(14)

41 6 0
                                    

Drt..Drt...Drt...

Terdengar suara Hp berbunyi. Rahma tersentak. Lalu dengan segera dia menerima teleponnya.

" Haloo "

" Wey bambank lo dimana ? "  tanya orang diseberang sana dengan kesal.

" Biasa aja dong. Jangan treak-treak. Ama kagak budeg bang, " ucap Rahma dengan kekesalan berlipat ganda

" Gue di rumah sakit. Di pel..
"

Belum selesai ngomong ama udah disela.

" Ha ? lo kenapa dek ? apanya yang sakit ? siapa yang nyakitin ? rumah sakit mana ? abangmu yang ganteng ini otw sana ya ! "

Belum sempat Rahma jawab, sontak telepon dimatikan.

" Punya abang kog sedikit kurang," gumannya.

Namun belum lama. Abangnya tersebut nelpon lagi.

" Halo. Eh sorry bambank, kakak lupa. Rumah sakit mana ya ? " Terdengar tawa diseberang.

" Di Pelita Husada. ruang VIP no 1 !" terdengar suara Rahma sangat kesal. Ya gimana gak kesal punya kakak ganteng tapi nyeselin.

" Oke gue nyampek. Ini gue sama temen-temen gue juga dek. "

" Serah lo aja kak. "

pip, telpon dimatikan.

Sebentar, tadi udah nyampek ? wah gawat kalau buat kegaduhan nih.

Rahma menuju pintu. Dan benar mereka sudah sampai. cepet bgt anjir. Disitu juga ada Wati yang menenteng makanannya.

Pandangan Rahma jatuh ke Brili dan Bunga.

Helaan nafasnya terdengar pilu.

" Dek,, adek kenapa ? gapapakan ? " Tanya Rama sambil  membolak- balikkan tubuh rahma.

" Sttt.. jangan brisik-brisik atuh kak. Ini rumah sakit, bukan konser. Berisik banget suaranya kek toa," Rahma membekap mulut kakaknya.

Dia juga malu dong diliatin temen-temen kakaknya. Banyak banget. ini mah satu RT dibawa semua.

" Yeuy elah. Emang belum dijelasin yang sakit siapa ? " ucap Rahma sedikit menyindir.

" Udah sih. Kirain tadi kamu kenapa gitu. Trus... "

Ucapan Rama terhenti. Alat pendeteksi yang dipasang di tubuh Husein berbunyi.

Semua panik. Dialat tersebut menunjukkan garis lurus.

Dan itu artinya,,,

Jantung Rahma  berhenti berdetak. mati dong? haha

Brili memanggil dokter.

" Mohon semuanya keluar dulu! " Perintah dokter cantik tersebut.

Semua keluar namun kaki Rahma melemas.

" Ayo dek," Rama menuntun  Rahma keluar.

" Kak Husein kenapa ? " Rahma menangis dipelukan kakaknya. Bahkan bukan hanya Rahma. Wati dan Brili menangis juga.

" Yang sabar atuh dek. Ini semua udah takdir Tuhan. " ucap Rama menenangkan.

Setelah lama menunggu. Dokter cantik tadi keluar.

" Siapa keluarganya? "

" Saya dok," Brili melangkah menuju dokter tersebut.

Semua mendekat. Ingin mendengarkan penjelasan dari dokter. Semoga tidak ada kabar buruk.

NOTHING IS IMPOSSIBLE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang