four

258 51 2
                                    

"Jawab pertanyaanku, apa kau cemburu?", Harry makin mendekatkan wajahnya.

"Tidak"

"Jawab yang jujur Vanes!"

"Tidak, aku tidak tahu"

"Kau pasti tau! Katakan yang sejujurnya atau aku akan--"

KRINGGGG...

Ya Tuhan, untung saja bel berbunyi batin Vanes

Vanes langsung menjauhkan wajahnya dan berjalan ke kelas.

Selama pelajaran berlangsung Lisa bertanya dan mengobrol dengan Harry. Sementara,Vanes menatap jijik Lisa atau lebih tepatnya cemburu, entahlah.

***

"Ck", Vanes mendecak keras ketika sampai dipintu gerbang sekolah. Dia masih tidak terima dengan perlakuan Lisa, memangnya Vanes salah apa ke Lisa.

"Apakah kau marah padaku? Maukah kau pulang bersamaku,Vazza?"

Dari suara-suaranya sih ini Harry,oh ayolah Har,aku butuh sendiri dahulu. batin Vanes

Vanes menengok ke arah kiri dan menemukan sesosok pria bermotor ninja hitam dan ber-helm yang diyakininya adalah Harry. Dan benar saja itu Harry.

"Tidak Harry,aku--"

"Vanes pulang denganku", sahut pria dibelakang motor Harry dengan mobil jaguarnya yang telah mengantarkan Vanes tadi pagi.

"Aku duluan yang ingin mengantarnya", Harry menaikkan nada suaranya.

"Tapi, lebih aman jika Vanes menaikki mobilku bukan motor sepertimu"

Oh Ya Tuhan, cobaan apalagi ini.

"Maksudmu apa Tomlinson?! kau menghina motorku, asal kau tau motor ini--"

"Berhenti! Ini memalukan,tak sadarkah kalian ini lingkungan sekolah dan kalian bertengkar layaknya anak playground! Lebih baik aku pulang sendiri, tolong selesaikan urusan kalian tanpa membawa-bawa aku dalam permasalahan kalian. Terimakasih Mr.Styles dan Mr.Tomlinson", Vanes pun berjalan menjauh dari gerbang sekolah tanpa mempedulikan Harry dan Louis yang terus mengejarnya, dengan segera ia memberhentikan taxi dan masuk kedalamnya.

"Ini semua ulahmu Tomlinson!", Harry mendesah kesal karena gagal mengantarkan Vanes pulang.

"Jangan coba-coba mendekati Vanes lagi! Aku tidak suka itu"

"Mengapa Louis? Apa kau cemburu karena aku bisa mendapatkan hati Vanes, tidak sepertimu? hah?", Harry tersenyum licik penuh kemenangan.

"Aku tidak suka Vanes dekat-dekat dengan pembunuh!"

"Oh ya?apakah Vanes akan percaya kata-katamu itu? Berhentilah berkhayal Louis, terima saja bahwa kau tak akan pernah bisa memiliki Vanes", Harry pun melajukan motornya meninggalkan Louis yang masih diam karena kata-kata Harry.

***

Sial. Mood-ku benar-benar hancur hari ini. Apa maksud Harry yang menarik ulurku seperti ini? Dia tahu bahwa aku cemburu tapi dia masih dekat-dekat dengan Lisa, lalu kemudian dia ingin mengantarku pulang. Apakah dia tak tahu bahwa Lisa telah melakukan hal-hal yang menurutku telah sangat melukai perasaanku. Dan mengapa Louis benar-benar tidak suka aku dekat-dekat dengan Harry? Aku yakin ada yang Liam dan Louis sembunyikan tentang Harry. Entah mengapa aku berfirasat seperti itu.

Vanes merutuki dirinya sendiri yang telah dilanda perasaan dilema.

"Berhenti disini", ucapnya kepada supir taxi saat melintasi sebuah mall di daerah Brooklyn.

Setelah membayar sesuai dengan tarif di argo, Vanes turun berjalan masuk ke mall dan langsung menuju ke tempat foodcourt. Tak bisa dipungkiri bahwa ia sangat lapar dan makan adalah penawarnya.

Vanes langsung membeli ice cream greentea favoritnya di toko roti Breadlife dan setelah itu memesan Fettucini Carbonara di restaurant itali sebelah Breadlife.

Suasana foodcourt tidak terlalu ramai, hanya beberapa meja yang terisi pelanggan. Vanes melirik-lirik seluruh tempat foodcourt karena ingin tahu saja. Namun mata Vanes berhenti di sebuah meja yang ada diserong kanan mejanya,berjarak sekitar 5 atau 6 bangku darinya.

Seorang lelaki yang memberijan sebuah kotak cincin kepada seorang perempuan.

Kuharap suatu saat aku bisa seperti itu dengan pria yang kucintai. Tak lama setelah Vanes berkhayal, lelaki yang tadi ia perhatikan membalikkan badannya sambil memanggil waiters.

Vanes menganga memperhatikan wajah pria tersebut yang terlihat sangat familiar. Dia mirip sekali dengan....

Irresistible [ discontinued ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt