Tapi dia baru keinget satu hal, "guys stop," katanya terus naikin tangga ke kamarnya, ngeliat Beomgyu yang masih ngegulung pake selimut di kamarnya.

Dia baru inget kalo tadi pagi Beomgyu mimisan lagi. Takut temen-temennya ganggu istirahat Beomgyu.

"Njuuun~ mau ngegambar."

"Gimana caranya? Kamu kedinginan gitu."

"Jaket."

Yeonjun muterin tempat gantinya, nyari baju yang biasa dipake di musim dingin, terus makein itu ke Beomgyu. Dia juga nyariin pensil sama sketch book terus ngasih itu ke Beomgyu.

"Njun!"

"Apa?" tanya Yeonjun sebelum keluar dari kamarnya.

"Watercolor book.."

"Dimana?" tanyanya, maklum Yeonjun jarang ngegambar.

"Laci belajar paling bawah."

Yeonjun ngambilin sebelum akhirnya ngecup dahi Beomgyu terus pamit turun ke bawah.

Dia sebenernya sengaja, nggak ngelarang Beomgyu turun. Karena Beomgyu punya trauma kurungan. Yeonjun mau Beomgyu bebas sedikit.

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

"Udah nih kelar! Capek gue ngetik! gue ke lapangan belakang aja ye? Ada bola kan lu Jun?"

"Ruang OR cari aja di lemari kalo nggak."

"Oke."

"Nih snack," kata Yeonjun terus nyodorin snack micin di tengah mereka.

"Widih, tambah goblok nih kita Jun," kata Jongho terus makanin snacknya.

"Yeji sambil makan aja sambil ngedit."

"Yo, santai Jun, tangan gue cuma dua, sisain dikit aja."

"Si Mark mana deh?" tanya Yeonjun sambil nyari-nyari sosok Mark.

"Di perpustakaan?"

"Lah? Lantai 3?"

"Iya, kali. Tadi kan izinnya ke perpustakaan."

"Ngapain sih dia?" tanya Yeonjun, Jongho ngendikin bahu lagi.

Yeonjun naikin eskalator datar sampai ke lantai 3, dia males aja naik tangga.

Dia nepuk punggung seseorang. Beomgyu. "Ngapain lo?" tanya Yeonjun ke Beomgyu, lalu Yeonjun ngikutin arah pandang Beomgyu. Ngeliat Mark yang lagi nangis mandangin Haechan yang juga lagi nangis.

Yeonjun terus narik Beomgyu keluar, "nggak usah ikut campur urusan mereka," tutur Yeonjun yang dijawab anggukan sama Beomgyu.

"Kamu nggak istirahat lagi?" tanya Yeonjun. Beomgyu ngegeleng.

"Pengen main piano."

"Di kamar kan ada."

"Temenin ke kamar.."

"Iya, iya."

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

Yeonjun ngutak-ngatik layar 3D didepannya, nyiapin file paling akhir untuk dipresentasiin, selagi yang lain bebenah untuk pulang. Kecuali Lucas yang masih main di lapangan belakang.

Tapi tiba-tiba Lucas dateng tergesa-gesa, kecapean.

"Jun, sumpah! Rumah lo angker deh!"

"Kenapa?"

"Tadi pas gue istirahat di taman ada suara piano masa!"

"Ada yang mainin di kamar gue."

"Yeehh! Gue kira apaan!" celetuk Jongho.

"Au ih, bikin takut aja!" kata Yeji.

"Tapi tadi gue ngeliat anak sekolahan kita, nendang bola. Pake baju musim dingin gitu."

"Itu sama kayak anak yang main piano Cas.." kata Yeonjun, nggak terima rumahnya dibilang angker.

"Tapi kan kalo dia ke lapangan dia harus ke lantai 1 dulu dong!? Kalian nggal ngeliat dia kan!?" temen-temennya pada mikir. Iya juga.

"Kan ke lapangan belakang nggak harus ngelewatin kita," kata Yeonjun masih ngebela.

"Nah iya, rumah Yeonjun kan gede naujubilah gini ye, lewat dapur ke lapangan belakang juga bisa."

"Terserah lo pada! Tapi pokoknya ntu anak tuh anak yang mestinya udah meninggal!"

"Hah?" tanya Yeonjun bingung.

"Gue nggak tau namanya. Dia temen lo, anak club seni, masuk dance juga, pernah nyanyi ngisi acara, pernah pensi sama lo juga Jun!"

"Siapa?" tanya Yeonjun makin bingung.

"Gue pulang duluan," kata Taehyun terus ngangkat tasnya.

Taehyun tau. Anak di geng mereka, satu-satunya yang udah meninggal siapa.

"Anak matematika!" tutur Lucas sebelum dia pamit terus ninggalin kediaman Yeonjun. Yeonjun masih ngebeku.

Matematika?

To be continued

[2.0] ifyoureGhost; Yeongyu/Yeonbeom/BeomjunWhere stories live. Discover now