturday night, fellas!

FraudulenceWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu